© Shutterstock.com/id/g/PoetraRH
Revlon dikenal sebagai perusahaan kosmetik asal Amerika Serikat. Berusia kira-kira 90 tahun, Revlon tentu bukan nama yang asing bagi pencinta dunia kecantikan.
Baru-baru ini, Revlon dikabarkan mengajukan permohonan bangkrut. Ada beberapa alasan yang menyebabkan brand makeup dan skincare ini berada di ambang kebangkrutan.
Selain karena menurunnya daya beli akibat pandemi Covid-19, berikut alasan mengapa Revlon tak sanggup lagi bertahan.
Melansir dari Fast Company, kondisi keuangan Revlon memang menunjukkan tanda-tanda kurang sehat selama beberapa tahun belakangan. Sejak awal tahun ini, sahamnya bahkan sudah turun 80%, alhasil mereka mengajukan permohoangan bangkrut. Mereka dikabarkan hanya memiliki $575 juta untuk membayar utang dan kebutuhan operasional, namun perusahaan tetap berusaha untuk mengembalikan kepercayaan konsumen.
" Dengan mengatasi kendala utang warisan yang kompleks ini, kami berharap bisa menyederhanakan struktur permodalan dan secara signifikan mengurangi utang kami, membuat kami bisa membuka kembali potensi dari brand yang sudah diakui secara global ini," ujar Presiden dan CEO Revlon, Debra Parelman.
Kondisi keuangan Revlon makin parah seiring dengan sulitnya menemukan bahan baku. Selama pandemi Covid-19, beberapa harga material seperti kertas, kaca, dan minyak-munyak penting mengalami kenaikan.
Kondisi tersebut membuat Revlon kewalahan dan menyebabkan biaya produksi naik hingga 25-30%. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan naiknya penjualan. Gangguan rantai pasokan ini semakin memburuk dengan adanya persaingan ketat antar brand dan vendor yang menuntut pembayaran.
Revlon memang berhasil jadi raksasa di dunia kosmetik. Tapi nggak bisa dipungkiri, mereka harus bersaing dengan brand-brand baru yang makin banyak berkembang selama beberapa tahun belakangan.
Brand-brand kekinian ini menawarkan beragam keunggulan dengan teknik marketing yang unik. Mereka bisa menjangkau pasar dengan lebih luas, melalui sosial media. Beberapa saingan Revlon bahkan datang dari brand milik selebriti, seperty Kylie Cosmetics milik Kylie Jenner dan Fenty Beauty milik Rihanna.
Pandemi Covid-19 turut memengaruhi kebiasaan belanja yang memperparah hasil penjualan Revlon. Sejak pandemi, banyak pusat perbelanjaan yang tutup dan menyebabkan data beli menurun.
Pembeli lebih banyak mengandalkan situs belanja bahkan sebelum Covid-19 mewabah. Meski Revlon ditawarkan dalam pembelian online, namun kebanyakan produk masih dijual di toko kosmetik dan department store dalam mal.
Itu dia sejumlah penyebab brand Revlon berada di ambang kebangkrutan. Anyway gimana nih menurutmu? Apakah kamu salah satu pencinta brand kenamaan ini?