© 2021 Instagram/Hamparan Rintik
Tren fesyen motif shibori atau tie die belakangan jadi sorotan di kalangan pecinta mode tanah air. Motif shibori atau tie dye, atau yang disebut juga dengan batik jumputan dan ikat celup sukses jadi tren fesyen estetik yang juga disukai kalangan muda.
Nah, ternyata ada salah satu brand fashion lokal Indonesia yang mengusung motif shibori yang cukup mencuri perhatian. Adalah Hamparan Rintik, brand fashion lokal yang usung motif shibori-batik dengan beragam keunggulan dan keunikan.
View this post on Instagram
Brand fashion lokal yang satu ini, didirikan oleh seorang pemuda asal Malang, bernama Fikrah Ryanda Saputra. Sekitar awal 2020 lalu, Hamparan Rintik bahkan pernah menang program CiptaNyata yang diadakan oleh CEO Ruang Guru, Belva Syah Devara.
Kala itu, melalui akun instagramnya, Belva menyampaikan bahwa Hamparan Rintik mampu melakukan proses produksi end-to-end, mengusung konsep zerowaste, sekaligus memanusiakan para pengrajin produk sebagai mitra kerja sama.
"Ini semua prosesnya panjang, dan saya dengan tidak mempunyai background desainer, modal juga terbatas jadi saya tidak mungkin membayar orang akhirnya saya menjalin banyak mitra dengan pengrajin lain," ungkap Fikrah Ryanda Saputra.
Sistem tersebut sudah diaplikasikan oleh Hamparan Rintik sejak tahun 2017. Lebih lanjut, Hamparan Rintik kemudian menambahkan salah satu karakter uniknya dengan menggunakan pewarna kain alami sejak tahun 2018 silam.
Selain itu, Hamparan Rintik juga unggul berkat penerapan zerowaste pada setiap produk yang dihasilkan. Jadi, Hamparan Rintik ini selalu berupaya untuk meminimalisir bahan-bahan yang terbuang.
Karena menggunakan pewarna alami, proses produksi kain motif shibori Hamparan Rintik ini bisa dipastikan tidak mencemari lingkungan. Ditambahkan dengan desain baju yang diupayakan tidak banyak menghasilkan kain perca.
" Kita tidak pernah membuang kain terlalu banyak, sehingga kita tidak memanfaatkan perca tetapi mencegah percanya sebelum itu ada, jadi dalam membuat sebuah produk kita pikirkan matang-matang," terang pria yang akrab disapa Ryan tersebut.
Sebagai salah satu brand fesyen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Malang, Hamparan Rintik tentu ikut menerima dampak luar biasa dari pandemi Covid-19 yang mulai mendera tanah air sejak awal 2020 silam.
Meski juga mengalami penurunan omset dan terpaksa menunda sejumlah proyek, Hamparan Rintik tetap berupaya berupaya untuk menjaga eksistensi di tengah menurunnya perekonomian sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Tak tinggal diam, sejak pandemi Covid-19 berlangsung, Hamparan Rintik melancarkan tiga strategi yang jadi program andalan mereka.
1. Tingkatkan Kerja Sama dengan Agensi Model Hingga Komunitas
" Jalin kerjasama lebih banyak dengan beberapa agency model atau komunitas untuk membuat kelas pengembangan diri," terang pria 25 tahun ini.
" Hal yg dibahas ttg public speaking, ttg budaya, bisnis dan fashion. Diselingi dgn bikin project kolaborasi foto produk dan profil teman teman model," lanjutnya.
2. Sewakan Baju dan Dekorasi
" Kita juga membuka jasa sewa kain dan baju serta dekorasi background untuk keperluan foto prewedding atau keluarga," bebernya.
" Bekerjasama dgn bbrp mua dan fotografer. diantaranya ada triandproject, minimostudio, aryani makeup, make up by dakusta, michellia make up dan lainnya," sambungnya.
3. Buka Kesempatan Magang Siswa dan Mahasiswa
" Kita membuka kesempatan magang selama 3 bulan untuk berbagai jurusan kuliah atau smk. guna memperbaiki sistem dan melakukan tukar ide bersama temen2 kampus," jelasnya pria yang pernah menempuh studi Ilmu Hukum di salah satu perguruan tinggi di Malang ini.
" Dari sini desain baju2 hamparan pun berkembang dan ada beberapa perubahan. misal dgn mulai membuat baju dr baju lama layak pakai maupun tak layak pakai," tambahnya.
Selain terapkan tiga strategi utama tersebut, Hamparan Rintik juga memiliki komunitas tersendiri yang bertujuan untuk menampung para peminat sefyen motif shibori di Malang dan sekitarnya.
Dengan tetap mengusung karakternya khasnya, yakni dengan menerapkan konsep zerowaste, Hamparan Rintik mengajak peran serta anggota komunitas untuk turut terlibat menghadirkan bahan yang masih dapat digunakan untuk produk fesyen motif shibori.
" Kalau di tanya apa khasnya. kami selalu usahakan potongannya zerowaste atau menggunakan kain2 lama dari baju-baju bekas bekas yang sudah dicuci dan di daur jadi kain baru," ujarnya.
" Bahkan beberapa kali selama pandemi untuk menghemat modal kami minta tolong teman-teman hamparan di komunitas kami (komunitas ex pelatihan) untuk ikut mengumpulkan sprei bekas dan baju bekas untuk kami daur," jelasnya kemudian.
Selain itu, dijelaskannya, bahwa komunitas yang dimaksud terdiri dari teman-teman yang pernah mengikuti kelas Hamparan Rintik sejak 2019. Mereka tetap berinteraksi melalui grup secara daring, dan jumlahnya sudah lebih dari 100 orang.
Sementara itu, salah satu program yang ingin terus dilakukan adalah tetap menggelar kelas-kelas membuat kain secara konsisten. Tujuannya, membagikan informasi potensi bisnis ikat celup di Malang.
" Rencana kedepan mau mengadakan terus kelas2 pelatihan membuat kain. untuk komunitas ibu2 dan teman2 muda di malang," ujar pria 25 tahun ini.
" Tentu dengan harga terjangkau," tukasnya.
Menariknya lagi, tak hanya fokus untuk meningkatkan keuntungan sendiri, Hamparan Rintik juga ikut menggandeng sejumlah Cafe di Malang untuk menggelar kelas dan dijadikan sebagai latar foto prewedding.
" Nah buat foto prewed atau kelas tadi itu aku kerjasama sama beberapa cafe," sebutnya.
" Jadi kan pandemi tuh temen-temenku yamh punya cafe juga turun omset. Dengan buka kelas rutin gitu yang orangnya 5-10 gitu bs jadi pemasukan buat cafenya," terangnya.
Nah, buat kamu yang tertarik untuk miliki produk-produk dari Hamparan Rintik bisa langsung cek instagramnya ya. Atau kamu yang tertarik ingin belajar dan ikut kelas bisa banget langsung hubungi ownernya.