© Instagram.com/parisfashionweek
Industri pakaian ready-to-wear dunia kini didominasi oleh bisnis berkonsep fast fashion seperti H&M, dan Zara, yang selama ini kamu pakai. Namun, bukan hanya fast fashion saja yang saat ini lagi digemari oleh para perempuan. Slow fashion pun juga nggak kalah saing dengan fast fashion.
Tapi kamu tahu nggak sih, perbedaan dari fast fashion dan slow fashion? Curiga kamu nggak tahu, karena asal pilih baju. Nah, untuk menambah ilmu, yuk baca penjelasan berikut ini.
View this post on Instagram
Saat ini fast fashion dan slow fashion berlomba-lomba menghadirkan tren fashion terkini ke gerai modenya yang tersebar di seluruh dunia dalam jumlah masal dan dalam tempo yang secepat-cepatnya.
Namun, secara perlahan borok industri fast fashion pun terungkap, seperti ungkapan dari sebuah peribahasa, tak ada gading yang tak retak.
Dibalik kesuksesannya, ternyata ada pelanggaran terhadap praktik perburuhan para pekerjanya hingga soal lingkungan, karena pakaian yang kamu kenakan saat ini melewati berbagai proses yang panjang, bahkan terbilang memilukan.
Melansir dari Boston Consulting Group, pada tahun 2015 industri mode menghabisakan 79 miliar meter kubik air, mengeluarkan 1.715 juta ton CO2, dan memproduksi 92 juta ton sampah!
@ViceImpact asks @orsoladecastro what the future of fashion should look like. #whomademyclothes #fashionrevolutionhttps://t.co/sbuhGrtrOk pic.twitter.com/FDCkdr2WPC
Oleh karena itu, mereka mencari pekerja yang dapat dibayar murah dari negara dunia ketiga seperti Kamboja, India, Bangladesh dan Indonesia. Pihak produsen pun seringkali luput terhadap permasalahan keselamatan, jam kerja dan upah yang layak bagi para pekerjanya.
Sehingga efek samping yang ditimbulkan oleh industri fast fashion menjadi harga yang teramat mahal untuk memproduksi pakaian yang usianya mungkin tidak sampai lima bulan.
View this post on Instagram
Tren yang bersifat musiman tersebut, seringkali membuat dirimu berpikiran "Ah, sudah ga model lagi nih!", dan pada akhirnya pakaianmu tidak terpakai dan berakhir di tempat sampah.
Namun dengan seiringnya waktu, berkembanglah industri yang mengusung slow fashion yang menjadi antitesis dari industri fast fashion, karena dianggap sebagai revolusi mode berkelanjutan yang diperkenalkan oleh Kate Fletcher pada tahun 2007.
Slow fashion berbeda dengan fast fashion. Slow fashion didasarkan atas pemakaian yang lebih lama, ketahanan lebih baik, kualitas lebih tinggi, serta produksinya pun beretika dan ramah lingkungan.
Hal ini didasari atas keprihatinan mereka terhadap industri fashion, karena mereka ingin melakukan sesuatu untuk mengubah cara pakaian yang diproduksi, dibeli, dijual dan didistribusikan, yang melansir dari Business Insider.
Melalui Zady yang berdir sejak 2013, yang memberi jaminan bahwa setiap produk yang mereka pasarkan tidak mengeksploitasi pekerja dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.
Tak hanya itu saja, produk mereka memiliki daya tahan yang bagus sehingga tak akan buru-buru berakhir di tong sampah. Oleh karena itu, kehadiran slow fashion kerap kali dijadikan sebagai solusi atas industri fashion yang lebih ramah lingkungan. Namun, industri tetaplah industri, yang bermuara pada suatu keuntungan.
Bagaimana denganmu pendapatmu, apakah lebih memilih fast fashion atau slow fashion nih?