© 2020 Https://www.diadona.id/alexandrus@unsplash
Pihak yang pro mengatakan, standar itu perlu, agar supaya para perempuan lebih memacu diri untuk tampil cantik atau mempercantik diri mereka. Menjadi cantik berarti merawat diri, dan berdandan layaknya perempuan pada umumnya.
Namun di sisi lain, pihak yang kontra mengatakan, ini adalah sebuah batasan dan pengkotak-kotakan bagi perempuan, untuk menjadi dirinya sendiri. Karena tidak semua standar kecantikan, bisa diaplikasikan atau diberlakukan pada semua perempuan. Apalagi jika perempuan itu kesulitan atau bahkan tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ada.
Sungguh sangat disayangkan memang, jika cantik hanya dilihat dari penampilan fisik. Pihak kontra lebih menenkankan pada perempuan bebas menjadi dirinya apa adanya, tidak harus memenuhi standar-standar yang dibuat oleh masyarakat.
Di Indonesia sendiri, agaknya berlaku juga standar kecantikan di kalangan masyarakat. Umumnya, perempuan yang kurus, putih dan berambut panjang menjadi pakem standar kecantikan. Berikut ini, ada beberapa standar kecantikan dari berbagai belahan dunia, yang dinilai unik dan berbeda dari standar kecantikan di Indonesia.
Negara yang berada di benua Afrika ini, memiliki standar kecantikan yang unik. Di sana, wanita dengan badan yang kurus malah tidak dipandang cantik. Bahkan jika ada perempuan yang akan menikah, mereka akan dipaksa makan sampai mereka gemuk. Agar saat upacara pernikahan digelar, ia menjadi perempuan yang dipandang cantik.
Hal yang sama pun terjadi di Nigeria dan Fiji. Wanita yang gemuk, dipandang sebagai simbol kekayaan.
Fula, atau Fulani, atau Fulbe adalah nama salah satu kelompok etnis yang terbesar di banyak negata Afrika Barat, Afrika Tengah, sampai Afrika Timur. Memiliki jidat yang tinggi adalah khas wanita-wanita Fula. Standar kecantikan ini dimaksudkan untuk menghadirkan ilusi dari kepala mereka yang sering membawa sesuatu. Jadi, makin tinggi jidat seorang wanita di Fula, maka akan makin cantik.
Suku ini terletak di Ethiopia. Bibir melar para wanita di suku ini didapatkan dengan cara meletakkan piring di bibir bawah mereka. Mulai dari piring kecil, sampai makin lama, makin lebar. Konon, tradisi ini dilakukan untuk menghindari perbudakan perempuan di sana.
Suku Kayan berada di bagian timur Burma atau biasa kita kenal dengan nama Myanmar. Para wanita suku Kayan menggunakan semacam cincin pada leher mereka. Konon makin berat cincin yang melingkar di leher mereka, makin cantik juga wanita itu dinilai. Ini bukan hanya standar kecantikan bagi suku Kayan, namun juga untuk melestarikan adat dan tradisi leluhur mereka.
Negara yang berada di Asia Tengah dan berbatasan langsung dengan Afganistan di bagian selatan ini, menganggap wanita dengan alis yang menyatu adalah simbol kecantikan. Maka jika ada bayi perempuan yang lahir dengan kondisi alis yang tidak menyatu, maka akan diganmbarkan alis menggunakan pensil alis.