© Dokumentasi Pribadi Irma Gustiana
Kegiatan berbisnis selalu dikaitkan dengan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun saat ini sepertinya dunia bisnis sudah mulai berkembang dengan mencampurkan faktor sosial di dalamnya.
Pernah dengar istilah sociopreneur? Istilah itu menggabungkan kata social dan enterpreneur yang biasa digunakan untuk menyebut seorang pengusaha yang nggak hanya mencari keuntungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Tren ini cukup populer di kalangan pengusaha muda saat ini. Saya berkesempatan untuk mewawancara salah satu orang yang bisa dikatakan sebagai seorang sociopreneur yaitu Ayank Irma.
Pemilik nama Irma Gustiana Andriani S, Psi, M.Psi, Psi, PGCertPT, itu merupakan seorang psikolog anak yang membangun sebuah klinik psikologi bernama Ruang Tumbuh. Berikut cerita Irma tentang awal terbentuknya klinik yang dia bangun bersama sang sahabat itu.
Irma dikenal sebagai seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga. Namun ternyata klinik Ruang Tumbuh yang dibangun oleh lulusan Universitas Indonesia ini nggak hanya fokus pada dunia anak saja, tapi hingga manula.
" Jadi Ruang Tumbuh ini adalah sebuah lembaga ya biro, tapi aku lebih suka menyebut ini sebagai klinik psikologi yang bergerak dalam bidang pelayanan psikologi, terapi, dan juga pengembangan diri. Nah kebetulan klinik psikologinya aku ini tidak hanya spesialisasi menangani soal anak saja, atau misalnya pendidikan. Hampir semua lini permasalahan itu di-handle oleh klinik psikologiku. Jadi mulai dari anak, remaja, lalu dewasa, sampai manula. Mulai dari persoalan tumbuh kembang sampai pernikahan, jadi semua lini kehidupan lah. Kami merasa bahwa semua itu ada hubungannya, jadi kalau anaknya bermasalah nanti orangtuanya juga kan pasti bermasalah berarti orangtuanya juga harus di-handle."
Tak sendiri, Irma membangun Ruang Tumbuh bersama sahabatnya yang dia sebut bernama Feby. Irma mengurus sesuai bidang kemampuannya yaitu psikologi, sementara Feby lebih pada bidang manajemen. Irma juga menjelaskan motivasinya membangun Ruang Tumbuh.
" Yang mendorong adalah ingin memberi, ingin berdaya, ingin bermanfaat. Terus kami tuh bukan hanya sekedar bisnis. Tentu ada kita berpikir itu. Cuma kalau memang benar-benar kita pure mencari uang, atau bisnis di bidang ini, mendingan ga usah milih bikin klinik psikologi deh. Jadi maksudnya kita memang bener-bener karena ingin ngebantu orang, berdaya buat orang lain, berkolaborasi dengan orang lain, jadi semoga bisa lebih banyak manfaatnya. Beberapa kegiatan pun kita CSR (Corporate Social Responsibility). Jadi intinya ya ingin membantu, berdaya, dan bermanfaat buat orang lain yang membutuhkan hal-hal terkait kesehatan mental."
Irma telah menjalani karirnya di dunia psikolog anak selama lebih dari 15 tahun. Saat membangun Ruang Tumbuh, wanita yang lahir di Jakarta itu bercerita bahwa tantangan terbesarnya di awal adalah tentang konsep yang ingin dia wujudkan. Irma ingin Ruang Tumbuh menjadi klinik yang nyaman dan nggak menakutkan.
" Tantangannya awal-awal nggak terlalu berat, mungkin hanya konsep aja. Kita pengennya bikin ini homey ya, jadi bukan seperti kalo uda ngomongin klinik tuh 'lo kayaknya gila ya' atau sakit gitu. Kita pengennya klinik ini jadi homey."
Seperti yang kita ketahui, saat ini kita masih berada di masa pandemi karena wabah corona. Meski nggak mengalami tantangan yang berat saat membangun Ruang Tumbuh, Irma justru mengatakan bahwa tantangan yang dihadapinya justru muncul di masa pandemi ini. Kegiatan yang harus dilaksanakan secara online membuat semuanya menjadi kurang maksimal.
" Tantangannya sekarang karena harus lebih banyak online. Sementara anak-anak yang terapi juga nggak bisa semuanya mengikuti terapi karena dengan SOP (Standar Operating Procedure) tertentu. Jadi challenge kita adalah bagaimana meyakinkan orang tua kalau mereka pasti bisa membantu anak-anaknya selama di rumah nggak dipegang sama terapis."
Ruang Tumbuh telah berdiri selama kurang lebih dua tahun. Irma dan sahabatnya bahkan telah membuka cabang kedua dari kliniknya. Selama itu menjalankan Ruang Tumbuh, Irma mengatakan bahwa dirinya mendapat banyak pelajaran.
" Pertama terkait dengan trust ya, jadi kepercayaan karena di klinik saya nggak sendiri, ada partner, ada manajemen, ada staf, ada associate juga, ada terapis, ada klien. Nah, di situlah sebetulnya challenge kita untuk bisa bagaimana kita percaya bahwa tim ini bisa berjalan dengan solid. Tim saya misalnya bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena nggak gampang dengan banyak kepala terus kita mengarahkan. Jadi challenge kita adalah bagaimana meningkatkan level percaya kepada tim terus kemudian kerjasama lalu support, itu menjadi hal yang paling penting sih."
Menjalankan bisnis di bidang yang kita sukai tentu akan terasa sangat menyenangkan. Apalagi jika kita juga bisa sekaligus membantu banyak orang melalui usaha yang dijalankan. Semoga kisah Ayank Irma ini bisa menginspirasi kamu ya!