© Freepik
Terdengar asing, namun compassion fatigue ini kerap menjadi salah satu dampak emosional yang kerap kali dialami oleh pekerja.
Compassion fatigue ini berkaitan dengan rasa empati yang terus menerus mendorong diri sendiri untuk merasa empati yang akhirnya berakhir burn out.
Biasanya, compassion fatigue ini kerap dialami oleh pekerja di bidang pelayanan publik, customer service, hingga relawan.
Compassion Fatigue adalah dampak emosional berupa kelelahan yang dialami oleh seseorang akibat terlalu sering merasa empati dan bekerja untuk membantu orang lain yang kesusahan.
Dampak emosioanal ini terjadi akibat adanya trauma psikis yang melekat dalam diri seseorang karena sering membantu orang lain yang sedang mengalami stress, depresi, hingga trauma.
Oleh karenanya, Compaassion fatigue ini juga disebut sebagai secondary trauma atau trauma sekunder yang didapat dari orang lain.
Dilansir dari Psychology Today, semua orang disebut rentan terkena dampak compassion fatigue mengingat banyaknya informasi buruk dan berita duka yang beredar di media sosial.
Tak hanya itu, pelayanan publik hingga seseorang yang bekerja sebagai customer service hingga hotline person juga mudah terjatuh dalam kondisi mental yang rapuh akibat kerap masuk ke rasa empati terhadap trauma klien yang mereka hadapi.
Menurut GoodTherapy, compassion fatigue memang hampir mirip dengan burnout, namun keduanya sebetulnya merupakan kondisi mental yang berbeda.
Compassion fatigue biasanya datang secara tiba-tiba, tanpa prediksi, dan dapat langsung ditangani.
Sedangkan burnout merupakan sekumpulan rasa lelah dan stress yang menumpuk sehingga efeknya lebih mendalam dan butuh penanganan lebih lanjut.
Dampak dari Compassion fatigue ini membuat penderitanya akan sulit berkonsentrasi dan membuat produktivitas berkurang.
Pada tingkat yang lebih parah, compassion fatigue mampu membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan empati terhadap seseorang karena perasaan trauma.
Salah satu gejala yang kerap dialami seseorang yang menderita compassion fatigue adalah keinginan untuk menyendiri, menghindari interaksi, dan menjauhi teman hingga pasangan.
Gejala ini kemudian berlanjut hingga ketidakpedulian terhadap kehidupan pribadi hingga keluarga.
Compassion fatigue menyerang emosional penderitanya yang juga mengganggu pikiran hingga membuatnya kelelahan.
Salah satu dampaknya adalah perilaku overthinking di malam hari yang menganggu waktu tidur.
Perasaan mudah marah dan jengkel juga menjadi salah satu ciri seseorang mengalami compassion fatigue.
Perubahan suasana hati ini terjadi cukup intens dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Tak hanya psikis, compassion fatigue yang menyebabkan kelelahan ini akhirnya membuat fisik menjadi terdampak, seperti sakit kepala, tidak selera makan, sulit buang air besar, cemas berlebihan, hingga berat badan berkurang drastis.
Meski compassion fatigue dapat sembuh dengan sendirinya, namun hal ini dapat membuat perilaku seseorang menjadi trauma yang berdampak pada keadaan emosional lainnya. Nah berikut ini cara mengatasi compassion Fatigue serta cara pencegahannya.
Langkah yang paling tepat untuk dilakukan saat seseorang merasa terdampak compassion fatigue adalah mendatangi psikolog atau psikiater yang mampu membantu secara professional.
Tak hanya untuk mencegah dampak yang lebih parah, bantuan ahli ini akan membantu meredakan rasa cemas, stress, dan kelelahan yang memperburuk kondisi fisik.
Meski pekerjaanmu mendorongmu untuk memberikan rasa empati yang banyak untuk orang lain, kamu juga perlu membatasi diri untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri terlebih dahulu.
Apalagi, jika hal ini akan menyangkut masalah psikis dan rasa trauma yang berkepanjangan.
Salah satu kegiatan yang wajib rutin dilakukan guna mencegah penumpukkan rasa stress dan kelelahan adalah dengan berolahraga.
Olahraga yang cocok untuk menghilangkan ketidakstabilan emosional ini berupa meditasi, yoga, lari kecil, jalan santai, dan bersepeda.
Hal yang paling penting agar kamu tidak makin terpuruk karena terlalu banyak mengeluarkan empati dan menyerap rasa stress yang dialami oleh orang lain adalah dengan membatasi diri.
Salah satu caranya adalah dengan menyadari bahwa kamu juga memiliki kebutuhan emosional yang perlu dijaga dan dilindungi.
Jangan terlalu sering membebani permasalahan orang lain ke dirimu sendiri.