© Instagram.com/christineicasia.drkimclinic
Belakangan ini makin banyak bermunculan produk-produk kecantikan yang diklaim bisa memberikan manfaat secara instan. Produk-produk semacam ini memang langsung mendapat banyak respon dari masyarakat, tapi kadangkala nggak semua produk instan ini punya jaminan keamanan bagi kulit loh.
Kondisi ini rupanya membuat miris para ahli di bidang kulit dan kecantikan, tak terkecuali dr. Christine Icasia, M Biomed (AAM), seorang dokter kecantikan asal Jakarta yang kini bermukim di Malang. Tak hanya menjadi dokter kecantikan yang membuka praktik melalui klinik, dr. Christine pun tergerak untuk menciptakan skincare aman yang berbahan alami.
Sebelum mengulik lebih jauh mengenai Glow Inc, skincare alami buatannya, yuk kita kenali profil dan pengalaman dr. Christine di dunia kecantikan.
" Saya ini kelahiran Jakarta, memang kebetulan Papa saya dokter, akhirnya saya memutuskan untuk jadi dokter. Masuknya dokter umum dulu ya, abis itu sempet bingung mau lanjut ambil spesialis dulu atau gimana. Nah akhirnya, saat melihat kok estetik mulai berkembang, akhirnya memutuskan untuk belajar kecantikan kurang lebih 1 tahun," ujar dr. Christine melalui sambungan telepon.
Usai meniti pendidikan, dr. Christine sempat bekerja di distributor alat kecantikan selama 2 tahun. Dalam pekerjaan tersebut, dr. Christine bertugas untuk membantu sales meraih target penjualan dengan memberikan product knowledge dan training pada konsumen produk tersebut.
" Setelah 2 tahun di distributor alat kecantikan, akhirnya saya pengen jadi praktisi aja. Waktu itu saya ada ngelamar kerja di salah satu klinik kecantikan yang pusatnya di Surabaya, saya sempet bantu juga di cabangnya di Jakarta, abis itu karena saya menikah dengan orang Malang, akhirnya saya minta dipindahkan ke cabang yang di Malang," lanjutnya.
Setelah 3-4 tahun berada di Malang, dr. Christine pun memutuskan untuk resign dan membuka klinik miliknya sendiri.
" Tahun 2016 saya buka klinik sendiri namanya Dr. Kim Clinic. Tahun 2020 ini saya join sama pasien saya, kebetulan udah kenal dari zaman masih saya di klinik yang lama, kurang lebih udah kenal 7 tahun. Akhirnya kita rencana pengen bikin skincare, karena kita melihat di sekeliling kita ini kok banyak banget orang-orang yang kepengen putih secara instan. Beli krim-krim secara online yang kadang nggak ada BPOM nya, nggak jelas yang bikin itu siapa," ujar dr. Christine kepada tim Diadona.
Skincare abal-abal yang tidak jelas produksi dari mana ini kadangkala bisa membuat kulit menjadi putih dan glowing secara instan. Tapi efek samping yang ditimbulkan pun cukup membahayakan, seperti kulit menjadi rusak, timbul jerawat, flek semakin banyak, bahkan muncul urat-urat merah. Kondisi inilah yang sebenarnya membuat dr. Christine menjadi miris.
" Melihat seperti itu kan kita miris ya, kok masyarakat membeli krim abal-abal seperti itu. Kenapa kita nggak bikin skincare yang aman, ber BPOM, dengan harga yang nggak terlalu mahal, sehingga jangkauannya lebih luas gitu. Akhirnya muncullah Glow Inc itu, sekitar beberapa bulan lalu, yang kita habis launching itu," lanjutnya.
Sebelum menjadi dokter kecantikan, dr. Christine sempat menempuh jurusan kedokteran di Universitas Tarumanagara sebagai pendidikan S1-nya.
" Saya ambil S2 sekitar 3 tahun yang lalu, kalo S1 aja kayaknya kurang ya akhirnya saya memutuskan untuk cari ilmu lagi. Kebetulan di Udayana Bali, ada pendidikan namanya magister biomedik di bidang anti aging. Kenapa di Udayana? Karena itu salah satu Universitas di Indonesia yang pertama kali membuka untuk bidang anti aging," sebut dokter kelahiran Jakarta tersebut.
" Yang dipelajari itu mengenai anti penuaan secara menyeluruh. Jadi nggak cuma dari luar aja seperti treatment, bottox, filler, yang diajarkan. Tapi lebih ke holistik, misalnya kayak kita harus olahraga seperti apa sih untuk mencegah penuaan, mungkin juga terapi hormonal, terapi stem cell. Kan sekarang udah lebih maju, penuaan nggak cuma yang kelihatan dari luar, tapi organ-organ dalam kita ini kan mengalami penuaan juga. Kalo dalemnya nggak sehat kan nanti luarnya nggak sehat juga kan? Nah kalo di bidang saya (klinik), kita melihat problem jadinya nggak superficial aja, tapi juga melihat apakah dalemnya ada bermasalah, apa ada kelainan hormon juga gitu," terang dr. Christine mengenai jurusan biomedik anti aging yang dipelajarinya.
Setiap profesi pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, begitu juga dengan profesi dokter kecantikan yang digeluti dr. Christine Icasia. Dalam karier yang sudah dijalani selama bertahun-tahun, dr. Christine pun merasakan suka duka saat berhadapan dengan pasien.
" Sukanya pasti kalo pasien-pasien yang ditangani responnya baik. Misal mereka awalnya jerawatan, terus jadi sembuh, akhirnya lebih pede, itu kan kita juga seneng ya. Terus kalo misal mereka nggak happy dengan keadaan wajahnya, terus setelah kita treatment di klinik, hidupnya jadi berubah, kan kita jadi seneng ya. Kalo dukanya, menghadapi berbagai karakter pasien itu kan banyak macem ya, misal ada yang mau mengikuti saran kita, ada yang mengedukasinya harus lebih detail lagi, kadang kan penerimaan tiap orang beda tergantung latar pendidikannya," ujar founder drk. Kim Clinic ini.
Meski harus menghadapi beragam tipe dan karakter pasien, dr. Christine tetap menikmati pekerjaannya. Lagipula, suka duka yang dialami bisa membuatnya belajar memahami dan menangani setiap orang.
Pandemi corona yang berlangsung selama berbulan-bulan di Indonesia, tentunya berefek pada setiap lini kehidupan. Tak terkecuali klinik kecantikan milik dr. Christine yang akhirnya ikut merasakan dampaknya.
" Pasti ada berefek, kan awal-awal pandemi corona orang-orang takut buat perawatan. Nah tapi untungnya tuh kalo di estetik, secara volume, orang yang dateng ke klinik memang berkurang, tapi untuk pembelian produk justru meningkat. Jadi kebantunya di penjualan produk yang kita kirim, akhirnya kita mengeluarkan Glow Inc juga karena itu," ungkap dr. Christine.
Meski klinik sempat mengalami penurunan pengunjung, rupanya kondisi mulai berangsur-angsur membaik.
" Sekitar April-Juni itu ngefek banget, berkurang banget ya mungkin sekitar 70%. Tapi mulai Agustus udah oke, pasien udah mulai berani datang ke klinik tapi tetap dengan protokol kesehatan. Kita tetep ukur suhunya, kita tetep pakai APD, pasien juga kita bilangi kalau misal kondisi nggak sehat sebaiknya ditunda dulu," tambahnya.
" Jangan tergiur dengan sesuatu yang sifatnya instan, meskipun harganya murah dan hasilnya instan, tetep harus kroscek lagi bahannya seperti apa, yang membuat itu siapa, apakah diawasi dengan dokter, apakah betul-betul aman. kalo bisa pilihlah krim-krim yang bertuan, maksudnya yang jelas ada kliniknya, sehingga kalau timbul efek-efek tidak terduga ada seseorang yang bisa diajak untuk berkonsultasi," ujarnya seraya mengingatkan.
" Sesuaikan dengan budget kalo mau beli krim atau treatment apapun. Tidak harus yang terlalu mahal sehingga nantinya malah tidak bisa kontinyu. Karena apapun itu, merawat kecantikan yang diperlukan itu kontinuitas, artinya bisa berlanjut terus. Jadi kalo misalnya nanti spent money 5-10 juta tapi cuma sekali dan nggak bisa rutin, ya percuma aja. Mendingan sesuai budget, misal punya budget 300 ribu untuk beli krim tapi bisa kontinyu setiap bulan, itu akan lebih bagus daripada satu kali langsung mahal tapi nggak bisa terus-terusan. Intinya berkelanjutan sih, apapun itu harus rutin," pungkas dr. Christine.
Bincang-bincang tim Diadona dengan dr. Christine Icasia memberikan satu kesimpulan mengenai perawatan kecantikan yang patut diperhatikan oleh pembaca.
" Jangan tergiur dengan sesuatu yang sifatnya instan, harus kroscek lagi bahannya seperti apa. Sesuaikan dengan budget kalau mau beli krim atau treatment apapun. Tidak harus yang terlalu mahal, karena merawat kecantikan itu yang diperlukan adalah kontinuitas."
dr. Christine Icasia, M Biomed (AAM)
Nah, itu dia profil singkat dan perjalanan karier dr. Christine Icasia. Bukan hanya untuk diketahui, namun semoga ulasan ini bisa menginspirasi dan memberi penjelasan mengenai seluk beluk dunia kecantikan.
Terimakasih dr. Christine Icasia!