© 2021 Https://www.amazonaws.com
Ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan hingga masalah ketepatan waktu sesuai dengan target yang ditentukan menjadi tekanan bagi karyawan. Ya, namanya juga pekerja, harus bisa bekerja di bawah tekanan. Jika tidak demikian, bisa-bisa dipecat si bos.
Berbicara mengenai atasan atau pemimpin suatu perusahaan, berbagai macam karakter akan dihadapi oleh seorang karyawan perusahaan. Baik mereka yang bekerja di sektor formal maupun informal.
Untuk bisa mengikuti keinginan dan ritme cara kerja si bos, tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Terkadang keadaan tersebut membuat karyawan harus menjadi seorang bunglon yang dapat berubah sesuai dengan selera, karakter, keinginan dan perintah atasannya.
Jika karakter seorang pemimpin banyak yang tak sreg di hati karyawan, sadar atau tidak, tipe atau karakteristik pemimpin itu akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan motivasi kerja seorang karyawan.
Bikin risih kerja, takut ketemu sama pimpinan, suka komplain karena kenal bos, malas mikirin kantor besok karena harus ketemu sama atasannya lagi, jadi mengambil keputusan mundur dari perusahaan karena dia tidak tahan dengan sikap dan perilaku bos yang tidak dia sukai.
Bagaimana tanggapan perusahaan agar atasan atau pemimpin yang mengontrol manajemen perusahaan dapat menciptakan kenyamanan bagi pekerja atau karyawan?
Tentunya hal ini menjadi tugas divisi human research and development (HRD) yang merupakan entitas perusahaan yang membidangi masalah sumber daya manusia dalam pengembangan dan penelitian.
Bahkan banyak atasan yang tidak menyadari bahwa sikapnya terhadap bawahan atau karyawannya telah melampaui batas kewajaran sejalan dengan prinsip HAM yang harus dijunjung.
2 hal utama yang diinginkan karyawan dari atasannya, yaitu:
Sebagai atasan atau pemimpin, ia harus bersikap adil terhadap karyawan atau bawahannya. Sikap adil ini ditunjukkan dari segi jam kerja sesuai dengan ketentuan, gaji yang harus dibayarkan kepada karyawan atau tidak mencabut hak karyawan.
Memberikan pekerjaan yang sesuai dengan hak asasi manusia sebagai karyawan yang beban kerjanya disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi waktu dan prioritas yang harus diselesaikan tanpa paksaan yang berlebihan.
Menghargai hasil kerja dengan memberikan penghargaan atas prestasi dan hukuman atas tindakan disipliner atau target kerja yang belum selesai, kepada sikap yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan diri dalam hal berkreasi dan berimprovisasi yang dapat membuat mereka bersemangat dan termotivasi untuk bekerja kembali.
Atasan harus bisa mengayomi karyawan atau bawahannya. Karena ibarat dalam sebuah keluarga, bos dianalogikan sebagai seorang ayah yang merupakan pemimpin dalam keluarga.
Apa yang menjadi keluhan anak-anaknya, tentunya seorang ayah harus semaksimal mungkin harus memahami apa yang dikeluhkan anak-anaknya.
Seorang pemimpin harus bisa mengayomi karyawannya. Misalnya ketika ada masalah dalam suatu pekerjaan, atasan yang baik harus berada di garda terdepan dalam menyelesaikan masalah, bahkan jangan sampai melepas dan menghindar, membiarkan bawahannya menyelesaikan sendiri masalahnya.
Ketika mereka mendapatkan kenyamanan dalam bekerja ditempat kerjanya, tentunya akan meningkatkan produktivitas kerjanya yang nantinya akan berguna bagi kemajuan perusahaan.
Jika kenyamanan dalam bekerja dan terciptanya sistem kerja serta hubungan kerja yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan, maka tujuan perusahaan akan tercapai dengan baik.