© ANTARA FOTO/Maulana Surya
Malam satu Suro adalah sebuah momen yang sudah lama memiliki mitos-mitos yang cukup menyeramkan bagi banyak orang. Pasalnya, ada banyak larang-larangan di malam ini yang sudah dipercaya sejak lama dan pantang untuk dilarang.
Namun selain itu ada juga banyak fakta-fakta tersembunyi di balik malam satu Suro ini ya Diazens. Jadi, untuk selengkapnya mari kita simak deretan mitos dan fakta malam satu Suro di bawah ini ya. Mari simak ulasannya sampai habis!
© Tempo/Andry Prasetyo
Ada banyak mitos yang beredar erkait malam satu Suro ini ya Diazens. Namanya mitos, hal ini belum diketahui keberadaannya. Namun, kita harus tetap menghiormati apa yang sudah menjadi keyakinan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa mitos malam satu Suro ya, Diazens.
Salah satu mitos yang paling dikenal adalah larangan mengadakan hajatan pernikahan pada malam 1 Suro. Masyarakat percaya bahwa malam ini tidak cocok untuk acara-acara besar seperti pernikahan karena dianggap bisa mendatangkan kesialan.
Energi malam 1 Suro yang sakral diyakini tidak mendukung kemeriahan dan kegembiraan pesta pernikahan. Oleh karena itu, banyak pasangan yang memilih untuk menunda pernikahan mereka hingga waktu yang dianggap lebih baik dan lebih aman.
Pindah rumah pada malam 1 Suro juga dianggap tabu. Mitos ini berakar pada keyakinan bahwa malam 1 Suro adalah waktu yang penuh dengan energi spiritual yang kuat dan rawan akan gangguan dari makhluk halus.
Pindah rumah pada malam ini dipercaya bisa menarik energi negatif atau bahkan membawa penghuni rumah pada nasib buruk. Oleh karena itu, banyak keluarga yang memilih untuk menunda proses pindahan hingga malam 1 Suro berlalu.
Larangan keluar rumah pada malam 1 Suro juga merupakan mitos yang banyak dipercaya. Malam ini dianggap sebagai waktu dimana roh jahat dan makhluk halus berkeliaran.
Keluar rumah pada malam ini dianggap berisiko karena bisa mengundang gangguan dari makhluk-makhluk tersebut. Sebagai langkah pencegahan, masyarakat sering dianjurkan untuk tetap berada di dalam rumah dan menghindari aktivitas di luar rumah kecuali sangat mendesak.
Masih bersinggungan dengan tidak boleh keluar rumah, mitos malam satu Suro yang mendasari kenapa tidak boleh keluar rumah adalah karena arwah leluhur yang pulang pada malam tersebut. Jadi, arwah leluhur ini harus disambut dengan berdoa di dalam rumah, bukan malah keluar rumah.
Malam 1 Suro juga dikaitkan dengan larangan berkata kasar atau buruk. Masyarakat percaya bahwa kata-kata yang diucapkan pada malam ini memiliki kekuatan yang lebih besar dan bisa membawa dampak yang tidak diinginkan.
Berkata kasar atau buruk pada malam ini diyakini bisa membawa kesialan atau bahkan mendatangkan bencana. Oleh karena itu, orang-orang dianjurkan untuk menjaga ucapan mereka, berbicara dengan sopan, dan menghindari pertengkaran
© jogjaprov.go.id
Selain mitos-mitos yang tersebar, ada juga beberapa fakta terkait malam satu SUro ini ya Diazens. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Malam Satu Suro adalah hasil dari akulturasi antara budaya Jawa dan ajaran Islam. Malam Satu Suro sendiri bertepatan dengan tahun baru Hijriyah adala bentuk akulturasi budaya yang diciptakan oleh masyarakat zaman dahulu. Dalam tradisi Jawa, Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa, yang berasal dari penanggalan Islam.
Perpaduan ini mencerminkan bagaimana budaya lokal dapat berintegrasi dengan ajaran agama, menciptakan tradisi yang kaya dan unik. Ritual-ritual yang dilakukan pada malam Satu Suro, seperti kirab pusaka dan bersih desa, adalah bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus cara untuk memohon keselamatan dan berkah dari Tuhan.
Lalu, sekadar info saja, penetapan malam Satu Suro sebagai malam yang sakral tidak lepas dari peran Sultan Agung, seorang raja Mataram yang memerintah pada abad ke-17. Sultan Agung dikenal sebagai tokoh yang mengintegrasikan kalender Jawa dengan kalender Hijriyah, menciptakan kalender Jawa-Islam.
Sultan Agung menetapkan malam Satu Suro sebagai waktu untuk melakukan berbagai ritual dan upacara adat. Berbagai ritual yang masih eksis hingga saat ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada leluhur tetapi juga sebagai simbol permohonan perlindungan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Melansir dari laman Tirto, masih mengenai malam satu Suro, Sultan Agung meminta rakyatnya pada malam satu Suro sebagai permulaan tahun baru untuk prihatin, tidak berbuat sesuka hati dan tidak boleh berpesta.
Masyarakat harus menyepi, tapa, dan memohon kepada Tuhan. Selain itu, ntuk menghormati leluhur dan sebagai bentuk evaluasi, pada malam tersebut juga pusaka-pusaka dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali.
Jadi itu ya Diazen beberapa mitos dan fakta malam satu Suro yang bisa kamu jadikan referensi. Menghormati dan melestarikan tradisi malam Satu Suro adalah bagian penting dari menjaga identitas budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa.
Dengan begitu, memahami dan meneruskan warisan leluhur ini, generasi mendatang dapat terus menghargai dan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.