© 2023 Doc/diadona.id
Selalu aktif bergerak dalam memperjuangkan hak-hak Buruh Migran Indonesia (BMI), hingga kritis terhadap persoalan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM), Inayah Wahid diganjar Apresiasi Perempuan Berpengaruh Kategori Influential in Positive Movement, yang digelar yang digelar di Hotel Aryaduta Jakarta, Senin (29/08/2023).
Inayah Wahid sejauh ini diketahui bergerak dengan Positive Movement (PM), yang fokus dengan persoalan sosial yang berkaitan dengan hak-hak BMI dan juga isu pelanggaran HAM. Positive Movement yang berdiri sejak 2006 diketahui sempat vakum sejenak pada tahun 2008. Namun gerakan tersebut mulai kembali aktif pada 2011, dengan konsep yang lebih matang tentunya.
Menariknya, putri bungsu Presiden Gus Dur ini tak hanya dikenal sebagai aktivis, melainkan juga sebagai seorang seniman. Tepatnya sebagai seorang aktris panggung dengan penampilannya di berbagai panggung teater nasional. Perempuan kelahiran 31 Desember 1982 ini juga kerap tampil bersama seniman senior kenamaan, seperti halnya Butet Kertaredjasa.
Tak hanya itu, pemilik nama lengkap Inayah Wulandari Wahid ini juga cukup sering wara-wiri di layar kaca. Bahkan ia juga pernah memerankan salah satu karakter sitkom populer yang tayang di salah satu televisi swasta Indonesia. Bersama dengan Oka Antara, Ibnu Jamil, hingga Atiqah Hasiholan.
Adik dari Yeni Wahid ini diketahui juga bergabung dengan organisasi internasional Green Peace Indonesia, dalam rangka memperjuangkan isu-isu kritis terkait masalah lingkungan. Ia juga menyoroti pentingnya gerakan pemberdayaan kaum petani beserta advokasinya.
“ Kita bikin gerakan pemberdayaan kaum petani sekaligus advokasi jika diperlukan. Jika semua ini dilakukan, maka pluralisme terjadi secara otomatis tanpa kita harus berteriak,” kata perempuan yang akrab disapa Nay ini, seperti dikutip dari laman dewimagazine.com, Rabu (30/08/2023).
Lihat postingan ini di Instagram
Meski jadi satu-satunya anak Gus Dur yang berkecimpung di dunia seni. Yenny Wahid sempat kuliah Desain Komunikasi Visual, namun putuskan untuk menjadi aktivis dan politisi serta aktif mengurus Wahid Foundation. Meruntut kembali pada pemikiran sang bapak, Inayah merasa bahwa sesungguhnya, apa yang diperjuangkan Gus Dur melampaui pemahaman pluralism,
“Ketika Gus Dur mati-matian membela mereka yang berbeda agama dengannya, bahkan Ahmadiyah, atau orang Tionghoa, dan kaum marjinal lainnya, saya percaya yang beliau perjuangkan bukan “Cina-nya” atau “Ahmadiyah-nya”, melainkan kemanusiaannya. Fakta paling jelas menjadi manusia adalah kita semua itu beda. Saat kita bicara humanisme, maka kita bicara soal manusia yang jamak,” terang Nay.
Secara pribadi, Gus Dur bagi Inayah merupakan sosok yang memperjuangkan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian untuk seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Guna mewujudkan hal-hal yang diperjuangkan oleh ayahnya, Inayah juga berjuang mendirikan sekolah inklusivitas.
“ Saya sangat ingin mendirikan sekolah yang mengajarkan inklusivitas. Siapa pun tanpa kecuali bisa sekolah di sana. Tidak peduli apa agamanya dan keturunannya,” jelasnya lagi.
Selamat atas Penghargaan Apresiasi Perempuan Berpengaruh kategori Influential in Positive Movement yang telah diraih. Semoga menambah pemacu semanga kak Inayah Wahid untuk terus menebarkan semangat positif dan makin bermanfaat bagi sesama tentunya. Sekali lagi selamat ya kak Inayah Wahid...