© Townnews.com
Meski lockdown dibutuhkan, peraturan ini nyatanya juga membuat sejumlah orang di negara India kesulitan untuk mengurus jenazah keluarganya yang meninggal. Tapi, di balik itu semua ada cerita tersendiri dari sepasang sopir ambulans yang mengantarkan jenazah seorang pemuda di tengah lockdown.
Melansir dari bbc.com (4/5/2020), Jayendran Perumal dan Chinnathambi Sellaiya, kedua pengemudi ambulans ini rela menempuh perjalanan selama tiga setengah hari untuk mengantarkan jenazah seorang pemuda ke kampung halamannya. Situasi di India yang saat ini sedang lockdown, juga menjadi tantangan tersendiri bagi keduanya.
Diketahui, pemuda yang meninggal itu terkena serangan jantung dan meninggal dunia di tempat yang berjarak sekitar 3.300 km dari asalnya. Vivian Remsang meninggal di Chennai, sebuah kota pantai di sisi selatan India. Pihak keluarganya menginginkan jenazah sang anak untuk dipulangkan agar bisa dimakamkan di kampung halamannya.
Tapi, adanya lockdown di wilayah itu membuat satu-satunya cara membawa jenazah melalui jalur darat karena layanan penerbangan ditangguhkan.
" Jenazahnya dibalsem di rumah sakit pemerintah dan kami mendapat surat izin dari komisaris polisi kota Chennai dan berangkat ke Mizoram pada malam 24 April," kata Jayendran.
Dalam perjalanan, keduanya secara bergantian membawa ambulans selama tiga hari setengah dan hanya istirahat sebentar saja. Tak hanya sendirian, teman dari sang jenazah, Raphael Malchhanhima juga menemani keduanya.
" Ketika saya mendengar bahwa ada seseorang yang harus menemani jenazahnya, saya memutuskan untuk ikut, meski ada kekhawatiran untuk bepergian selama masa karantina wilayah. Paling tidak ini hal kecil yang paling bisa saya lakukan untuk teman saya dan keluarganya," kata Raphael pada surat kabar setempat.
Selain itu, cuaca yang berubah-ubah dan kondisi jalanan yang beragam menjadi tantangan lainnya bagi ketiga orang ini. Karena India sedang lockdown, mereka juga sering diberhentikan sepanjang jalan polisi, tapi hal ini tak jadi masalah karena mereka memiliki dokumen resmi.
Ibukota Mizoram, Aizawl, tempat pemuda yang meninggal itu berasal berada lebih dari 1 km di atas permukaan laut. Jalurnya yang berbukit dan kondisi jalan yang buruk membuat perjalanan mereka yang terakhir memakan waktu yang cukup lama.
Saat memasuki Aizawl, tak disangka mereka akan disambut meriah oleh warga setempat. Mereka berdiri di sepanjang jalan dan memberikan tepuk tangan bagi ketiganya. Bahkan, ada juga yang membawa tulisan yang berisi doa.
" Ketika kami memasuki ibu kota negara bagian, Aizawl, orang-orang berbaris di kedua sisi jalan dan menyambut kami, bertepuk tangan. Kami merasa sangat tersanjung dan bahagia," kata Jayendran pada BBC.
Chinnathambi mengatakan dirinya tak akan pernah melupakan pengalamannya yang berharga ini. " Saya tidak akan melupakan cara orang-orang memperlakukan saya dengan baik dan rasa hormat sampai akhir hidup saya," katanya.
Selain sambutan yang meriah, keduanya juga dihadiahi kemeja dan selendang tradisional serta uang tunai sebesar 2.000 rupee atau sekitar Rp 400.000 yang diberikan oleh pemerintah negara bagian Mizoram.
Bukan hanya untuk diri mereka sendiri, Jayendran memutuskan akan menyumbangkan sebagian uangnya pada panti jompo di dekat desanya. Begitu juga dengan Chinnathambi yang akan meyumbangkan uangnya dengan membelikan buku dan membagikannya pada anak-anak tak mampu.
Sangat menyentuh ya kisah keduanya. Semoga bisa jadi pelajaran bagi kita semua ya.