Arkeolog Temukan Lukisan Purbakala Tertua Berusia 44.000 Tahun di Goa Sulawesi Selatan

Reporter : Mila
Kamis, 26 Desember 2019 16:58
Arkeolog Temukan Lukisan Purbakala Tertua Berusia 44.000 Tahun di Goa Sulawesi Selatan
Lukisan ini bergambar makhluk setengah manusia dan setengah hewan.

Para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS) bersama dengan tim peneliti dari Griffith University di Australia dan beberapa lembaga lainnya, menemukan sebuah lukisan gua tertua di seluruh dunia.

Lukisan yang diperkiran sudah berumur 44.000 tahun ini terletak di situs Leang Bulu' Sipong 4 yang tak lain adalah salah satu dari ratusan gua yang ada di daerah Karst Maros-Pangkep, Sulawesi Utara. Di dalam lukisan ini bergambar sekelompok makhluk setengah manusia dan setengah hewan yang sedang berburu mamalia besar menggunakan tombak dan tali.

"Tim yang sama menemukan bahwa gua sekitar kawasan Karst Maros-Pangkep adalah salah satu motif lukisan gua tertua di dunia sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Dengan motif stensil tangan berwarna merah," kata Adhi Agus Oktaviana dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Dilansir dari Merdeka (23/12), Adhi juga menyebutkan bahwa pemburu yang digambarkan pada dinding gua tersebut adalah sosok sederhana dengan tubuh seperti manusia dengan kepala atau bagian tubuh lainnya berasal dari burung, reptil, dan spesies endemik Sulawesi lainnya. Bentuk seperti itu dalam istilah arkeologi disebut dengan Therianthropes. Menurutnya, lukisan tersebut merupakan bukti tertua untuk kemanan manusia mengimajinasikan keadaan supernatural yang merupakan permulaan dari kepercayaan rohani. Profesor Adam Brumm dari The Australia Research Center for Human Evolution juga menguatkan pernyataan itu dengan mengatakan bahwa lukisan tersebut adalah bukti bahwa otak manusia mulai memahami hal-hal yang berada di luar nalar sebagai konsep kepercayaan dan agama.

"Manusia pertama di Indonesia telah menciptakan sebuah karya seni yang mengekspresikan pemikiran spiritual tentang ikatan khusus antara manusia dan hewan jauh sebelum seni serupa ditemukan di Eropa. Yang selama ini kerap dipercayai sebagai akar dari kebudayaan keagamaan modern," jelas Prof. Brumm.

Beri Komentar