© Shutterstock.com
Bulan Ramadahan adalah bulan di mana umat islam yang sudah memenuhi syarat akan diwajibkan menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Tapi jika ada keadaan atau kondisi yang membuat kita tidak berpuasa kita bisa menggantinya di lain hari kok.
Apalagi untuk kaum perempuan, berpuasa penuh selama 30 hari sangat sulit untuk dilakukan. Mengingat para wanita memiliki siklus menstruasi yang terjadi setiap sebulan sekali. Dan jika hal ini datang, maka mau tidak mau harus menggantinya usai mengerjakan bulan Ramadhan.
Lalu bagaimana bacaan niat puasa qadha Ramadhan ini? Juga, apa saja aturan-aturan yang harus kita perhatikan? Yuk kita simak ulasan singkat infromasinya yang telah dilansir dari laman NU Online ini.
Adapun bacaan niat puasa qadha Ramadhan adalah sebagai berikut:
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadh?’I fardhi syahri Ramadh?na lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “ Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Namun, sebelum melafalkan niat puasa qadha Ramadhan ada hal yang harus kita perhatikan. Laman NU Online menuliskan bahwa Menurut mahzab Syafi’i, bacaan niat mengganti puasa Ramadhan diketahui dilafalkan di malam hari sebelum berpuasa. Anjuran melakukan niat puasa qadha Ramadhan di malam hari juga berdasarkan pada hadis Rasulullah SAW:
“ Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits.”
Dengan kata lain, bagi umat Islam yang hendak mengganti puasa Ramadhan dianjurkan untuk melafalkan niat pada malam hari sebelum puasa. Baik itu wanita yang ingin mengganti puasa karena menstruasi, nifas ataupun umat muslim lainnya yang tidak bisa berpuasa sebulan penuh.
Hari ini, 19 Juli 2021 atau 9 Dzulhijjah, adalah jatuhnya hari puasa sunnah Arafah. Umat muslim disunnahkan untuk berpuasa Arafah yang memiliki keutamaan luar biasa. Namun bagaimana jika ingin berpuasa sunnah sekaligus melaksanakan puasa qadha Ramadhan?
Masih mengutip dari laman NU Online, Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan, niat qadha puasa Ramadhan boleh digabung dengan niat puasa Arafah, dan orang yang melaksanakannya bisa menuai pahala keduanya.
Pendapat tersebut juga dibenarkan oleh Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi sebagaimana tertera di kitab I‘anatut Thalibin. “ Puasa sunah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Namun, orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan. Ia menambahkan dalam kitab Al-I‘ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qada atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak,” (Juz II, Hlm. 224).
Jadi, menurut pendapat-pendapat ulama di atas, menggabungkan niat qadha puasa Ramadhan dan puasa sunnah Arafah adalah boleh. Hal ini juga berlaku jika ingin menggabungkan niat qadha puasa Ramadhan denga puasa-puasa sunnah yang lain.
Wallahu'alam.