© Unsplash.com/Andrzej Kryszpiniuk
Sebuah gurun pasir tidak semuanya sejak dulu memiliki kondisi yang sama. Ada juga gurun pasir yang dulunya tempat yang sejuk serta ditumbuhi banyak tumbuhan hijau.
Contohnya sepeti Gurun Sahara. Dulu, setelah zaman es berakhir, Gurun Sahara merupakan tempat yang sejuk dengan banyak tanaman-tanaman hijau disana.
Di zaman dulu, daerah Afrika Utara merupakan tempat sejuk terluas yang ada di benua tersebut. Tidak heran jika berbagai hewan tinggal di Gurun Sahara.
Namun, kondisinya telah berubah. Gurun Sahara kini telah menjadi tempat bersuhu tinggai terluas yang pernah ada. Namun, apakah Gurun Sahara dapat kembali seperti dulu lagi? Sejuk serta terdapat banyak danau di sana?
Dikutip dari Live Science, para peneliti mengiyakan pernyataan tersebut. Gurun Sahara bisa saja kembali dapat ditumbuhi oleh tanaman-tanaman dan segar.
Sahara Hijau atau The Green Sahara juga dikenal sebagai periode lembab Afrika. Perubahan yang terjadi pada Gurun Sahara diakibatkan oleh rotasi orbit bumi yang terus berubah di sekitar porosnya.
Seorang peneliti sistem Bumi dari University of California Irvine bernama Kathleen Johnson mengatakan bahwa pola tersebut berulang setiap 23.000 tahun.
Tetapi, karena sebuah wildcare, atau emisi gas rumah kaca yang disebabkan manusia dan menyebabkan perubahan iklim tak terkendali, peneliti tersebut mengatakan masih belum jelas kapan Gurun Sahara akan kembali segar dan hijau. Pergeseran periode hijaunya Gurun Sahara terjadi karena kemiringan Bumi yang berubah.
Sekitar 8.000 tahun yang lalu, kemiringan Bumi berubah dari sekitar 24,1 derajat jadi 23,5 derajat saat ini. Walaupun cuma sedikit, variasi kemiringan tersebut membawa dampak yang cukup besar.
Sebagai contoh, Belahan Bumi Utara kini yang merupakan jarak yang paling dekat dengan matahari saat musim dingin. Namun, di masa periode Sahara Hijau, Belahan Bumi Utara yang paling dekat dengan matahari saat musim panas. Pergeseran ini yang menyebabkan peningkatan radiasi matahari yang terjadi di Belahan Bumi Utara selama musim panas.
Kenaikan radiasi matahari inilah yang menyebabkan monsun Afrika, pergeseran angin musiman di benua tersebut yang diakibatkan oleh perbedaan suhu antara daratan dan lautan.
Panas yang semakin meningkat di Sahara menciptakan sistem tekanan rendah mengantarkan uap air dari Samudra Atlantik ke gurun tandus. Peningkatan kelembapan ini mengubah Sahara yang sebelumnya berpasir menjadi padang rumput yang tertutup semak.
Untuk para peneliti, Sahara Hijau merupakan fenomena yang menarik dikarenakan tempat tersebut tiba-tiba muncul, dan lalu menghilang. " Berakhirnya Sahara Hijau hanya membutuhkan waktu 200 tahun," ucap Kathleen Johnson.
Johnson memprediksi, insolasi musim panas Belahan Bumi Utara berikutnya yaitu saat Sahara Hijau dapat muncul kembali diprediksi akan terjadi sekiat 10.000 tahun lagi dari sekarang.
Gimana? mau nungguin Gurun Sahar sampek jadi hijau lagi? Ribuan tahun lo bro.