© Freepik.com/nikitabuida
Ada banyak contoh puisi untuk hari kemerdekaan yang bisa kamu gunakan di lomba Agustus nanti. Agustus merupakan bulannya masyarakat Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia dinyatakan merdeka dan menjadi pesta semua lapisan masyarakat.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam rangka merayakan hari kemerdekaan ini. Contohnya seperti karnaval, kegiatan di sekolah, hingga bermacam-macam lomba.
Ada banyak lomba yang biasanya diadakan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan. Seperti lomba makan krupuk, memasukkan paku ke dalam botol, panjat pinak, hingga lomba puisi.
Lomba baca puisi dibilang sebagai lomba yang indah karena penuh daya tarik dan seni. Namun, tidak semua orang bisa membaca puisi, apalagi yang bertemakan kemerdakaan. Berikut ini ada beberapa contoh puisi kemerdakaan yang bisa kamu gunakan di lomba Agustusan nanti.
Indonesia adalah negara kaya
Negara penuh budaya
Negara yang selalu jaya
Di setiap generasinya
Namun, ada kisah nyata di balik itu semua
Penjajahan di mana-mana
Perjuangan melawan penjajah durjana
Dengan semangat juang 45
Pertumpahan darah di tanah air
Saksi bisu perjuangan bangsa
Dengan satu keinginannya
Tekad kuat untuk merdeka!
Merdeka, merdeka, merdeka!
Hari itu bangsaku bahagia
17 Agustus 1945
Indonesia merdeka dari segala sengsara dan lara
© unsplash.com/Aaron Thomas
Indonesiaku
Hari ini ulang tahunmu
Aku sangat bersukacita
Aku sangat gembira
Aku tak peduli tentang keadaanmu saat ini
Aku tak peduli tentang kesedihanmu hari ini
Aku tak peduli tentang korupsi para pejabat, narkotika, dan sebagainya
Aku tak peduli tentang apapun yang terjadi padamu
Bukan karena aku tak sayang
Tapi aku hanya ingin merayakan hari ini bersamamu
Hari yang sakral
17 Agustus 1945
Kau merdeka!
Kobar semangat terus membara
Menyulut asa tuk bela negara
Berkorban jiwa serta raga
Usir penjajah dari tanah air kita
Ratusan nyawa pahlawan telah melayang
Mereka dengan gagah berani berperang
Menebas ketidakadilan walau penuh rintang
Agar tak ada lagi rakyat yang terkekang
17 Agustus kita telah merdeka
Perjuangan para pahlawan tak sia-sia
Terluka parah bahkan hilang nyawa pun rela
Demi melihat generasinya hidup damai sentosa
© unsplash.com/Silas Baisch
17 Agustus kembali datang
Banyak sejarah, banyak pengorbanan, banyak peninggalan
Buku sejarah yang menceritakan
Musium yang mengabadikan
Inilah kami tidak takut gugur di medan perang
Tujuan kami bukan kematian melainkan kemerdekaan abadi
Wahai penjajah!
Kedatanganmu memberontak, merampas, mencaci maki dan menyiksa orang-orang tak berdosa
Entah mengapa kata putus asa
Tidak pernah tertulis dalam pendirian kami
Meskipun pada akhirnya kami jadi sejarah yang mungkin selamanya dikenang
Sebelum itu, darah menjadi minuman kami
Bunyi pistol menjadi syair di setiap derap langkah
Peluru menjadi makanan kami
Ada yang menembus tubuh memanggil kematian
Ada yang melintas, ada yang diam
Tumbuh menjadi pengorbanan
Kami dapatkan kemerdekaan yang kami impikan
Kamilah yang pantas merdeka
Jika kau ingin bebas
Jika kau ingin tak terikat
Jika kau ingin tak tertekan
Jika kau ingin hidup damai
Berarti kau ingin merdeka kawan
Tapi apa yang kau buat
Apakah sudah berkorban
Apakah sudah juang
Apakah sudah perang
Atau hanya berpangku tangan kawan
Tahukah kau
Ribuan jiwa runtuh tertimbun
Untuk membebaskan pertiwi dari penjajah keji
Walau darah membanjiri raga kawan
Ingat merdeka itu mahal
© unsplash.com/Alex Block
Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!
Seruan panglima kepada anggotanya
Masih ingat bung Tomo dengan semangatnya
I Gusti Ngurah Rai dengan Puputan Margarana
Palagan Ambarawa dengan tumpah darahnya
Bekerjasama untuk tanah air kita Merdeka dari para penjajah durjana
17 Agustus 1945
Proklamasi dibacakan
Riuh tangis haru dikumandangkan
Jatuhnya Jepang dan merdekanya Negara Indonesia
Rumusan Pancasila tersusun secara nyata
Bukti jadi dasar Negara Indonesia
Lambang negara Bhineka Tunggal Ika
Saya Indonesia, Saya Pancasila
Karena jasamu kita merdeka
Hidup di ujung barat hingga timur
Tanpa takut dan gugup yang membara
Kau rela mati demi kami
Kau rela miskin demi kami
Kau rela menderita demi kami
Untuk kami kau rela hancur
Berkatmu indonesia bisa merdeka
Mengepak sayap melesat langit
Berkatmu indonesia bisa jaya
Menembus zaman hingga canggih
Tak terbayang jika keberanian itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayang jika kesabaran itu tak menyertai derita kalian
Tak terbayang jika semangat itu tak membakar bara kalian.
Kami anak muda kami bangsa Indonesia
Berterima kasih untuk jasa jasamu para pahlawan
Karena perjuangan yang luar biasa kalian
Indonesia bisa menikmati udara kemerdekaan.
© unsplash.com/Jeremy Bishop
Indonesia, engkaulah tanah airku
Tanah kelahiranku, tanah tumpah darahku
Di sanalah para pahlawan
Memperebutkan sang saka merah putih
Tanah airku Indonesiaku
Negeriku bukan hadiah para penjajah
Negeriku hasil jerih payah
Pengorbanan dan perjuangan para pahlawan
Dengan ombak darah di lautan
Wahai anak cucu di masa depan
Hargailah arti dari kemerdekaan
Karena perjuangan melawan penjajahan
Tidaklah semudah membalikkan telapak tangan
Kebebasan memberi kesejukan di bumi pertiwi
Bebas tanpa jerit penindasan
Bebas dari deru keadaan
Kini anak manusia tersenyum bahagia
Problematika kemerdekaan telah lewat
Anak negeri mudah menggapai mimpi
Tak sekeras kerja rodi melelahkan diri
Kini kita telah bebas Bebas melindungi tanah air
Sudah berada di tempat yang berdaulat
Kita bisa satukan bangsa
Sampai Indonesia terus berjaya
© unsplash.com/Melvin Tan
Hingga detik ini
Darah tertumpah membanjiri persada
Ribuan nyawa melayang
Tulang belulang berserakan
Sebuah pengorbanan yang harus dibayar mahal
Demi terwujudnya kata
Merdeka
Jiwa gugur tak terhitung jumlahnya
Darah segar merasuk di sela-sela tanah air
Dengan bangga jasadmu tersenyum
Menyaksikan kemerdekaan negeri tercinta
Indonesia,
Ke mana hati kita tanam dalam-dalam
Di mana ruh kita simpan dalam dada
Di mana bangsa kau junjung tinggi
Indonesia,
Ingatlah Budi Utomo dan para pemuda dalam ikramya
Ingatlah Soepomo, Syahrir, Soekarno dalam ide juangnya
Mereka belum mati
Ruhnya masih bersemayam di setiap nurani anak-anak bangsa
Semangatnya masih menggema dalam dada
Masihkah kita bertanya
Sudahkah kita merdeka?
© freepik.com/rawpixel.com
Kata kakekku:
Kita harus mencintai negeri ini
Dengan sepenuh hati
Itu menjadi harga mati
Perjuangan para pahlawan dahulu
Berkorban tak peduli apa yang terjadi
Walau sampai mati
Untuk negeri kita cintai
Darah suci banyak jatuh di tanah pertiwi
Darah suci yang penuh arti
Untuk negeri ini
Untuk memberikan kemerdekaan yang hakiki
Pesan kakekku:
Kita jangan melupakan perjuangan pahlawan yang gugur di negeri ini
Karena jasa-jasanya sangat berarti
Yang telah memberikan kemerdekaan ini
Aku adalah seribu tahun lalu mencoba melawan semua kalah
Dan luka untuk kubawa pergi merenggut semua kalimat asa untuk merdeka angkasa surya menopang semua deru ombak derita ringkus habis semuanya!
Tanpa ada orang yang tersisa.
Semua tulisan-tulisan dari penyair terkenal ini adalah bukti nyata kalau dulu negara ini menelan jutaan jiwa sampai merdeka!
Saat ini, negara ini dijajah mati oleh pribumi sendiri Bukannya benar pertanyaanku?
Sudahi semua pertingkaian ini, atau merdeka dua kali?
Ringkus peristiwa!
Kita merdeka karena kita berbeda!
© freepik.com/rawpixel.com
Merdeka ini adalah upaya yang tak kenal lelah
Usaha yang tak pernah menyerah
Merdeka ini adalah cucuran keringat dan darah
Yang setia mencucur hingga melimpah ruah
Merdeka ini adalah lelah
Lelah yang dirasakan oleh setiap jiwa
Merdeka ini tak mudah digapai
Karena berjuta ton darah raib serta tergadai
Merdeka didapat dengan taruhan nyawa
Demi merdeka jutaan nyawa dan jiwa melayang
Demi merdeka untuk senyum esok yang lebih
Demi merdeka untuk senyum bangsa Indonesia
Demi merdeka ibu pertiwi, kini dan nanti
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “ Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
© unsplash.com/Dikaseva
Sederhana dan murni
Impian remaja
Hikmah kehidupan
berNusa
berBangsa
berBahasa
Kewajaran napas
dan degup jantung
Keserasian beralam
dan bertujuan
Lama didambakan
menjadi kenyataan
wajar, bebas
seperti embun
seperti sinar matahari
menerangi bumi
di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945
Akhirnya tak terlawan olehku
Tumpah di mataku, di mata semua sahabat-sahabatku
Ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggaan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal
Tanah dimana kuberpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar
Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah
Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam kuat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya
Dan fajar mulai kemerahan
© unsplash.com/ Claudia Fernández Ortiz
Pahlawanku..
Bagaimana ku bisa
Membalas jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi
Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tertembak peluru penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas jasamu
Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku.. engkaulah bunga bangsa
Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah kemana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam
Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas
Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkanya
Namun semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi
© unsplash.com/Harry Kessell
Indonesiaku,
Kini kau ‘tlah terlepas dari belenggu penjajah?’
Dulu ditindas, ditebas hingga dirampas
Hingga satu persatu rakyat tewas
Indonesiaku,
Terbebas dari penjajah tak semudah membalik tangan
Detik demi detik merelakan keringat bertetesan
Satu malam pun serasa ribuan tahun
Indonesiaku,
Kini sang dwiwarna telah berkibar
Semerbak harumnya bagaikan mawar
Sampai tak terasa puluhan tahun terlewatkan
Indonesiaku,
Semoga kisahmu tak pernah pupus
Tak hanya suka namun juga duka
Bukan hanya tinggal sebuah cerita
Tanggal merah di kalender duduk tersenyum merekah
Katanya ada perayaan ditunggu-tunggu dengan merah dan putih.
Mengubur marah, menggembala sejarah
Begitu perayaan ala orang-orang bodoh
Bukan tentang huru-hara dan hore
Berdiri di tengah terik menyaksikan bendera sedang ditarik
Kata orang-orang pandai scrupa itu cintai negeri
Perayaan ala orang-orang bodoh
Tak pernah semeriah karangan bunga dibalut upacara khidmat
Dihadapan rajut darah dan tulang yang dijahit oleh doa lamat-lamat
Meski kemerdekaan dalam isi kepala umat
Adalah debat kusir yang tak mengenal kata tamat
Sebab perayaan ala orang bodoh
Serupa: mencangkul kebun subuh hari dan pulang saat keringat sudah terkumpul rapi
Atau menjala ikan di lautan bahala
Beberapa merayakan kemerdekaan dengan seribu gelengan kepala
Saat menyeduhkan kopi untuk para pelupa
Bahwa kita adalah penjajah, penjarah, dan pemusnah kemerdekaan sesama
© unsplash.com/Killian Pham
17 kemarin
Terasa menggemparkan
Terasa menggembirakan
Ada pekik kemenangan
Ada pekik kebahagiaan
Bahagia bisa kembali ke tanah mulia
Bahagia bisa bersama ibu pertiwi
Kini 17 agustus bergema kembali
Ada yang bergolak dihati
Ingin menangis
Ingin meratap
Tapi kepada siapa
Ibu pertiwiku sedang gundah gulana
Ibu pertiwiku sedang kecewa
Oleh hempasan rasa amarah
Hempasan rasa serakah
Hempasan rasa..
Kemana sang perkasa Kemana sang pejuang pusaka
Kemana mereka? 17 Agustusku
Jangan berlari dariku
Jangan menghindariku
Aku tak sanggup melihat derai air matamu
Aku takkan bisa melihat muram wajahmu
Aku ..
Aku sudah hampir kehilangan ibu pertiwiku
Jangan pergi ..
Tetaplah bersamaku
Menapaki langkah yang pernah kita lalui
Menuai asa yang pernah kita rasakan
Mari kita susul ibu pertiwi
Mengamit tangannya
Mencuri senyumnya
Kita semua adalah pejuang
Pejuang buat diri kita sendiri
Memperjuangkan masa depan
Layaknya para pahlawan kemerdekaan
Perjuangan memang tak semudah membalikkan telapak tangan
Karena di balik perjuangan ada kemerdekaan yang menanti untuk diraih
Inilah yang juga dilakukan oleh para pahlawan
Mereka memperjuangkan kemerdekaan dengan bercucuran keringat
Bertumpah darah
Mengerahkan seluruh jiwa dan raganya
Demi satu kata
" Merdeka"
Semangat perjuangan para pahlawan
Juga tertanam kuat di diri kita semua
Dalam meraih impian
Tidak semudah membalik telapak tangan
Butuh diterpa
Sampai titik darah penghabisan
Butuh berjuang
Demi satu kata
" Merdeka"
© unsplash.com/Pukpik
Itulah beberapa contoh puisi kemerdakaan yang bisa kamu gunakan di lomba Agustusan nanti. Semoga Diazens menang lombanya ya.