©instagram.com/nilatanzil
Binar mata ribuan anak saat melihat buku cerita yang bisa mereka baca di perpustakaan sekolah, adalah salah satu sumber kebahagiaan bagi Nila Tanzil. Rasa hangat dalam hati itulah yang mendorongnya mendirikan Taman Bacaan Pelangi, sebuah organisasi sosial yang berfokus membangun perpustakaan anak-anak di daerah-daerah terpencil di Indonesia Timur.
14 tahun setelah berdiri, kini Taman Bacaan Pelangi telah meresmikan 229 perpustakan yang tersebar di 19 pulau di daerah terpencil di Indonesia Timur. Hingga saat ini, hampir 300 ribu buku bacaan dikirimkan untuk 42 ribu siswa di sana.
Nggak Hanya Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil juga mendirikan Travel Sparks, sebuah social enterprise yan mengajak liburan sambil volunteering di Taman Bacaan Pelangi.
Kontribusinya yang besar terhadap komunitas, perhatian terhadap tingkat melek huruf di pedalaman Indonesia tentu sangat menginspirasi. Dengan semangat yang dimilikinya, Dream.co.id dan Diadona.id memberikan penghargaan 'Influential in Society'yang digelar di Hotel Aryaduta Jakarta, Senin (29/8).
Penghargaan ini ditujukan untuk mengakui dedikasi dan komitmen luar biasa dari para perempuan berpengaruh yang telah menjadi contoh teladan bagi generasi sekarang.
Namun sayangnya, Nila Tanzil tak bisa hadir sebab sedang menempuh pendidikan di Australia. Dia diwakili oleh sang ibu, Yuriah Tanzil, sosok yang disebut sebagai pahlawan baginya.
Melalui video usai menerima Apresiasi Perempuan Berpengaruh, Nila menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang didapat.
" Hingga saat ini Taman Bacaan Pelangi sudah mendirikan 229 perpustakaan yang tersebar sekolah-sekolah dasar di 19 pulau di Inonesia. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas Apresiasi Perempuan Berpengaruh Influential in Society. Terima kasih juga telah mempercayai saya menerima apresiasi ini," ujarnya.
Melalui laman Linkedinnya, diketahui Nila Tanzil pernah menjabat di posisi penting beberapa perusahan besar seperti Maverick Indonesia, BGC Partners dan Nike, Inc. Mengenakan blazer, sepatu hak tinggi dan mengesankan koleganya adalah hal yang dia nikmati.
Namun kemudian dia memutuskan meninggalkan kariernya dan fokus menjadi social entreprenuer di Taman Bacaan Pelangi yang dia dirikan saat masih bekerja.
Nila Tanzil mendirikan Taman Bacaan Pelangi pada bulan November 2009 di Flores. Bekerja sama dengan para pemimpin desa, perpustakaan pertama berdiri di Roe, sebuah desa kecil di kaki bukit Flores, yang hanya memiliki 200 buku.
Taman Bacaan Pelangi bekerja sama dengan sekolah setempat, mengubah perpustakaan mereka menjadi lingkungan belajar ramah anak yang bikin setiap siswanya merasakan cinta terhadap membaca.
Di perpustakaan itu, kegiatan membaca rutin dilakukan. Setiap kelas di sekolah mengadakan kegiatan membaca setiap minggu di perpusataan dengan dampingan para guru.
Nggak hanya itu, Taman Bacaan Pelangi juga menyediakan serangkaian lokakarya peningkatan kapasitas bagi para guru lokal. Dengan lokakarya tersebut, mereka punya ketrampilan dan pengetahuan buat meningkatkan kebiasaan membaca siswa dan menigkatkan minat baca di desa mereka.
Hobinya adalah travelling, yang kemudian dia kawinkan dengan misi sosialnya. Maka jadilah Travel Spark, sebuah social enterprise di bidang travel dengan semangat 'Travel With A Cause', yakni jalan-jalan sambil volunteering di Taman Bacaan Pelangi.
Semua ini berawal dari kunjugannya di sebuah kuil Luang Prabang, Laos, dan menemukan sebuah sekolah kecil di belakang tempat suci tersebut. Nila terdorong buat menjelajah dan kemudian mengobrol sebentar dengan seorang guru bahasa Inggris yang menyapanya. Nila kemudian diundang untuk datang lagi esok hari dan membantu sang guru mengajar di kelas.
Nila nggak nyangka di menghabiskan liburannya menjadi sukarelawan dengan mengajar di kelas bahasa Inggris, pada sebuah sekolah kecil di Laos! Dan momen itu kemudian menjadi salah satu pengalaman paling memuaskan di hidupnya. Sambil mengagumi keindahan tempat wisata dan budaya, dia belajar tentang budaya lokal dan berkontribusi terhadap komunitas.
Pengalaman yang berharga ini meninggalkan perasaan hangat di hati dan dia ingin semua orang merasakan hal yang sama. Inilah yang kemudian menginspirasinya menginiasiasi Travel Spark.
Penghargaan ini tentu bukan kali pertama yang Nila terima. Gerakannya di bidang sosial membuatnya pernah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti “ 10 Iconic Women 2016” dari Senayan City, “ 10 Inspiring Women 2015” dari Forbes Indonesia, “ Kartini Next Generation 2013” Award dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak dan Kementerian Komunikasi dan IT Republik Indonesia, dan masih banyak lagi. Di tahun 2016 aku juga terpilih menjadi salah satu dari 10 finalis untuk “ EY Entrepreneur of The Year 2016” oleh Ernst & Young, sebuah penghargaan bergengsi di kalangan entrepreneur