© 2022 Merdeka-Darmadi Sasongko/rondeaktual.com
Dobrak Arter seorang petinju yang pernah menjadi juara dunia, kini jadi juru parkir di Malang. Meski dulu namanya sempat bersinar kancah olahraga tinju nasional hingga internasional.
Di salah satu sudut Kota Malang, terdapat seorang juru parkir yang dikenal dengan nama Wicahyono. Sekilas, tak ada yang spesial dari penampilan pria kelahiran 1974 ini.
Namun siapa sangka, pria yang satu ini dulunya merupakan atlet berprestasi yang bahkan pernah meraih gelar sebagai juara dunia, yang dulunya dikenal dengan nama Dobrak Arter.
"Kerjaannya ya seperti ini. Saya jaga dua hari di sini, Selasa dan Rabu," kata Dobrak Arter seperti dikutip dari laman Merdeka.com, Kamis (10/3/2022).
"Sebelumnya menjaga pembangunan stasiun Malang yang timur, kemudian Hotel Kalpataru dan sekarang jaga parkir," lanjutnya.
Wicahyono, atau Dobrak Arter berkisah bahwa dirinya memang berasal dari keluarga petinju. Menurutnya, ada lima dari tujuh saudaranya yang menggeluti dunia tinju.
Sekira tahun 1993, pria berdarak Ambon ini mulai bergabung dengan Sasana Sawunggaling Boxing Camp Surabaya. Namanya makin mencuat saat dipromotori oleh Aseng Sugiarto.
Dobrak Arter menuturkan, bahwa serangkaian pertandingan mengantarkannya menjadi juara di kelas terbang hingga kelas ringan. Mulai dari juara tingkat nasional WBF hingga IBO.
" Pernah di WBF (World Boxing Federation) Intercontinental tanding di Surabaya dan Pan Asia Pasifik, tapi lupa saya tahunnya," ungkap pria brpostur atletis ini.
Lebih lanjut, ia juga pernah meraih sabuk emas kelas ringan yunior 58,9 kilogram pada pertandingan tinju profesional Inra Super Fight 2010 di Gor Hayam Wuruk Surabaya pada Rabu (21/4/2010) silam.
Sementara itu, menjadi juru parkir menjadi pilihannya dalam bertahan hidup. Lantaran kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Meski jauh dari sejahtera, namun jadi juru parkir jadi alternatif satu-satunya yang ia temukan.
" Makanya saya putar otak, putar tenaga bagaimana bisa punya pendapatan. Saya keliling yang bisa menghasilkan uang berapa pun itu jumlahnya. Yang jelas saya tidak tipu menipu," tukasnya.
Lebih lanjut, Dobrak Arter juga mengungkap, di usianya saat ini ia masih belum mampu membeli rumah untuk dirinya dan keluarga. Ia kini tinggal di sebuah kontrakan.
Pendapatannya sebagai seorang tukang parkir cukup terbatas untuk menghidupi istri dan kedua anaknya yang kini duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD) dan kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
" Pendapatan juru parkir tidak bisa diprediksi, sehari itu nggak lebih dari Rp80 ribu, bisa-bisa hanya bawa Rp40 Ribu," jelasnya.
Sebelumnya, ia juga sempat mengungkap bahwa dirinya pernah ditawari untuk mendapatkan rumah gratis dari Kemenpora. Bahkan ia sampai tiga kali mengisi formulir.
" Saya pernah ngisi formulir akan diberi rumah dari Menpora, tiga kali tapi tidak cair. Saya disodori formulir, tapi tidak terbukti," ujarnya Dobrak.
Untuk kisah Dobrak Arter lebih mendetail bisa langsung baca di sini ya!