YouTube Kuliner 1520
Perjuangan panjang telah dilalui Zaenal Mustofa, seorang penjual nasi goreng yang kini sukses jadi bos di Pemalang ini cukup menarik untuk dikulik.
Pernah hidup susah hingga hanya bisa tidur beralaksan kardus, pria asal Jawa Tengah ini bagikan kisah hidupnya yang kini menjadi salah satu pemilik warung makan yang laris manid di Jakarta.
Dilansir dari kanal YouTube kuliner 1520, Zainal sudah 18 Tahun menjual nasi goreng. Tak seperti warung nasi goreng pada umumnya, Zainal telah membuka lapaknya sejak pukul 5 petang hingga tengah malam.
" Saya dari 2004 sampai sekarang ini," terangnya yang dikutip pada Rabu, (28/9/22)
Sukses jual nasi goreng dengan cita rasa nikmat, Zaenal kini sudah menjadi bos dari warung nasi goreng miliknya dengan sejumlah pegawai dan tentunya dengan pendapatan yang cukup fantastis.
" Ada yang bantuin. Itu ada masnya yang jaga es," ungkapnya.
Tak mau sia-siakan kesempatan, mantan pegawai pabrik ini juga lebarkan sayapnya dengan membuka gerai minuman segar yang terletak tak jauh dari warung nasi goreng miliknya.
" Alhamdulillah punya es juga di sebelah itu," imbuhnya.
Lewati lika-liku kehidupan yang cukup panjang, Zainal sempat menjadi buruh pabrik garmen di Jakarta hingga berpindah menjadi anak buah dari seorang penjual nasi goreng.
" Dulu kerja di pabrik garmen di Jakarta. Setelah itu, terus ikut orang jualan nasi goreng. Saya ngikut orang itu selama empat tahun," imbuhnya.
Punya pengalaman dan bekal memasak, mantan buruh pabrik ini pun mencoba peruntungan baru dengan membuka warung nasi goreng sendiri di kampung halamannya.
" Akhirnya berani buka sendiri. Pengen majulah, pengen bantuin orang biar saya punya pendirian sendiri lah, seperti itu," ungkapnya.
Tak hanya bermodalkan nekat, Zainal pun juga mendapatkan sokongan dana dari adiknya.
" Dulu awalnya modal ada dibantu sama adik saya. Separuh adik saya, separuhnya adik saya," ungkapnya.
Kesuksesan yang kini diraih Zaenal tak serta-merta membuatnya buta. Terbukti, beberapa sosok yang berjasa di hidupnya hingga kini masih terus ada di benaknya.
" Dulu saya tidak punya apa-apa. Lemari saya tidak punya, itu pertama kali ke Jakarta. Saya tidur itu di lantai doang, di atas kardus," tutupnya.