© Freepik
Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan penting bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di pulau Bali. Merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan, Hari Raya Galungan menandai awal dari sepuluh hari penuh perayaan yang dikenal sebagai Galungan dan Kuningan. Perayaan ini dirayakan oleh para penganut Hindu untuk menghormati dan menghormati roh-roh leluhur dan membawa kebahagiaan serta berkat bagi semua.
Galungan adalah perayaan yang memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Hindu. Dipercaya bahwa selama periode ini, para roh leluhur turun ke dunia untuk memberkati dan melindungi keluarga mereka. Selain itu, pada Hari Raya Galungan, Dewa Hyang Widhi Wasa, sebagai sumber segala kehidupan dan kebahagiaan, juga dihormati dan diberikan persembahan.
Sebelum Hari Raya Galungan tiba, para penganut Hindu melakukan persiapan yang intensif. Rumah-rumah dan kuil-kuil dihiasi dengan penuh semangat dan keindahan. " Penjor" , tiang bambu yang dihias dengan dedaunan, bunga, dan berbagai jenis makanan, menjadi simbol utama perayaan ini. Penjor melambangkan keberlimpahan dan kemenangan atas kegelapan dalam hidup.
Selain itu, " canang sari" , persembahan berupa sajian bunga, makanan, dan kemenyan, disiapkan dengan cermat oleh setiap keluarga untuk diletakkan di kuil-kuil sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan. Masyarakat juga berbondong-bondong mengunjungi pasar untuk membeli pakaian baru dan pernak-pernik untuk merayakan Hari Raya Galungan dengan penuh kegembiraan.
Pada hari Galungan itu sendiri, masyarakat Hindu berangkat ke kuil untuk bersembahyang dan berdoa bersama-sama. Upacara ini diikuti oleh para pemangku adat dan pendeta, yang memimpin doa dan persembahan kepada para dewa dan roh leluhur. Suasana selalu penuh semangat dan kegembiraan karena dianggap sebagai saat untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
Perayaan ini juga menjadi kesempatan bagi umat Hindu untuk menyantap hidangan lezat dan khas Bali. Beberapa hidangan yang khas untuk Hari Raya Galungan adalah " lawar" (hidangan daging cincang dengan rempah-rempah dan kelapa), " ayam betutu" (ayam berbumbu dengan rempah-rempah dan dibungkus daun pisang), serta aneka kue tradisional khas Bali.
Setelah sepuluh hari perayaan Galungan, perayaan Kuningan diadakan sebagai penutup. Pada hari ini, para leluhur diyakini kembali ke alamnya. Canang sari dan penjor yang sebelumnya dipasang di depan rumah dan kuil, kini dibuang ke sungai atau laut sebagai bentuk persembahan terakhir.
Perayaan Hari Raya Galungan juga memberikan peluang bagi masyarakat Bali, terlepas dari agama yang dianut, untuk merayakannya bersama. Toleransi beragama di Bali sangat kuat, dan Hari Raya Galungan menjadi contoh bagaimana berbagai komunitas agama hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Perayaan ini adalah kesempatan untuk saling mengenal dan berbagi kebahagiaan sebagai bagian dari semangat persaudaraan yang erat.
Hari Raya Galungan adalah momen penting bagi umat Hindu di Bali untuk merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan dan menghormati roh-roh leluhur. Dalam perayaan ini, masyarakat Bali menunjukkan semangat kerukunan antaragama, menghargai keberagaman, dan menyatukan hati dalam kegembiraan bersama. Semoga perayaan ini terus menjadi simbol kebaikan dan persatuan bagi semua orang di Bali dan di seluruh dunia. Selamat Hari Raya Galungan!