Game Rape Day Bakal Ajarkan Kamu Gimana Rasanya Jadi Pemerkosa, Developernya Siapa nih?

Reporter : Andrawira Diwiyoga
Jumat, 17 April 2020 06:50
Game Rape Day Bakal Ajarkan Kamu Gimana Rasanya Jadi Pemerkosa, Developernya Siapa nih?
Untung aja gamenya gak jadi rilis di Steam gaes

Jika kamu seorang gamer sejati, tentu tidak keberatan dong jika mencoba memainkan game-game unik. Ternyata di luar sana, game tidak hanya bertema action atau olahraga saja lho.

Ada yang bertema simulasi kehidupan, mengantar barang, dan masih banyak lagi. Tidak sedikit juga muncul game kontroversial yang bikin kita menepok jidat.

Salah satunya yaitu game berjudul Rape Day. Game kontroversial ini membuat kita berpikir apa yang dipikirkan developer saat mengembangkan game ini sih.

1 dari 4 halaman

Dikutip dari Daily Beast, Rape Day merupakan game dimana karakter utama merupakan seorang pemerkosa. Jadi, selama kamu memainkan game mesum ini, amu akan merasakan bagaimana rasanya menjadi pemerkosa tanpa adanya hukum yang berlaku.

Seting dalam game ini yaitu bertema zombie. Dunia di game ini sudah hancur atau istilahnya apokolips.

2 dari 4 halaman

Rape Day

Pada tahun 2019, game kontroversial satu ini sempat akan diluncurkan dalam Steam. Bahkan, promosi game tersebut pun juga sudah dilakukan.

Namun, ada petisi yang memaksa Steam untuk membatalkan perilisan game Rape Day tersebut. Pada akhirnya, Steam menolak untuk merilis game Rape Day dengan alasan terlalu brutal untuk dimainkan.

“ Kami menghormati keinginan pengembang untuk mengekspresikan diri mereka. Steam pun bertujuan untuk membantu pengembang menemukan audiensnya. Namun, pengembang ini memiliki masalah dalam menampilkan kontennya. Sehingga, kami kesulitan untuk membantu mereka.” penjelasan resmi dari pihak Steam yang menolak game Rape Day.

3 dari 4 halaman

Rape Day

Developer dari game Rape Day, Desk Plant, menerima penolakan Steam untuk tidak merilis gamenya. Desk Plant tetap mengedarkan gamenya tersebut lewat media lain.

Desk Plant pun tidak menjamin bahwa peredaran gamenya tersebut bakal berlangsung lama. Mereka juga memperkirakan pasti bakal ada gelombang protes yang lainnya seperti petisi tersebut.