© Shutterstock.com/farzand01
Hari Sumpah Pemuda adalah salah satu hari bersejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Diperingati setiap tanggal 28 Oktober, Hari Sumpah Pemuda merupakan momen yang mengingatkan kita akan semangat persatuan dan kesatuan para pemuda Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.
Sumpah Pemuda sendiri juga sekaligus menjadi pengamalan nilai-nilai yang ahrus kita terapkan dalam kehidupan sehadi-hari. Nilai tersebut antara lain adalah kegotongroyongan, patriotisme, musyawarah, cinta tanah air, kekeluargaan, persatuan, kekeluargaan, cinta damai, dan tanggung jawab.
Lebih dari itu semua, mari kita terlusuri kembali sejarah sumpah pemuda. Kemudian, mari kita kembali memaknai Sumpah Pemuda dengan pemahaman yang relevan di saat ini, Langsung saja, yuk simak artikel di bawah ini ya Diazens.
Melansir dari laman Museum Sumpah Pemuda, gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928 berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres ini bertujuan memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang telah tumbuh di dalam benak dan sanubari pemuda-pemudi.
Sebelum kongres digelar, para pemuda mengadakan pertemuan terlebih dahulu pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928. Mereka membahas tentang pembentukan panitia, susunan acara kongres, waktu, tempat, dan biaya. Kemudian pertemuan menyepakati bahwa Kongres Pemuda Kedua akan diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi, yaitu gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw (Rumah Indekos, Kramat No. 106).
Kemudian, keseluruhan biaya akan ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela. Selain itu, pertemuan juga menyepakati pembentukan kepanitiaan kongres dengan susunan sebagai berikut:
Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I: Johan Mahmud Tjaja (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III: R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V: Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)
Lalu, setelah struktur kepengurusan terbentuk, hari-hari selanjutnya dilanjutkan dengan rapat. Menurut berbagai catatan, rapat supah pemuda dilaksanakan sebanyak tiga kali di tiga tempat dan hari yang berbeda.
Rapat pertama Sumpah Pemuda diselenggarakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
“ Perceraiberaian itu wajiblah diperangi, agar kita bisa bersatu” (Sambutan Sugondo Djojopuspto dalam pembukaan kongres)
Kemudian, rapat dilanjutkan dengan uraian Mohammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang akan memperkuat persatuan Indonesia diantaranya sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Di hari esoknya pada 28 Oktober 1928 pagi hari, rapat kedua diselenggarakan di Gedung Oost-Java Bioscoop dengan bahasan utama seputar pendidikan. Kedua pembicaranya adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, yang sependapat bahwa setiap anak harus mendapat pendidikan kebangsaan.
“ Di Indonesia ini, mesti lebih banyak perubahan-perubahannya dalam segala apapun juga. Kita harus membuang jauh-jauh itu tabiat mempermanja anak-anak kita” (Poernomowoelan)
Selain itu, setiap anak juga harus dididik secara demokratis dan ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dengan di rumah.
Rapat yang ketiga masih diselenggarakan di Gedung Indonesische Clubhuis Keramat yang kini diabadikan sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Pada 28 Oktober 1928 sore hari, sesi ini Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini akan mendidik anak-anak agar lebih disiplin dan mandiri, keduanya adalah hal-hal yang dibutuhkan dalam hal perjuangan. Pada rapat ketiga inilah diumumkan rumusan hasil kongres yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Oh iya Diazens, di sesi ini juga pertamakali dinyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman. Lagu ini isambut dengan sangat antusias oleh peserta kongres. Kemudian kongres ditutup dengan pembacaan sebuah keputusan oleh Sugondo Djojopuspito dan juga putusan yang dirumuskan oleh Mohammad Yamin.
Setelah dilakukan rapat selama 3 kali, tercetuslah putusan kongres Sumpah Pemuda. Putusan ini hingga saat ini kita ketahui sebagai Sumpah Pemuda, berikut ini adalah isinya:
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Jadi itu ya Diazens, detail sejarah dari Sumpah Pemuda yang merupakan salah satu momen penting bagi pergerakan pemuda Indonesia. Saat ini, sebagai kita semua sebagai Pemuda Indonesia wajib meneruskan ide dan gagasan ini agar terus hidup.