© Youtube.com/The Hermansyah A6
Belakangan ini kita sering dihebohkan dengan kisah perubahan status jenis kelamin seseorang. Pesohor seperti Lucinta Luna dan Millen Cyrus ramai mondar-mandir di media dengan pertanyaan seputar jenis kelamin keduanya.
Belum lama ini, terjadi sebuah kasus yang sekilas terlihat mirip. Pengadilan Negeri Surabaya baru saja menyetujui permohonan Putri Natasnya (19) untuk mengganti status kelamin dari perempuan menjadi laki-laki. Namanya pun diubah menjadi Ahmad Putra Adinata.
Kisah ini menjadi viral karena masyarakat menganggap perubahan yang dialami Putra tersebut berhubungan dengan oprasi perubahan jenis kelamin. Jadi bagaimana kisah sebenarnya?
Anang Hermansyah dan Ashanti berkesempatan mewawancarai langsung Putra bersama dengan kuasa hukumnya, Martin Suryana.
Dalam video wawancara di channel Youtube The Hermansyah A6 tersebut, Martin selaku kuasa hukum menjelaskan bahwa kesalahan status jenis kelamin di diri Putra berawal dari kelainan yang dialaminya saat baru dilahirkan.
" Putra ini sejak lahir mengalami suatu kelainan yang secara medis disebut hipospadia, yakni kelainan pada lubang kencing yang tidak normal," jelas Martin.
Dalam video tersebut, Martin juga menegaskan bahwa Putra nggak pernah menjalani operasi ganti kelamin. Operasi yang dilakukan oleh Putra hanya berupa penyempurnaan bentuk karena kelainan yang dialaminya sejak lahir itu.
Bukti-bukti kuat juga sudah diungkapkan. Martin mengatakan kalau berdasarkan cek medis, diketahui bahwa Putra nggak punya indung telur dan rahim selayaknya perempuan. Selama 18 tahun hidup, Putra juga nggak mengalami menstruasi.
" Bukti-bukti itu meliputi secara tertulis termasuk tes kromosom yang secara medis sudah membuktikan Putra ini kromosomnya XY, yaitu laki-laki," ujar Martin.
Sebelum diputuskan sebagai laki-laki secara resmi oleh pengadilan, Putra sering mendapatkan kesulitan dalam hidupnya.
Untuk urusan ibadah, dia ragu karena bingung harus menjalankan ibadah layaknya laki-laki atau perempuan.
" Sampai urusan sholat dia bingung harus sholat secara laki-laki atau perempuan," terang Martin.
Lingkungan sekolahnya pun sempat memberi tekanan pada Putra. Bullyan demi bullyan datang dari teman-teman sebaya. Namun dukungan juga tetap datang dari orang-orang terdekat.
" Yang tidak support pasti kan anak-anak seumuran di lingkungan sosial di mana dia bergaul. Memang terus terang saja ada bullyan verbal maupun fisik," ujar Martin.
Kini Putra sudah bisa bergerak lebih bebas setelah putusan pengadilan yang melegakan. Statusnya yang sudah jelas sebagai laki-laki membuatnya bisa mengejar cita-citanya untuk menjadi atlet pencak silat.
Semoga Putra bisa kembali menemukan kepercayaan dirinya dan bisa meraih cita-citanya, ya!