© Kitabisa.com
Di Singasari, Taraju Kabupaten Tasikmalaya, hidup seorang kakek berusia 65 tahun. Namanya adalah Kakek Patah. Di usianya yang sudah memasuki umur senja ini, kisah beliau begitu mengiris hati kita.
Melansir dari Kitabisa.com, ia adalah seorang marbot masjid di sana. Ia pun tak punya keluarga, tinggal sebatang kara.
Ia tinggal di sebuah gubuk berukuran sangat kecil, hanya 2x3 meter. Gubuk tersebut dibangun di pinggir kebun, itu pun di atas tanah wakaf milik orang lain. Kondisinya begitu memprihatinkan. Tak hanya kecil dan sempit, dinding-dindingnya saja terbuat dari kayu rapuh yang tipis, dan juga bolong-bolong. Ketika hujan turun, bagian rumah tersebut pasti basah dan membaut Mbah Patah kedinginan, apalagi ketika hari sudah malam.
Sebelum tinggal di gubuk tersebut, Mbah Patah sebenarnya tinggal di kandang kambing punya tetangga. Namun ia tak hanya menetap di suatu tempat dulu. Ia tinggal dari satu kandang kambing ke kandang kambing yang lain. Bahkan sejak dulu, Mbah Patah tak pernah tidur nyenyak.
Di tengah kondisinya yang serba kekurangan ini, Mbah Patah juga tak bisa melihat. Namun beruntung, Mbah Patah bisa mengabdikan diri sebagai marbot masjid di sekitar ia tinggal. Tugasnya adalah membersihkan masjid, sampai menjadi muadzin ketika waktu salat tiba. Kadang-kadang ia juga memenuhi panggilan pijit jika ada orang yang membutuhkan jasanya.
Ia tak mengharapkan yang muluk-muluk. Baginya, berbuat baik untuk sekitar di usia senjanya ini sudah cukup. Ada penggalangan dana untuk membuat rumah Mbah Patah menjadi layak huni. Jika kamu ingin berdonasi, klik di link ini ya!