© Donasionline.id
Kehidupan memang tak selalu bernasib baik untuk sebagian orang. Banyak di antara mereka yang harus hidup dengan susah payah. Jangankan untuk mewujudkan impian, bisa bertahan hidup saja juga sudah bersyukur. Apalagi ketika usia sudah senja dan orang-orang terdekat meninggalkan kita.
Hal tersebutlah yang juga dialami oleh Nenek Tarwi, melansir dari Donasionline.id yang umurnya sudah 65 tahun. Ia hidup sebatang kara dan berjuang begitu keras menjadi pemulung kertas demi sesuap nasi. Ia bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga 5 sore.
Sedihnya, bersusah payah mengumpulkan kertas bekas, 1 kilonya Nenek Tarwi hanya diupah Rp200 perak saja. Namun Nenek Tarwi tak ambil pusing. Jika diupah Rp200 perak per kilo, maka Nenek Tarwi hanya harus mencari kertas bekas yang lebih banyak lagi. Ya ampun, kasihan banget.
Udah begitu, Nenek Tarwi baru bisa menjual kertasnya sebulan kemudian. Upahnya pun tak menentu. Dalam sebulan, uang yang didapatkan tak dapat Rp20 ribu, bahkan sering kurang dari jumlah tersebut.
" Upah nenek sebulan paling 20 ribu. Gak pernah lebih. Kalau kurang sering karena kertas sedikit.
Uang Rp20 ribu sebulan membuat Nenek Tarwi harus menghemat untuk makan. Biasanya Nenek Tarwi belikan beras dan garam. Kalau ada sisa, Nenek Tarwi belikan tempe. Meski deikian, Nenek Tarwi tetap bersyukur.
" Makan cuma nasi aja bersyukur, apalagi kalo ada garam atau tempe nenek seneng banget. Tapi ga tiap hari nenek makan nasi. Sering dalam sebulan berasnya udah habis. Jadi nenek harus puasa."
Sedihnya lagi, Nenek Tarwi bahkan sering diusir ketika hendak membeli makanan. Jika kalian ingin membantu kehidupan Nenek Tarwi, bisa klik link ini untuk berdonasi, ya!