Hidup Sebatang Kara jadi Pemulung Kertas, Nenek Ini Sering Diupah Rp200 Perak Per Kilo

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Jumat, 31 Desember 2021 12:27
Hidup Sebatang Kara jadi Pemulung Kertas, Nenek Ini Sering Diupah Rp200 Perak Per Kilo
Belanja bulanan hanya ia belikan nasi dan garam. Kalau ada sisa dibelikan tempe.

Kehidupan memang tak selalu bernasib baik untuk sebagian orang. Banyak di antara mereka yang harus hidup dengan susah payah. Jangankan untuk mewujudkan impian, bisa bertahan hidup saja juga sudah bersyukur. Apalagi ketika usia sudah senja dan orang-orang terdekat meninggalkan kita.

 

1 dari 4 halaman

Nenek Tarwi

Hal tersebutlah yang juga dialami oleh Nenek Tarwi, melansir dari Donasionline.id yang umurnya sudah 65 tahun. Ia hidup sebatang kara dan berjuang begitu keras menjadi pemulung kertas demi sesuap nasi. Ia bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga 5 sore.

Sedihnya, bersusah payah mengumpulkan kertas bekas, 1 kilonya Nenek Tarwi hanya diupah Rp200 perak saja. Namun Nenek Tarwi tak ambil pusing. Jika diupah Rp200 perak per kilo, maka Nenek Tarwi hanya harus mencari kertas bekas yang lebih banyak lagi. Ya ampun, kasihan banget.

 

2 dari 4 halaman

Udah begitu, Nenek Tarwi baru bisa menjual kertasnya sebulan kemudian. Upahnya pun tak menentu. Dalam sebulan, uang yang didapatkan tak dapat Rp20 ribu, bahkan sering kurang dari jumlah tersebut.

" Upah nenek sebulan paling 20 ribu. Gak pernah lebih. Kalau kurang sering karena kertas sedikit.

 

3 dari 4 halaman

Nenek Tarwi

Uang Rp20 ribu sebulan membuat Nenek Tarwi harus menghemat untuk makan. Biasanya Nenek Tarwi belikan beras dan garam. Kalau ada sisa, Nenek Tarwi belikan tempe. Meski deikian, Nenek Tarwi tetap bersyukur.

" Makan cuma nasi aja bersyukur, apalagi kalo ada garam atau tempe nenek seneng banget. Tapi ga tiap hari nenek makan nasi. Sering dalam sebulan berasnya udah habis. Jadi nenek harus puasa."

 

Beri Komentar