© Thenookybox.com
Ada banyak cara bertemu dengan pasangan, terlebih di era media sosial seperti sekarang. Kalau dulu untuk berpacaran kamu harus bertemu dengan orangnya langsung, sekarang kamu bisa berpacaran dengan seseorang yang nggak pernah kamu temui fisiknya sama sekali. Hanya bermodal kenal di media sosial.
Berikut ini adalah #CurahanHati dari salah satu pembaca yang merupakan pelaku pacaran online. Berawal dari bermain roleplay, pembaca satu ini ternyata jatuh hati dengan lawan mainnya, meskipun kisah cintanya nggak berakhir dengan baik.
Simak curhatan berikut untuk kisah selengkapnya.
Halo. Namaku Nana. Bukan nama asliku sih, tapi itu nama yang biasa aku pakai saat berkenalan lebih jauh dengan teman-teman yang aku dapat dari permainan roleplay.
Ya, aku adalah seorang roleplayer. Saat bermain roleplay, kami biasanya berpura-pura memerankan tokoh idola lalu berinteraksi dengan sesama roleplayer seolah-olah kami adalah tokoh tersebut.
Yah, hampir mirip seperti permainan polisi dan maling yang kita mainkan waktu kecil dulu, lah. Bedanya, dalam bermain roleplay, kadang memang ada lawan main yang bisa benar-benar jadi 'maling'. Dalam kasusku, yang dicuri adalah hati.
Iya, aku jatuh cinta dengan teman roleplayku.
Koreksi. Nggak sekedar jatuh cinta, tapi juga sampai pada tahap berpacaran.
Perkenalan kami berawal dari interaksi di Twitter. Ternyata kami merasa satu frekuensi. Aku suka dengan cara interaksinya. Dia pun juga merasakan hal yang sama. Kami saling bertukar ID Line agar bisa bercakap lebih jauh. Obrolan berlangsung. Malam demi malam berlalu dengan serangkaian percakapan. Nggak berarah tapi menyenangkan. Singkat cerita, kami pun berpacaran.
Dua tahun berlalu, kami masih bersama. Walaupun nggak pernah bertatap muka, namun dengan membaca pesan singkatnya saja sudah bahagia. Belakangan memang komunikasi kami nggak seintens dulu. Dari yang awalnya selalu tiap malam, hingga sekarang cuma kalau sempat aja. Tapi semuanya wajar karena kami sudah sama-sama bekerja.
Suatu malam, dia datang ke ruang obrolan kami di Line.
" Malem by," bukanya. Manis seperti biasa.
Dia mengabarkan kalau dia baru saja pulang bekerja. Selanjutnya adalah pertanyaan mandatory seperti " kamu sudah makan?" atau " kamu sudah sholat?" . Tapi serius, walaupun pertanyaan seperti ini cuma seperti formalitas, namun rasanya selalu terdengar tulus. Atau mungkin tergantung siapa yang tanya ya? Hahaha.
" Gimana bosmu? Masih cerewet?," tanyaku. Beberapa kali dia memang mengeluhkan bosnya yang cerewet dan galak.
" Masih, hahaha. Cerewet terus dia," ujarnya.
" Btw bulan depan kita anniversary ke tiga ya?," ujarnya tiba-tiba.
Aku kaget karena di tengah kesibukannya ini dia masih ingat tanggal pertama pacaran online kami ini diresmikan.
Aku mengiyakan pertanyaan tersebut. Kami pun saling bernostalgia tentang awal pertemuan hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran.
Dia bilang kalau dia merasa bersyukur bisa ketemu aku. Terlebih dia merasa sangat terbantu saat ujian kelulusan. Bisa saling dukung sejak sekolah sampai sudah sama-sama bekerja membuat rasa saling memiliki semakin kuat. Setidaknya itu yang kupikirkan, sebelum akhirnya dia mengungkapkan sesuatu yang nggak pernah kubayangkan.
Dia mengaku kalau selama interaksi chat kami merenggang, dia menemukan orang lain yang menemani, yakni teman sekantornya.
Di satu sisi aku merasa sangat sesak dengan kenyataan ini, namun di sisi lain aku nggak bisa berbuat banyak. Aku sadar kalau kami 'hanya' berpacaran secara online. Aku hanya sedih kenapa baru disadarkan sekarang dan dengan cara seperti ini.
Pada akhirnya memang yang menemani dari nol tetap bisa kalah oleh dia yang dekat dan selalu ada.