Ilustrasi Hujan © Freepik
Jakarta, ibu kota Indonesia, dikenal sebagai salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Data dari IQAir, situs pemantau kualitas udara global, menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta sering kali berada di level berbahaya, dengan indeks kualitas udara (AQI) di atas 100.
Polusi udara di Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk emisi kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah. Polusi udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit pernapasan, kanker, dan penyakit jantung.
Untuk mengatasi masalah polusi udara, pemerintah DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya, termasuk penerapan pembatasan lalu lintas, penegakan hukum terhadap pencemaran udara, dan penanaman pohon. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menciptakan hujan buatan.
Pada tanggal 27 Agustus 2023, BMKG melakukan TMC di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hujan buatan yang dihasilkan dengan intensitas sedang berhasil turun di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
BMKG menyatakan bahwa hujan buatan yang dihasilkan dapat membantu mengurangi polusi udara di Jakarta. Hujan dapat membantu mencuci polutan udara dari atmosfer, sehingga kualitas udara menjadi lebih baik.
Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa hujan buatan tidak efektif untuk mengatasi polusi udara. Pendapat ini menyatakan bahwa hujan buatan hanya dapat memberikan solusi jangka pendek, karena polusi udara di Jakarta disebabkan oleh faktor-faktor struktural yang tidak dapat diatasi dengan hujan buatan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan di wilayah Jakarta dan sekitarnya selama tiga hari berturut-turut, mulai tanggal 21 hingga 23 Agustus 2023. Tujuannya adalah untuk mengurangi polusi udara yang sedang memburuk di Ibu Kota.
Hasilnya, terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Namun, BMKG menyatakan bahwa hujan buatan tersebut belum berdampak signifikan terhadap penurunan polusi udara.
" Hujan buatan memang dapat membantu mengurangi polusi udara, namun hasilnya tidak akan langsung terlihat. Diperlukan waktu beberapa hari untuk melihat penurunan kadar polutan di udara," ujar Dodo Gunawan, Kepala BMKG.
Dodo menjelaskan bahwa hujan buatan dapat membantu mengurangi polusi udara dengan cara menyapu partikel-partikel polutan yang tersuspensi di udara. Partikel-partikel tersebut kemudian akan jatuh ke tanah bersama air hujan.
Namun, hujan buatan hanya dapat efektif untuk mengurangi polutan dengan ukuran dan konsentrasi yang besar. Polutan dengan ukuran dan konsentrasi yang kecil akan sulit untuk disapu oleh air hujan.
Selain itu, hujan buatan juga tidak dapat mengurangi polutan yang berasal dari sumber-sumber yang berada di bawah permukaan tanah, seperti asap dari kendaraan bermotor dan pabrik.
Oleh karena itu, BMKG menyatakan bahwa hujan buatan hanya bisa menjadi solusi jangka pendek untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Diperlukan langkah-langkah jangka panjang lainnya, seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan meningkatkan kualitas udara di perkotaan.