© Dok. Sekretariat Kepresidenan
Maudy Ayunda mengemban amanah sebagai juru bicara Presidensi pada perhelatan KTT G20 2022. Akan tetapi dipilihnya Maudy sebagai juru bicara justru menuai banyak kritik. Bayak orang menilai sosok cantik lulusan Oxford University ini tidak puya pengalaman diplomatik atau dalam persoalan ekonomi.
Salah satu media asal New York, Bloomberg menyatakan bahwa Maudy Ayunda tidak punya pengalaman diplomatik atau ekonomi. Sehingga tidak seharusnya ia menduduki posisi juru bicara Presidensi G20 Indonesia.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh praktisi politik LIPI, Wasisto Raharjo kepada Bloomberg. Ia menilai pemilihan Maudy sebagai jubir hanya sebagai pengalihan isu demi menghindari kritik kaum muda terhadap masalah pemerintah sekarang.
Selain itu, pemilihan Maudy dianggap menjadi refleksi pemerintah yang lebih memilih anak muda di perkotaan dibanding daerah pedesaan.
Jika dilihat lebih jauh, sebenarnya tugas Maudy sebagai juru bicara bukan sebagai orang yang berhak menyampaikan permasalahan yang terjadi atau sebagai narasumber. Namun hanya sebatas tim komunikasi publik sehingga lebih mudah dalam menyampaikan pengumuman yang berkenaan dengan pelaksanaan KTT G20.
Hal ini pun turut ditanggapi Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate. Ia mengungkapkan, bahwa tugas Maudy dan dasar pelaksanaan serta pengaruh diplomatik dari pelaksanaan KTT G20 ini tidak bisa disamaratakan.
Johnny juga mengungkap bahwa Maudy akan menyampaikan banyak informasi secara periodik dan pemilihan Maudy sebagai juru bicara Presidensi ini bisa dipertanggung jawabkan serta sudah melalui proses pertimbangan dengan hati-hati.
Tidak hany Menkominfo saja yang memberikan pembelaan pada Maudy. Pembelaan lain pun datang dari anggota DPR RI Komisi I, Hillary Brigitta Lasut yang menjelaskan secara singkat soal peran Maudy di KTT G20 ini sebagai juru bicara dan mengapa Maudy dapat terpilih. Hillary menilai bahwa ide dan inovasi lebih penting dari pengalaman.