© Kompas.com / Nurwahidah
Perjalanan hidup untuk mencapai kesuksesan tak seperti mengedipkan mata. Ada bebatuan yang mesti dilewati selama perjalanan. Begitu pula dengan Samsul (30), pria asal Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Kepada Kompas.com, ia menceritakan perjalanan hidupnya. Mulai dari pernah jadi kuli bangunan dan penjual es lilin, kini ia sukses besar dengan bisnis warung kopinya.
Ketika masih menginjak sekolah dasar (SD), Samsul sudah kehilangan seorang ayah. Ia pun menumpang di rumah Kakak. Sambil sekolah, ia juga menyambi menjadi kuli bangunan dan penjual es lilin.
" Jadi kalau ke sekolah jual es liin punya orang. Biasanya dapat upah seribu. Ketika pulang sekolah lanjut kerja bangunan," jelas Samsul.
Lulus SD, Samsul tak melanjutkan pendidikan. Gimana lagi, ia tak punya cukup biaya.
Saat usianya menginjak 16 tahun, ia keluar dari rumah kakaknya, dan kembali ke rumah sang ibu.
Pada saat itu, ia mendapat kesempatan untuk menjadi asisten pribadu bule asal Prancis, di bidang usaha minyak kemiri.
Mulai dari situ, perekomoniannya mulai membaik. Ia pun rajin menabung dari pekerjaan tersebut. Namun, ibunya jatuh sakit, dan matanya harus dioperasi. Tabungannya pun harus diambil karena ini dan ditambah lagi ia harus berhenti bekerja di bule itu untuk merawat Ibu.
Samsul pun memutar otak. Akhirnya, ia memutuskan untuk berbisnis kaos sablon.
Ia pernah menjadi supervisor di Wakrop Ramlanis Selayar, namun beberapa tahun ia berhenti dan nganggur.
Lalu dengan modal Rp 500 ribu, ia pun menyewa Warkop Passiana. Kursi warkop reyot. Untuk membeli kursi baru, akhirnya menjual motornya seharga Rp 5 juta.
" Saya harus merelakan motor dengan harga Rp 5 juta. Uang itu digunakan beli kursi dan DP motor yang cicilannya Rp 1 juta perbulan," jelasnya.
Masa-masa sulit tapi terus ia lalui. Pernah juga sampai menjual kosmetik dan pakaian secara online. Namun, pendapatan warkop akhirnya mulai stabil.
Di tahun 2019, Samsul pun mulai membuka warkop yang bernama Sem Coffe Shop di Jl Rauf Rahmad, Kecamatan Benteng.
Pengunjung ramai berdatangan. Ia pun sampai mampu beli tanah, hingga bangun rumah untuk sang ibu tercinta.
Namun corona datang, dan tiga bulan pun warkopnya tutup. Pendapatan pun tak ada.
" Selama corona, saya kehabisan uang dan harus bayar lampu, WiFi serta makanan sehari-hari. Memang saat itu tidak ada pemasukan untung ada keuntungan dari bisnis online. Namun tetap saja tidak mencukupi akhirnya menggaikan emas 10 gram."
Namun Juni Ini, Samsul memutuskan untuk membuka kembali warkop. Tak hanya kopi yang ia buka, ia pun menjual makanan seperti ayam penyet dan ceker ayam. Nah, peminatnya pun banyak dan pendapatkan kembali.
" Alhamdulillah saat ini pemasukan sudah kembali normal. Keuntungan bersih diperoleh capai jutaan rupiah."
Memang, Samsul mengakui menjadi pengusaha itu sulit. Tapi selama ada kemauan, pasti bisa.