© Istimewa
Jagad maya tengah dihebohkan dengan kisah pilu seorang bocah belasan tahun yang ditinggal menghadap sang kuasa oleh ayahnya.
Video tangisan seorang remaja di dekat jenazah ayahnya di sebuah gubuk viral di media sosial. Tak sedikit warganet ikut hanyut dalam kesedihan bocah malang tersebut. Terlebih saat melihat kondisi gubuk ayah dan anak yang sangat memprihatinkan.
Dikutip dari laman merdeka.com pada Rabu, (13/4) salah satu akun @banyuasinterkini yang membagikan kisah pilu ini menyebut peristiwa yang menimpa bocah malang itu terjadi di Desa Gilirang, Kecamatan Muara Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dalam video singkat yang beredar luas, jasad sang ayah sudah terbujur kaku berselimut kain di dalam gubuk tak berdinding yang berada di tengah sawah. Gubuk ringkih itu tampak disangga kayu. Mirisnya, gubuk tersebut berada di atas genangan air.
Perantau
Ayah bocah yang meninggal dunia itu diketahui bernama Andi Arsyad (70), warga asal Lampung Timur.
Ayah dan anak itu merupakan perantauan yang sering mondari-mandir ke kampung tersebut. Hidup serba kekurangan, ayah dan anak itu sebelumnya sudah pernah dibantu oleh warga sekitar untuk pulang ke Lampung. Mereka bahkan juga mendapatkan sedikit uang dari warga sebagai ongkos naik angkutan untuk kembali ke kampungnya.
Setelah sempat pergi, keduanya kembali balik ke Desa Gilirang. Warga pun membangunkan pondok bagi keduanya, karena mereka sering menumpang istirahat di rumah warga.
Kata Camat
Camat Muara Sugihan, Welli Ardiansyah memberikan keterangan jika peristiwa itu benar terjadi di wilayah pemerintahannya pada Kamis (7/4).
Anak yang menangis dalam video tersebut bernama Dedek (17) dan ayahnya yang meninggal adalah Andi Arsyad (70). Dia pun mengamini keduanya merupakan perantaun asal Lampung Timur.
Tangisan dan Penyesalan Bocah
Camat Muara Sugihan pun mengaku tersayat hatinya setelah melihat video yang beredar tengah memprihatinkan bocah malang meratapi kematian ayahnya di pondok kayu tak layak huni. Mirisnya lagi, gubuk yang nyaris tak berdinding itu hanya beratap daun nipah.
Dari keterangan yang didapat, Dedek menangis karena menyesal tidak mau tinggal bersama ayahnya di gubuk. Dedek mengetahui sang ayah sudah meninggal dunia saat menjenguknya.
Mengetahui kejadian menyayat hati itu, warga desa setempat kompak mengevakuasi jenazahn dan memakamkannya secara layak.
Bekerja sebagai Pemanjat Kelapa
Dedek, bocah berusia belasan tahun itu bekerja sebagai pemanjat kelapa. Sementara ayahnya tidak lagi bekerja karena sudah lanjut usia.
Karena kembali ke desa Gilirang, warga kompak membangunkan ayah dan anak itu gubuk sebagai tempat tinggal dari hasil sumbangan sukarela warga.
" Nah begitu pondok sudah dibuatkan, anaknya malah tidak mau tinggal di sana. Saat dia kembali, dia menemukan ayahnya sudah meninggal dan anak itu menyesal," kata Welly Camat Muara Sugihan.