© Merdeka.com
Pandemi membuat banyak pihak dirugikan. Demi pencegahan virus menyebar luas, banyak profesi yang akhirnya dirumahkan. Bahkan pelajar pun diminta untuk menjalani proses belajar mengajar secara online.
Mungkin untuk orang yang mampu dan tinggal diperkotaan, keadaan ini masih bisa disanggupi. Tapi gimana dengan para siswa yang tinggal di pedalaman?
Bahkan, seorang Kepala Sekolah SMA Fillal di Desa Tani Baru, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegera, Kalimantan Timur, melansir dari Merdeka.com, Indriati sedih melihat keadaan siswanya yang begitu berjuang di keadaan seperti ini.
Salah satu siswa yang dia lihat adalah Sulfiani, kelas 12 SMA. Demi bisa mengikuti ujian daring, ia harus berjemur di bawah terik matahari di dermaga. Belum lagi dengan bau tak sedap ikan asin yang sedang ikut dijemur. Untuk mengurangi sengatan, ia menutupi kepalanya dengan sarung.
" Di dekatnya ada pos penjualan udang, tapi isinya laki-laki semua. Terpaksa harus rela berjemur," ungkap Indriati.
Namun ternyata tak hanya para siswa yang kesusahan. Guru pun juga demikian. Hampir setiap hari, terlihat guru dan murid dengan HP-nya di dermaga mencari sinyal. Tapi, hal ini menunjukan betapa semangatnya orang-orang di sana untuk belajar dan mengajar.
" Itulah realitas di desa kami, tapi semuanya bersemangat melawan keterbatasan yang ada. Jadi ada kelompok guru di satu titik, ada kelompok siswa yang tersebar di titik lain," jelasnya.
Indriati berharap, daerahnya memiiki sinyal seluler yang baik dan lancar. Agar pendidikan belajar dan mengajar berjalan dengan baik.
" Kami hanya mengikuti perintah yang sebenarnya buat kebaikan bersama. Sebisa mungkin, dengan segala perjuangan, kita tetap mendidik anak didik kita. Paling tidak, ada sinyal seluler yang baik dan lancar agar anak didik saya tidak seperti itu," ungkapnya.
Memang begitu memprihatikan untuk daerah pedalaman ketika mengikuti anjuran pemerintah untuk belajar dan mengajar daring. Semoga daerah pedalaman segera mendapatkan sinyal yang baik, ya!