© Gandi Purwandi / Shutterstock.com
Belakangan ini, demo berlangsung dimana-mana. Hal ini dikarenakan Omnibus Law yang menurut mereka kurang tepat. Demo pun diisi oleh berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, tukang ojek, dan buruh-buruh lainnya. Tapi ternyata, sepertinya ada yang tetap diam dan menerima keadaan.
Hal ini tersampaikan oleh akun Facebook Papahe Nokk Risma Lagimerana. Diakun tersebut, tertulis curahain hati tentang mereka yang berprofesi sebagai seorang kuli bangunan. Ketika banyak pihak yang demo, kuli bangunan tidak pernah demo.
" Kami buruh yang gak pernah demo, karena kami sadar gak ada peraturan yang pernah condong ke kami."
Lanjut, curahan tersebut mengatakan bahwa mereka suka terbiasa dicaci dan dihina, meskipun karya-karya mereka terus dikagumi dan dinikmati. Mereka merasa dipandang sebelah mata.
" Dari dulum kami dihinga walo karya kami dikagumi. Kami dicaci walo mereka menikmati karya kami. Kami kuli bangunan yang tak pernah ada jasa dimata mereka. Yang dipikirkan waktu pegebluk corona pun tak tercantuk dalam daftar prioritas penerima bantuan. Ya, tidak seperti ojol dan UMKM."
Karena dipandang sebelah mata, mereka pun tidak demo. Sebab, mereka sudah terbiasa berjuang. Segalan kondisi bagi mereka sama saja. Yang penting sehat.
" Tapi, kami gak demo, karena kkami sadar kami bukan prioritas dan kami sudah terbiasa berjuang.. Moga semua kuli bangunan slalu sehat dan bisa slalu berjuang dlm hidup. Ikhtiar, sabar, ikhlas, dan berdoa."
Begitulah. Begitu menyentuh hati curhatan hati dari perwaklian para kuli bangunan. Semoga semua rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil, dan merata, ya!