© KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR
Tak ada ibu di dunia ini yang tak menyayangi anak kandungnya sendiri. Bahkan ketika anak itu memiliki gangguan jiwa. Seperti mama Ester Deke. Melansir dari Kompas.com, di usianya yang sudah 74 tahun, ia masih sabar dan setia merawat anaknnya yang dipasung karena gangguan jiwa.
Nenek Ester merupakan warga kampung Sembong-Mok, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Provinsi NTT. Kini ia hanya tinggal dengan anak-anaknya. Sang suami, Marselinus Nggeza, sudah meninggal di tahun 1982.
Putra bungsunya adalah Anus, sedangkan putra keduanya adalah Fransisku Kari Ghalis (48). Hanya anak-anaknya yang menemahi hidupnya sehari-hari. Namun, kenyataan pahit harus menimpa putra keduanya itu, Fransiskus.
Fransiskus menderita skizofrenia. Sejak tahun 2000, ia sudah harus dipasung di sebuah gubuk kecil di samping rumahnya. Ya, sebab perilaku Fransisku membuat orang-orang di sekitarnya dalam bahaya.
Sebenarnya, Fransiskus tumbuh sebagai remaja yang baik hati. Ia bahkan pernah mengenyam pendidikan menengah pertama di salah satu susteran di Kota Ende.
Namun, pada suatu waktu, Fransiskus tiba-tiba tumbuh menjadi sosok remaja yang menakukan. Keluarga dan warga kampung menjadi ngeri dengan Fransisku.
Ia tak suka kebisingan, apalagi keramaian. Benda-benda di sekitarnya bisa dilempar begitu saja. Bahkan ketika dikunjungi oleh orang-orang penting di kotanya, seperti salah satunya Anggota DPRD Manggarai Timur Gorgonius Bajang, Fransiskus tampak geram.
Pihak Kompas.com pun menjadi kesulitan untuk melihat sosok Fransiskus dari dekat. Hanya pasungan kedua kakinya yang bisa terlihat.
Tak ada satu keluarga yang ingin anggotanya dipasung. Namun mau bagiamana lagi, nampaknya mamasung Fransiskus merupakan satu-satunya pilihan. Tapi, nenek Ester tetap sabar dan setia merawat anaknya itu, dengan memberikan asupan perutnya setiap hari.
" Bertahun-tahun anak saya sakit dan dipasung. Sebagai seorang mama, saya sabar dan setia memberikan makanan kepadanya. Dan juga anak bungsu yang selalu memberikan makanan. Sebagai seorang mama, sangat sedih dengan derita yang dialami anak," ucapnya dia.
“ Ia sering ribut di rumah. Terus kadang dia omong sendiri. Marah-marah dengan orang juga,” ungkapnya. Bahkan menurut warga setempat, Fransiskus pernah suatu waktu melakukan tindak kekerasan kepada salah satu warga.
Ya, Nenek Ester dengan penuh kasih sayang merawat anaknya yang dipasung itu.
“ Bagaimana pun kondisinya, saya selalu sabar dan penuh kasih sayang menjaga dan merawatnya,” ucap dia.
Nenek Ester mengaku, selama ini ia belum pernah mendapatkan bantuan, kecuali satu kali itu karena pandemi virus corona.
“ Sejak tahun 1982 saya tidak pernah dapat bantuan, baru kali ini saya dapat karena virus ini,” keluh mama Ester dihadapan Yohanes Tobi, Marselis Sarimin, Gorgonius Bajang.
Namun, Kepala Desa Mbengan, Yohanes Tobis menyatakan, mama Ester dan keluarga telah diakomidir menjadi salah satu penerima bantuan langsung tunai alias BLT dari dana desa.
“ Sudah Pak, saya sudah masuk mereka menjadi salah satu penerima BLT kemarin. Mama Ester tolong belanja juga untuk obat dan keperluan Fransiskus,” ajak kepala desa.
Tak hanya Fransiskus, ada juga orang dengan gangguan jiwa lainnya di desa itu, dan 3 di antaranya dipasung. Ya, semoga mereka semua cepat mendapatkan penanganan yang tepat, ya.