© Kitabisa.com
Ketika umur sudah senja, keinginan mereka yang demikian sebenarnya sederhana: hidup dengan menikmati waktu dengan orang-orang terdekat dan tersayang. Namun nyatanya, banyak di antara mereka yang harus merasakan sebaliknya. Hidup sebatang kara dan malah masih berusaha keras untuk bertahan hidup.
Seperti Nenek Fatma ini. Melansir dari Donasionline.com, umurnya sudah 63 tahun. Di umurnya sudah begitu tua, dia hidup sebatang kara. Suaminya meninggal 8 tahun lalu. Kemudian anak satu-satunya meninggal 2 tahun setelahnya. Sang ibu pun juga meninggal saat dirinya mengandung dulu.
Hidup sebatang kara, Nenek Fatma harus merasakan penderitaan lain, yaitu memiliki tumor ganas di tenggorokan. Tumor ini sudah ia miliki selamaa 28 tahun. Setiap hari, tumor itu semakin membesar seperti bola, hingga menutupi telinga dan leher bagian kanan.
Tumor tersebut menimbulkan rasa gatal. Nenek Fatma pun sering tak kuasa untuk menggaruknya. Hingga akhirnya tumor tersebut penuh dengan luka dan darah.
Untuk bertahan hidup, Nenek Fatma bekerja sebagai pembuat daging kelapa yang dikeringkan (kopra), yang dijual kemudian ke bos kelapa. Nenek Fatma hanya mendapatkan Rp 7.000 sehari. Untuk kebutuhan dapur saja tidak cukup, apalagi beli obat. Meksi sudah tau uang segitu tidak cukup, namun Nenek Fatma tetap bersyukur.
" Nak, rasa cukup itu akan terasa hanya kalau kita pandai bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah, hidup di dunia ini harus punya modal kejujuran, kalau kita jaga hubungan dengan Allah maka hubungan dengan manusia juga pasti baik.”
Ketika rasa sakit tumornya kambuh, Nenek hanya berobat di warung. Namun kalau nggak bisa menahannya, baru Nenek Fatma periksa ke dokter. Sang dokter pun sering menolak Nenek Fatma untuk membayar pengobatan karena mengetahui kondisi Nenek Fatma yang memprihatinkan.
Kasihan sekali Nenek Fatma. Yuk, bantu ringankan penyakit Nenek Fatma dengan berdonasi di link ini!
Terima kasih orang baik!