© MStar Via Liputan6.com
Ketika pandemi covid-19 melanda di sejumlah negara, di waktu yang bersamaan sejumlah warga pun dirugikan oleh banyak hal. Terkait pekerjaan, banyak di antara mereka yang akhirnya 'dirumahkan' dari tempat kerja mereka. Bahkan, ada yang harus menghentikan usahanya karena kondisi tersebut.
Begitu pula dengan Pak Kadut, panggilan akrab dari nama aslinya Suwaibatun Nahar Mohd. Melansir dari mStar via Liputan6.com, Pak Kadut harus berhenti bekerja menjadi badut karena pandemi ini.
Namun, Pak Kadut nggak menyerah dengan keadaan. Ia tetap gigih berusaha mencari nafkah. Kali ini, ia berusaha bekerja dengan menjual makanan secara online di facebook. Makanan yang dijualnya adalah cemilan khas rumah di Simpang Renggam, Kluang, Johor.
Namun sayangnya, meskipun Pak Kadut sudah memposting beberapa makanan jualannya di Facebook, masih belum ada yang memencet tombol like. Meskipun gak ada yang 'suka', Pak Kadut tetap gigih untuk melanjutkan apa yang sudah ia mulai.
" Saya seorang pedagang yang baru belajar. Saya akan mengiklankan jualan hari ini bahkan jika tidak ada yang like. Tapi inilah tekad saya. Dukung saya, ya," tulis Pak Kadut di Facebook-nya.
Jika ada pelanggan yang membeli, ia akan mengantar makanan pesananannya dengan menggunakan kostum badut. Meskipun sudah nggak berprofesi sebagai badut, ia tetap akan memakainyal. Sebab, yang membeli makanan tersebut kebanyakan adalah anak-anak.
Wah, salut banget sama Pak Kadut. Semangat ya, Pak, semoga laris manis!
Meski hidup di tengah keterbatasan, nenek Fatimah selalu sabar dan setia menjadi " mata" bagi suaminya yang tak bisa melihat. Keduanya setiap hari harus berjalan berpuluh-puluh kilometer untuk mengais rezeki.
Dikutip dari iamlejen.com, pasangan lansia ini sehari-harinya bekerja sebagai tukang pijat. Meski kini sang suami tak lagi bisa melihat, rasa cinta nenek Fatimah membuatnya rela jadi " tongkat" bagi sang suami saat mencari rezeki.
Menurut sebuah laporan, pasangan lansia ini bahu-membahu jadi tukang pijat selepas Wan Mohamad Jaafar kehilangan penglihatannya akibat kecelakaan di proyek bangunan sekitar tahun 1998 saat berusia 54 tahun.
Sejak saat itu, nenek Fatimah selalu setia menuntun sang suami yang alih profesi sebagai tukang pijat. Biasanya, pasangan ini akan mulai bekerja jam 8 pagi dengan berjalan kaki sejauh lebih dari 20 kilometer setiap harinya untuk mencari pelanggan.
Sebenarnya, nenek Fatimah punya lima orang anak. Sayangnya, kehidupan mereka juga tak jauh lebih baik dari dirinya.
“ Kami punya lima anak yang berusia antara 22 sampai 40-an, tapi mereka juga hidup susah. Kami juga pernah makan ubi rebus yang ditanam di belakang rumah kerana tak ada uang untuk beli makanan,” ucap nenek Fatimah.
" Karena itu, saya dan suami keluar mencari rezeki sebagai tukang urut. Lumayan bisa memenuhi kebutuhan kami termasuk membayar tagihan air dan listrik,” imbuhnya.