© Liputan6.com
Jalan kehidupan pasangan suami istri keluarga Lukas Lodan dan Marta Pewa ini cukup memilukan. Besana dengan 4 anaknya, pasangan itu harus hidup secara nomaden dan mengharap belas kasih orang-orang di sekitarnya.
Dilansir dari liputan6.com, kisah ini bermula pada awal 2014 ketika Lukas Lodan menikahi Marta. sejak saat itu pula mereka harus hidup nomaden karena tidak memiliki lahan untuk tempat tinggal.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, Lukas menjual jasanya membantu orang-orang mencetak batu bata, terkadang juga membersihkan kebun. Sedangkan istrinya Marta bekerja sebagai pengumpul batu kerikil untuk dijual lagi.
Kepada redaksi liputan6 mereka mengatakan bahwa tempat tinggal mereka tidak tetap. mereka bergantung pada kemurahan hati orang yang memberi mereka tanah untuk dibangun tempat tinggal. Ketika yang mempunyai tanah berselisih mereka harus bersiap untuk diusir dan hidup nomaden lagi.
Tak hanya itu, keadaan ekonomi keluarga mereka sangatlah susah. 2 dari 4 anaknya harus putus sekolah.
Anak pertama mereka yang bernama Niko (14) harus putus sekolah saat kelas 3 SD, anak kedua mereka Eman (12) putus sekolah saat kelas 1 SD. Sedangkan Febrianti (4) dan Agus (2) belum sekolah.
Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Alok Barat, Yuliana Heni mengaku, sudah ada inisiatif Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo bersama camat setempat dan Dinsos Sikka, untuk membantu pembangunan rumah keluarga Lukas.
" Pemda mau bangun rumah tetapi persyaratannya, pasutri itu harus punya lahan sendiri. Sehingga belum bisa dibangun," jelasnya.
Semoga kehidupan pasutri tersebut semakin membaik, ya!