© Kompas.com
Setiap orang berjuang demi hidup. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang-orang tercinta. Itulaha mengapa hidup tak selalu manis, banyak juga pahitnya.
Kisah Bu Nurmiyanti (43) begitu hati tersentuh. Melansir dari Kompas.com, ia berasal dari Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Ia mempunyai anak-anak, tapi sudah bercerah dengan suaminya. Perannya pun menjadi seorang ibu sekaligus Ayah.
Demi sekolah anak, Bu Nurmiyanti rela menjadi tukang pijat. Pekerjaan ini sudah ia lakukan sejak tahun 2012. Meski lutut kanannya tak berfungsi normal, ia tetap mengayuh sepeda dari rumah ke rumah.
Ia begitu menaruh harapan kepada anak-anaknya kelak. " Beraharap anak-anak bisa mencapai cita-citanya. Cukup saya yang menjadi tukang pijat," ucapnya.
Perjuangan Bu Nurmiyanti begitu besar dan pahit. Berprofesi sebagai tukang pijat, jam kerjanya tak menentu. Pernah suatu ia pulang jam 01.00 WITA, ban sepedanya kempis pula.
" Jadwal memijat tak menentu. Pernah pulang sekitar pukul 01.00 WITA. Saat itu ban sepeda kempis. Hanya bisa menangis sembari menghubungi sepupu untuk datang menjemput," ungkapnya.
Tak hanya pernah pulang tengah malam. Bu Nurmiyanti bahkan pernah tak dibayar meski Bu Nurmiyanti tahu, orang itu banyak uang. Tapi, Bu Nurmiyanti tetap ikhlas.
" Pernah saya pijat tapi tidak bayar. Padahal banyak uangnya itu orang tapi memang tidak mau membayar. Saya ikhlas meski tidak diberikan uang, dan yakin akan ada rezeki yang lain."
Namun, meski dibilang hidup dengan perjuangan berat, Bu Nurmiyanti tak mematok tarif harga untuk jasa pijatnya. Orang-orang berhak membayarkan seikhlasnya. Ada yang membayarnya Rp 10 ribu, ada yang Rp 50 ribu.
Kini Bu Nurmiyanti tinggal di rumah orantuanya, bersama anak pertamanya. Kedua anaknya yang lain bersekolah di Madrasah Aliyah dan mondok di Pesantrean Babussalam Selayar.
Namun, Bu Nurmiyanti mempunyai mimpi, bahwa suata saat nanti ia bisa membeli tanah, dan rumah sendiri.
" Semoga nanti ada rezeki bisa beli tanah. Nanti akan buat rumah sendiri, biar gubuk kecil tapi tidak apa-apa."
Sebelum menjadi tukang pijat, banyak pekerjaan yang sudah Bu Nurmiyanti lakukan. Mjlai dari tukang cuci dari pintu ke pintu, kerja di tempat laundri, perias pengantin, bahkan berjualan roti goreng keliling.
Kini, Bu Nurmiyanti sudah mendapatkan bantuan PKH sejak juli 2020, berupan uang Rp 120.000 dan beras 10 kg setiap bulannya. Semoga mimpi-mimpi Bu Nurmiyanti cepat tercapai, ya!