Kondisi Mapan tapi Jiwa Serabutan, Kisah Haru Seorang Bapak Tentang Keluarganya

Reporter : Firstyo M.D.
Kamis, 20 Februari 2020 12:53
Kondisi Mapan tapi Jiwa Serabutan, Kisah Haru Seorang Bapak Tentang Keluarganya
"Anak adalah titipan"

Istilah itu sering kita dengar sebagai pengingat bagi orang tua bahwa anak nggak selamanya akan ada di sisi mereka. Memang, pada waktunya, anak akan lepas juga dari dekap orang tua. Keluar rumah, membentuk keluarga sendiri, dan melanjutkan hidup.

Bukan hal yang mudah pasti untuk melepas anak. Ikatan emosional yang terjalin sejak masih lahir hingga akhirnya beranjak dewasa tentu sulit dan hampir nggak mungkin untuk diuraikan.

Dalam beberapa kasus, lebih mudah bagi anak untuk melepaskan ikatan dengan orang tua, namun nggak berlaku sebaliknya. Itulah yang terjadi dalam cerita viral berikut ini.

1 dari 4 halaman

Akun Twitter @rezahdy mengunggah cuitan yang berisi cerita pertemuannya dengan seorang bapak-bapak di Bandara Halim Perdana Kusuma.

Reza dan si bapak duduk bersebelahan. Berawal saling asing, akhirnya si bapak membuka pembicaraan. Bapak-bapak yang usianya diperkirakan sekitar 65 tahun itu menanyakan tujuan, seperti percakapan di bandara pada umumnya.

Lalu dalam percakapan tersebut, Reza menanyakan tentang bersama siapa si bapak pergi, yang kemudian dijawab bahwa dia hanya sendiri.

Obrolan kemudian berlanjut membahas tentang tempat kerja, yang dijawab Reza dengan " Serabutan pak" . Saat itulah si bapak mulai menceritakan kisah haru keluarganya.

2 dari 4 halaman

" Serabutan tapi mapan ya? Kalau saya mapan, tapi jiwanya serabutan."

Si bapak lalu menceritakan bagaimana dua orang anaknya berada di luar negeri. Satu bekerja di Amsterdan dan satu lagi kuliah S2 di Amerika Serikat. Istri si bapak sudah meninggal setahun lalu sehingga si bapak tinggal sendirian.

Si bapak punya tempat tinggal yang bagus di kawasan elit Pondok Indah, namun hanya berisi dia seorang dengan seorang satpan, dua orang pembantu, dan seorang sopir pribadi. Anaknya sendiri sudah lama nggak pulang karena fokus pada kesibukan masing-masing.

Sambil bersedih, si bapak menceritakan bahwa bahkan saat istrinya--ibu dari kedua anak tersebut--sudah di ambang kematian, kedua anaknya sama-sama sibuk dan nggak bisa mendampingi.

Si bapak kemudian mengatakan bahwa ini semua salahnya di masa muda yang terlalu memburu uang sehingga lupa untuk mengajarkan sikap berbakti pada orang tua.

3 dari 4 halaman

Cerita pilu itu membuat banyak netizen tergerak hatinya. Komentar mereka pun banyak mengandung kisah personal tentang kepulangan dan hubungan dengan orang tua.

" Bener ini salah satu alasan knp aku harus tetep pulang pas dikasi kesempatan pulang, pas orang rumah pd nyuruh pulang, walaupun di rumah jg gabut, dimarah2in dan masalah lainnya, krn aku takut nyesel aja gitu kalo tiba2 ada kejadian tak terduga," ujar @iikantenggelam.

" Menemani masa tua ibu yg sendirian, salah satu alasan knpa cari kerja deket rumah walau gaada lowongan kerja yg sesuai sama jurusan kuliahku," @rizkaamaliak menambahkan.

Reza sendiri, dalam cuitan tersebut, langsung teringat pada kondisi saat ibunya jatuh sakit. Dia teringat nasihat teman yang menyuruhnya pulang untuk menemui sang ibu.

4 dari 4 halaman

Pulang dan berada di dekat keluarga kadang nggak jadi opsi yang populer untuk dilakukan. Namun semuanya baru akan terasa saat waktu atau bahkan orangnya telah tiada. Jangan sampai kita menyesal saat semua sudah terlambat.

Semoga ini bisa jadi pengingat untuk kita agar menghargai waktu bersama keluarga ya.

Beri Komentar