© Shutterstock.com/ Sorapop Udomsri
Cerita horor kali ini editor dapatkan dari pengalaman pribadi seorang teman. Teman tersebut tidak ingin disebutkan namanya.
Namaku Ikam (nama samaran). Setiap hari pekerjaanku sebagai driver ojek online. Hal tersebut kulakukan untuk dapat membayar biayaku kuliah.
Hampir setiap hari aku pulang ke kosan saat hari sudah malam. Walaupun hasil ngebid di hari itu sedikit, mau tidak mau aku harus pulang jam 9 malam. Aturan tersebut aku lakukan agar aku tidak kelelahan saat mengikuti mata kuliah.
Namun, ada satu hari dimana tidak bisa kulupakan. Hari dimana aku harus tidur nyenyak namun ada gangguan yang sangat meresahkan.
Suatu hari, setelah pulang berburu orderan, aku sampai di kos jam 09.32 malam. Saat itu kondisiku sangat lelah karena saat sore hari hujan deras. Ngebid saat hari hujan merupakan salah satu hal yang tidak disukai oleh para driver ojol.
Tanpa pikir panjang, aku langsung ganti bajuku yang sedikit basah lalu tidur. Tidak lupa juga lampu kamar aku matikan agar tidurku tidak terganggu. Namun, ternyata hari itu aku mengalami tindihan.
Tindihan merupakan keadaan tubuh terbujur kaku, tidak bisa bergerak, namun mata masih dapat melihat. Banyak yang bialng, penyebab seseorang terkena tindihan karena ia sedang kelelahan.
Konon katanya, selama tindihan kamu dapat melihat makhluk halus yang ada di kamarmu. Makhluk halus tersebut tidak bisa mengganggumu, karena mereka cuman ilusi. tetapi, berbeda dengan yang terjadi di malam itu.
Ketika mengalami tindihan, kepalaku menghadap ke arah langit-langit. Dengan posisi badanku telentang, aku melihat sesosok kuntilanak yang berdiri diatas dadaku.
Tentu saja aku langsung panik melihat sosok itu. Tapi apa daya, hanya bola mataku yang bisa bergerak.
Selama menatap kuntilanak tersebut, aku bisa melihat senyum mengerikannya. Walaupun rambutnya tergerai acak-acakan menutupi wajahnya, senyumnya masih bisa kulihat.
Namun, jika itu tindihan, kenapa aku merasakan sebuah beban di dadaku? Awalnya memang tidak terasa apa-apa ketika aku melihat sosok tersebut, makin lama aku semakin merasakan beban kuntilanak itu di dadaku.
Tentu saja hal tersebut membuat dadaku semakin sesak. Jika semakin berat, ketakutanku adalah aku tidak bisa bernapas lalu mati. Apalagi dengan tubuh yang tak bisa kugerakkan ini.
Lalu, ketika benar-benar sesak, bernafas pun sudah semakin sulit, kuntilanak itu mendadak hilang dari dadaku. Seketika juga aku tertidur.
Saat bangun, langsung saja aku shalat subuh untuk menenangkan ingatanku akan kuntilanak itu. Walaupun begitu, masih saja terngiang di kapalaku senyuman makhluk itu di tengah kegelapan.