© Quillette.com
Terkadang cinta tak bisa diperkirakan kapan munculnya dan kepada siapa. Mungkin itulah yang dialami oleh seorang pembaca diadona.id yang memutuskan untuk menceritakan kisah cintanya di sini pada kolom #Curahan Hati.
Perkenalkan nama saya Mars, bukan nama asli tentunya. Saya adalah seorang wanita yang kini sudah berusia 20 tahunan. Saya ingin menceritakan kisah cinta saya yang tak semulus jalan tol dan lebih banyak jalan berlikunya.
Awal pertemuan saya dengannya saat masih SMA. Saya mengikuti sebuah komunitas luar sekolah di kota saya tinggal. Di sana saya bertemu dengan teman-teman yang baru dari berbagai sekolah. Itulah pertemuan saya yang pertama kali dengannya. Namun, saat itu saya belum menaruh hati padanya.
Seiring berjalannya waktu, banyak kegiatan yang kami lakukan bersama. Sampai suatu hari ketika saya sedang memotret di sebuah kegiatan, dia menjadi salah satu objek kamera saya. Entah kenapa dia terlihat begitu tampan di foto tersebut. Barangkali itu adalah awal mula bibit cinta ini tumbuh di hati saya.
Saya pun mulai menyukainya dan makin lama rasa cinta itu makin besar. Saya yang terbiasa memendam apa yang dirasakan, tak pernah menceritakan tentang masalah itu pada siapa pun. Saya hanya memperhatikan dia dari jauh dan diam-diam menyimpan rasa padanya.
Sampai akhirnya setelah cukup lama memendam, saya beranikan diri untuk mengungkapkan perasaan saya padanya. Dengan sok keren saya bilang tak mengharapkan jawaban darinya. Namun, mungkin dia sudah bisa membaca pikiran saya dan akhirnya menceritakan yang sebenarnya pada saya.
Dia mengatakan bahwa dulu dia pernah menyukai saya, tetapi respon saya biasa saja. Akhirnya dia pun lelah dan berpaling dari saya. Dia kemudian jatuh cinta pada gadis lain dan kini menjalin hubungan dengannya.
Betapa hancurnya hati saya ketika mengetahui hal itu. Bodohnya saya tak menyadari ketika dia masih menyukai saya. Sifat tidak pekaan ini akhirnya menjadi bumerang untuk saya. Saya sangat menyesal setelah mendengar jawabannya tersebut. Lalu, saya mencoba mengingat lagi kejadian dulu ketika dia masih menyukai saya.
Pernah dulu, kami menangani sebuah event yang cukup besar di kota saya. Di sana saya yang banyak mengurusi di bagian administrasi suka lupa makan. Sampai dia yang biasanya tak banyak omong mengingatkan saya untuk makan. Saya pikir itu hanya perhatian yang biasa saja karena kebetulan dia ada di bagian konsumsi.
Namun, ternyata itu bukanlah perhatian biasa dan saya baru menyadarinya ketika dia sudah berpaling mencintai wanita lain. Nasi sudah jadi bubur, tetapi penyesalan saya tak bisa saya lupakan. Saya terus menyukainya bahkan mungkin sudah di tahap mencintainya. Saya pendam terus rasa cinta itu dan tetap menjadi teman baik untuknya.
Jika saya hitung-hitung, kurang lebih selama lima tahunan saya masih mencintainya seorang diri. Berharap suatu hari dia akan kembali menyukai saya. Namun, hal itu tak pernah terjadi. Kadang saya masih suka menangisi dia di malam hari, tetapi itu juga tak ada gunanya. Saya terus meyakinkan diri saya bahwa mencintai tak harus memiliki. Namun, itu hanya omong kosong. Saya selalu mendambakannya sampai seperti terobsesi untuk dicintai olehnya.
Namun, saya pun tak mau membebaninya. Apalagi hubungannya dengan kekasihnya itu begitu langgeng. Meski saya terus mendambakan kekasih orang lain, tetapi saya tak pernah mengganggu hubungan cintanya. Saya tak mau menjadi orang ketiga dan menghancurkan hubungan orang lain untuk kebahagiaan saya. Sesekali saya diam-diam mendoakannya, jika dia memang jodoh saya semoga kami bisa bersama. Namun, jika bukan semoga kami akan bahagia dengan jalan masing-masing.
Itulah akhir cerita dari Mars. Mencintai seseorang yang tak balik mencintai memanglah hal yang melelahkan. Tak ada jaminan seseorang yang telah meninggalkan akan kembali suatu hari nanti. Meski sulit, move on adalah salah satu cara terbaik agar bisa merelakan masa lalu. Semoga Mars bisa menemukan kebahagiaannya sendiri suatu hari nanti.