Macam-Macam Majas dan Contohnya, Terapin buat Bikin Calon Mertua Jatuh Cinta

Reporter : Zaki
Minggu, 16 Februari 2020 19:14
Macam-Macam Majas dan Contohnya, Terapin buat Bikin Calon Mertua Jatuh Cinta
Ini dia macam-macam majas beserta contohnya.

Selalu menarik untuk mendalami tentang Bahasa Indonesia. Meskipun terkesan simpel dan sederhana karena telah menjadi bahasa sehari-hari, ternyata apabila ditelusuri lebih jauh ada banyak daya tarik yang menyenangkan buat dikulik. Salah satu gaya bahasa yang sering digunakan namun tak banyak yang menyadari dan mengetahui istilahnya adalah majas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas memiliki arti cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau kiasan. Gaya bahasa yang satu ini ada beberapa yang kerap diungkapkan secara lisan, namun memang paling sering dipilih sebagai cara buat mengungkapkan sesuatu oleh penulis lewat karya berupa tulisan. Tujuannya tentu untuk membuat pembaca merasakan efek tertentu dari gaya bahasa yang biasanya cenderung mengarah ke aspek emosional.

Memahami secara mendalam tentang majas akan menghadirkan beragam manfaat. Salah satunya tentu saja menambah khasanah pengetahuan dan pastinya perbendaharaan ilmu tentang Bahasa Indonesia. Perluas cakrawala pemahaman tentang Bahasa Indonesia dengan mengetahui secara lebih lengkap macam-macam majas dan contohnya, yuk!

Secara garis besar, majas terbagi ke dalam empat kelompok besar, yakni perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut penjelasan lengkap tentang macam-macam majas dan contohnya.

1 dari 29 halaman

Majas Perbandingan

Jenis majas yang satu ini dipakai untuk membuat perbandingan antara satu objek dengan objek yang lain. Tentu saja melalui proses penyamaan, pelebihan, hingga penggantian. Ada 10 subjenis dari majas perbandingan yang  wajib diketahui.

2 dari 29 halaman

1. Personifikasi

Majas yang satu ini digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat melakukan hal-hal seperti manusia.

Contoh:

  1. Radio yang tengah memutar lagu favorit kita itu seakan sedang membelai telingaku, mengingatkanku pada segala kenangan tentangmu.”
  2. “ Begitu menenangkan pagi ini, menikmati sinar mentari pagi yang menyentuh tiap inci kulitku.”

3 dari 29 halaman

2. Metafora

Metafora merupakan jenis majas yang dapat menggambarkan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat. Didasarkan pada sifat yang hampir sama atau bahkan sama.

Contoh:

  1. “ Setelah ditinggal pergi sang suami, kini Wuri telah resmi menjadi seorang janda kembang.”
  2. “ Ketika Dewi Malam telah menampakkan wujudnya, saat itulah anak kecil tak disarankan untuk berada di luar rumah.”

4 dari 29 halaman

3. Asosiasi

Jenis majas ini digunakan untuk membandingkan dua objek yang berbeda tapi dianggap sama.

Contoh:

  1. Lidahnya seperti ujung pisau.”
  2. Adikku keras bagaikan batu.”

5 dari 29 halaman

4. Hiperbola

Kamu tentunya sudah sering mendengar nama subjenis majas perbandingan yang satu ini. Pada dasarnya hiperbola digunakan digunakan untuk mengungkapkan sesuatu namun dengan cara yang berlebihan bahkan cenderung tidak masuk akal.

Contoh:

  1. “ Gila, melihat kecantikannya seakan aku memandang wajah bidadari yang turun langsung dari surga.”
  2. “ Hatiku begitu teriris-iris menyimak ceritanya.”

6 dari 29 halaman

5. Eufemisme

Eufimisme justru digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan lebih halus untuk menghindari ungkapan yang kasar. Biasanya dipakai agar lawan bicara tidak merasa sakit hati.

Contoh:

  1. “ Sore kemarin, neneknya berpulang ke Rahmatullah.”
  2. “ Bahkan seorang tuna wicara dan tuna netra pun memiliki hak yang sama.”

7 dari 29 halaman

6. Simile

Hampir tak terlalu berbeda jauh dengan asosiasi yang menggunakan kata hubung bak, seperti, bagaikan, hanya majas simile tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan. Perbedaan mendasar lagi dari simile dan asosiasi, kalau simile lebih dijelaskan secara eksplisit sesuatu yang jadi perbandingan. Sedangkan asosiasi lebih implisit, jadi lawan bicara diharuskan untuk memikirkan sendiri apa maksud di baliknya.

            Contoh:

  1. “ Lidahnya selalu melontarkan perkataan yang menyakitkan seperti mata pisau.”
  2. “ Meskipun bersaudara, Dimas dan Tomi selalu berkelahi bagaikan kucing dan anjing.”

8 dari 29 halaman

7. Alegori

Alegori memberikan penjelasan tentang sesuatu secara tidak langsung. Biasanya lebih mengandalkan kiasan yang bertujuan untuk melambangkan nilaimoral dan -nilai kehidupan. Kebanyakan majas yang satu ini sering dijumpai pada novel atau jenis tulisan fiksi lainnya.

            Contoh:

  1. Bagi para pria, memutuskan untuk mengikatkan diri pada tali pernikahan ibarat ia telah menjunjung komitmen untuk menjadi nahkoda sebuah kapal laut yang besar. Sebesar apapun badai yang akan menanti di tengah laut, atau semencekam apapun bahaya yang tengah menanti saat dewi malam tiba, ia harus tetap mampu mengendarai kapalnya dengan baik.
  2. Hidup itu seperti roda, kadang di atas tapi kadang juga di bawah. Tak perlu terluka terlalu dalam akan sesuatu hal yang menyakiti. Bersabar dan tunggu waktu saja. Percaya saat rodamu berada di atas, senyum akan kembali terkembang.

9 dari 29 halaman

8. Sinekdok

Majas yang satu ini memiliki dua jenis,  yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Perbedaannya, sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang digunakan dengan menyebutkan sebagian unsur untuk mewakili keseluruhan. Kebalikannya, inekdok totem pro parte dipakai dengan menyebutkan keseluruhan unsur pada bagian.

Contoh:

Sinekdok Pars Pro Toto

  1. “ Sudah jam 3 sore, belum ada tanda-tanda Vito akan menunjukkan batang hidungnya.”
  2. “ Karena tak bisa membayar biaya sewa rumah, Yoga diharuskan angkat kaki dari rumahnya yang sekarang.”

Sinekdok Totem Pro Parte

  1. “ Brasil sukses menjadi juara piala dunia 2002.”
  2. “ Keberhasilan Real Madrid menjadi yang terbaik di Spanyol harus diapresiasi.”

10 dari 29 halaman

9. Simbolik

Gaya bahasa ini digunakan untuk membuat perbandingan antara manusia dengan hal lain dalam sebuah satuan ungkapan.

Contoh:

  1. Dalam melakukan sesuatu, para lintah darat tak pernah memikirkan keluarga yang ada di rumah.
  2. Dalam kasus yang begitu pelik ini, sayang sekali Iwan dipaksa menjadi kambing hitam.

11 dari 29 halaman

10. Metonimia

Majas metonimia sering sekali digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa ini biasanya menggunakan satu atau dua kata yang merupakan merek atau kesatuan lain untuk merujuk pada benda secara umum.

 

Contoh:

  1. “ Ibuku kemarin baru saja membeli Honda di dealer dekat rumah.”
  2. “ Adikku baru saja mencuci piring menggunakan Sunlight.”

12 dari 29 halaman

Majas Pertentangan

Ini dia salah satu gaya bahasa Indonesia yang unik karena memiliki ciri khas di mana makna yang disampaikan memiliki perbedaan 180 derajat dengan kalimat yang diutarakan. Lebih mudahnya, makna sebenarnya bertentangan dengan kalimat yang diungkapkan. Tujuannya adalah untuk memberikan efek penekanan makna yang lebih. Kalau salah tangkap, tak menutup kemungkinan bakal salah paham. Namun andai berhasil, lawan bicara akan merasa tertarik atau bahkan terkesan.

Secara garis besar Majas pertentangan memiliki empat jenis, di antaranya:

13 dari 29 halaman

1. Litotes

Gaya bahasa ini bisa dibilang sebagai kebalikan dari majas hiperbola. Litotes adalah cara untuk mengungkapkan sesuatu dengan merendahkan diri, meskipun bahkan kenyataan yang sebenarnya ternyata berkebalikan dengan apa yang diungkapkan.

Contoh:

  1. “ Aku hanyalah remahan rempeyek apabila dibandingkan dengan mantan kekasihmu.”
  2. “ Lain kali kalau ke Jogja, jangan lupa mampir lagi ke gubukku ini ya.”

14 dari 29 halaman

2. Paradoks

Majas paradoks digunakan untuk membandingkan fakta atau situasi asli dengan kondisi yang berkebalikan.

Contoh:

  1. “ Hatinya sudah tertutup untuk wanita lain, ia hanya mau membukanya untuk mantan kekasihnya seorang.“
  2. “ Suasana negara ini memang sedang panas, tapi segala permasalahan harus tetap diselesaikan dengan kepala dingin.”

15 dari 29 halaman

3. Antitesis

Majas ini digunakan ketika menyandingkan dua kata yang punya pertentangan.

            Contoh:

  1. “ Acara musik yang sedang berlangsung di Jakarta itu memang disediakan untuk segala usia, tua-muda.”
  2. “ Muda-mudi harus tetap menjaga kesopanan pada orang tua.”

16 dari 29 halaman

4. Kontradiksi Interminis

Sesuai namanya, majas ini memakai pernyataan yang sifatnya menyangkal pernyataan yang telah disebutkan sebelumnya. Biasanya ditandai dengan berbagai kata penghubung, misalnya kecuali, hanya, atau tetapi.

Contoh:

  1. “ Semua orang di dalam ruangan ini telah menikah kecuali Cornel .”
  2. “ Eddy selalu sibuk setiap hari, hanya akhir pekan saja kesibukannya sedikit berkurang.”

17 dari 29 halaman

Majas Sindiran

Majas ini digunakan untuk melontarkan sindiran dengan memakai kata-kata kias. Ada tiga jenis majas sindiran yang ada dalam kaidah Bahasa Indonesia.

18 dari 29 halaman

1. Ironi

Gaya bahasa ini biasanya menggunakan diksi atau pilihan kata yang ternyata bertentangan dengan fakta.

Contoh:

  1. “ Sekarang kamu gemuk sekali, saking gemuknya terkena angin aja bisa langsung terbang.”
  2. “ Beryukurlah kamu dianugerahi pita suara emas, bahkan hingga burung pun seketika pingsan mendengarkan suaramu.”

19 dari 29 halaman

2. Sinisme

Pengungkapan gaya bahasa untuk menyindir seseorang secara terang-terangan. Sinisme sendiri merupakan kebalikan dari majas ironi yang menggunakan kata-kata halus untuk menyindir.

Contoh:

  1. “ Betapa teganya dirimu, aku sudah kedinginan menggigil tapi kamu tak meminjamkan jaket padaku.”
  2. “ Dia benar-benar orang yang tak tahu malu, sudah tahu punya hutang padaku tapi masih saja pamer liburan keluar negeri.”

20 dari 29 halaman

3. Sarkasme

Majas ini biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran secara kasar, tanpa menggunakan kiasan atau kata-kata untuk memperlembut maksud. Sarkasme merupakan majas sindiran paling kasar bila dibandingkan dengan dua majas lainnya.

Contoh:

  1. “ Dasar pencuri kelas teri, pantas kau layak menghuni bui.”
  2. “ Tak punya pekerjaan, hidupmu jadi lontang-lantung tak berguna. Cuma jadi sampah masyarakat saja!”

21 dari 29 halaman

Majas Penegasan

Sesuai namanya, penggunaan majas ini ditujukan untuk menegaskan sesuatu kepada lawan bicara atau pembaca agar makin menyetujui sebuah perkataan. Tak menutup kemungkinan jika diksi yang digunakan juga menggunakan kata-kata kiasan.

Dalam Bahasa Indonesia, majas penegasan memiliki total tujuh subjenis. Di antaranya:

22 dari 29 halaman

1. Pleonasme

Gaya bahasa ini digunakan dengan menambahkan informasi pada sebuah pernyataan yang sudah jelas. Atau bisa juga dengan membubuhi keterangan yang sebenarnya tak diperlukan. Tujuannya adalah untuk memperkuat ekspresif pada sebuah kalimat.

Contoh:

  1. “ Kepada Bapak Soekarno, saya persilakan untuk maju ke depan.”
  2. “ Sambutan selanjutnya akan diberikan oleh Bapak Dimas. Kepada Bapak Dimas kami persilakan naik ke atas panggung.”

23 dari 29 halaman

2. Repetisi

Majas repetisi merupakan gaya bahasa yang diungkapkan dengan mengulang kata, frasa, atau klausa yang sama. Tujuannya untuk mempertegas makna dalam kalimat atau wacana.

Contoh:

  1. “ Sebagai makhluk yang mulia, kita tak pernah boleh berhenti mencintai, mencintai, dan mencintai sesama.”
  2. “ Di usia semuda ini, hidupnya hanya berkutat pada pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan saja.”

24 dari 29 halaman

3. Retorika

Gaya bahasa retorika memiliki tujuan untuk menegaskan suatu pernyataan menggunakan kalimat tanya yang tak memerlukan jawaban.

Contoh:

  1. “ Bagaimana bisa menjadi pegawai terbaik tapi setiap hari datang kantor selalu terlambat?”
  2. “ Memang siapa yang mau diduakan oleh kekasihnya sendiri?”

25 dari 29 halaman

4. Klimaks

Majas klimaks menggunakan kata-kata yang berurutan, dimulai dari tingkat terbawah atau terkecil, menujut tingkat tertinggi atau paling besar. Tak jarang juga beberapa biasanya menggunakan kata penghubung hingga, sampai, dan lain-lain.

Contoh:

  1. “ Gofar Hilman telah menjadi penyiar radio sejak ia duduk di bangku SMA, kuliah, hingga bahkan ketika telah bekerja.”
  2. “ Dari tingkatan RT, RW, desa, sampai kota, semua harus berpartisipasi dalam Pemilu tahun ini.”

26 dari 29 halaman

5. Antiklimaks

Kebalikan dari majas klimaks, antiklimaks memberikan penegasan terhadap sesuatu dengan mengurutkannya dari tingkatan tinggi ke rendah.

            Contoh:

  1. “ Orang-orang yang hidup di perkotaan, pedesaan, hingga dusun harusnya bisa memahami potensi masing-masing.”
  2. “ Keluarga itu memang pecinta bola. Mulai bapaknya, ibunya, sulungnya anaknya, hingga bungsunya, semua menggemari olahraga kulit bundar tersebut.”

27 dari 29 halaman

6. Paralelisme

Kalau gaya bahasa yang satu ini, biasanya ditemukan di dalam puisi. Paralelisme adalah majas yang mengulang-ulang sebuah kata dalam beragam definisi berbeda. Apabila pengulangannya terdapat di bagian awal, sebutannya adalah anafora. Namun bila kata yang diulang di belakang atau akhir kalimat, disebut epifora.

Contoh:

  1. Kamu itu keindahan

Kamu itu keberagaman

Kamu itu keistimewaan

 

  1. Sesuatu yang menjatuhkan seseorang ke lubang hitam, rasa malas

Ia yang tak pernah berhenti menjerumuskan pun, itulah kemalasan

Kelak ia yang akan menimbulkan penyesalan terdalam, Malas!

28 dari 29 halaman

7. Tautologi

Majas ini digunakan untuk menegaskan sesuatu menggunakan kata-kata bersinonim, yang  punya pengertian sama guna memberikan penegasan lebih.

Contoh:

  1. “ Teman yang itu, tak pernah tahu cara menghargai, memberikan apresiasi, dan menghormati pendapat orang lain.”
  2. “ Andai kamu tahu betapa besar cinta, kasih, dan sayangku padamu.”

29 dari 29 halaman

Sekarang sudah tahu kan, macam-macam majas dan contohnya? Biar makin memahami, mulai sekarang terapkan dalam kehidupan sehari-hari yuk!

Beri Komentar