(c) Shutterstock
Selalu menarik untuk mendalami tentang Bahasa Indonesia. Meskipun terkesan simpel dan sederhana karena telah menjadi bahasa sehari-hari, ternyata apabila ditelusuri lebih jauh ada banyak daya tarik yang menyenangkan buat dikulik. Salah satu gaya bahasa yang sering digunakan namun tak banyak yang menyadari dan mengetahui istilahnya adalah majas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas memiliki arti cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau kiasan. Gaya bahasa yang satu ini ada beberapa yang kerap diungkapkan secara lisan, namun memang paling sering dipilih sebagai cara buat mengungkapkan sesuatu oleh penulis lewat karya berupa tulisan. Tujuannya tentu untuk membuat pembaca merasakan efek tertentu dari gaya bahasa yang biasanya cenderung mengarah ke aspek emosional.
Memahami secara mendalam tentang majas akan menghadirkan beragam manfaat. Salah satunya tentu saja menambah khasanah pengetahuan dan pastinya perbendaharaan ilmu tentang Bahasa Indonesia. Perluas cakrawala pemahaman tentang Bahasa Indonesia dengan mengetahui secara lebih lengkap macam-macam majas dan contohnya, yuk!
Secara garis besar, majas terbagi ke dalam empat kelompok besar, yakni perbandingan, pertentangan, sindiran, dan penegasan. Berikut penjelasan lengkap tentang macam-macam majas dan contohnya.
Jenis majas yang satu ini dipakai untuk membuat perbandingan antara satu objek dengan objek yang lain. Tentu saja melalui proses penyamaan, pelebihan, hingga penggantian. Ada 10 subjenis dari majas perbandingan yang wajib diketahui.
Majas yang satu ini digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat melakukan hal-hal seperti manusia.
Contoh:
Metafora merupakan jenis majas yang dapat menggambarkan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat. Didasarkan pada sifat yang hampir sama atau bahkan sama.
Contoh:
Jenis majas ini digunakan untuk membandingkan dua objek yang berbeda tapi dianggap sama.
Contoh:
Kamu tentunya sudah sering mendengar nama subjenis majas perbandingan yang satu ini. Pada dasarnya hiperbola digunakan digunakan untuk mengungkapkan sesuatu namun dengan cara yang berlebihan bahkan cenderung tidak masuk akal.
Contoh:
Eufimisme justru digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan lebih halus untuk menghindari ungkapan yang kasar. Biasanya dipakai agar lawan bicara tidak merasa sakit hati.
Contoh:
Hampir tak terlalu berbeda jauh dengan asosiasi yang menggunakan kata hubung bak, seperti, bagaikan, hanya majas simile tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan. Perbedaan mendasar lagi dari simile dan asosiasi, kalau simile lebih dijelaskan secara eksplisit sesuatu yang jadi perbandingan. Sedangkan asosiasi lebih implisit, jadi lawan bicara diharuskan untuk memikirkan sendiri apa maksud di baliknya.
Contoh:
Alegori memberikan penjelasan tentang sesuatu secara tidak langsung. Biasanya lebih mengandalkan kiasan yang bertujuan untuk melambangkan nilaimoral dan -nilai kehidupan. Kebanyakan majas yang satu ini sering dijumpai pada novel atau jenis tulisan fiksi lainnya.
Contoh:
Majas yang satu ini memiliki dua jenis, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte. Perbedaannya, sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang digunakan dengan menyebutkan sebagian unsur untuk mewakili keseluruhan. Kebalikannya, inekdok totem pro parte dipakai dengan menyebutkan keseluruhan unsur pada bagian.
Contoh:
Sinekdok Pars Pro Toto
Sinekdok Totem Pro Parte
Gaya bahasa ini digunakan untuk membuat perbandingan antara manusia dengan hal lain dalam sebuah satuan ungkapan.
Contoh:
Majas metonimia sering sekali digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa ini biasanya menggunakan satu atau dua kata yang merupakan merek atau kesatuan lain untuk merujuk pada benda secara umum.
Contoh:
Ini dia salah satu gaya bahasa Indonesia yang unik karena memiliki ciri khas di mana makna yang disampaikan memiliki perbedaan 180 derajat dengan kalimat yang diutarakan. Lebih mudahnya, makna sebenarnya bertentangan dengan kalimat yang diungkapkan. Tujuannya adalah untuk memberikan efek penekanan makna yang lebih. Kalau salah tangkap, tak menutup kemungkinan bakal salah paham. Namun andai berhasil, lawan bicara akan merasa tertarik atau bahkan terkesan.
Secara garis besar Majas pertentangan memiliki empat jenis, di antaranya:
Gaya bahasa ini bisa dibilang sebagai kebalikan dari majas hiperbola. Litotes adalah cara untuk mengungkapkan sesuatu dengan merendahkan diri, meskipun bahkan kenyataan yang sebenarnya ternyata berkebalikan dengan apa yang diungkapkan.
Contoh:
Majas paradoks digunakan untuk membandingkan fakta atau situasi asli dengan kondisi yang berkebalikan.
Contoh:
Majas ini digunakan ketika menyandingkan dua kata yang punya pertentangan.
Contoh:
Sesuai namanya, majas ini memakai pernyataan yang sifatnya menyangkal pernyataan yang telah disebutkan sebelumnya. Biasanya ditandai dengan berbagai kata penghubung, misalnya kecuali, hanya, atau tetapi.
Contoh:
Majas ini digunakan untuk melontarkan sindiran dengan memakai kata-kata kias. Ada tiga jenis majas sindiran yang ada dalam kaidah Bahasa Indonesia.
Gaya bahasa ini biasanya menggunakan diksi atau pilihan kata yang ternyata bertentangan dengan fakta.
Contoh:
Pengungkapan gaya bahasa untuk menyindir seseorang secara terang-terangan. Sinisme sendiri merupakan kebalikan dari majas ironi yang menggunakan kata-kata halus untuk menyindir.
Contoh:
Majas ini biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran secara kasar, tanpa menggunakan kiasan atau kata-kata untuk memperlembut maksud. Sarkasme merupakan majas sindiran paling kasar bila dibandingkan dengan dua majas lainnya.
Contoh:
Sesuai namanya, penggunaan majas ini ditujukan untuk menegaskan sesuatu kepada lawan bicara atau pembaca agar makin menyetujui sebuah perkataan. Tak menutup kemungkinan jika diksi yang digunakan juga menggunakan kata-kata kiasan.
Dalam Bahasa Indonesia, majas penegasan memiliki total tujuh subjenis. Di antaranya:
Gaya bahasa ini digunakan dengan menambahkan informasi pada sebuah pernyataan yang sudah jelas. Atau bisa juga dengan membubuhi keterangan yang sebenarnya tak diperlukan. Tujuannya adalah untuk memperkuat ekspresif pada sebuah kalimat.
Contoh:
Majas repetisi merupakan gaya bahasa yang diungkapkan dengan mengulang kata, frasa, atau klausa yang sama. Tujuannya untuk mempertegas makna dalam kalimat atau wacana.
Contoh:
Gaya bahasa retorika memiliki tujuan untuk menegaskan suatu pernyataan menggunakan kalimat tanya yang tak memerlukan jawaban.
Contoh:
Majas klimaks menggunakan kata-kata yang berurutan, dimulai dari tingkat terbawah atau terkecil, menujut tingkat tertinggi atau paling besar. Tak jarang juga beberapa biasanya menggunakan kata penghubung hingga, sampai, dan lain-lain.
Contoh:
Kebalikan dari majas klimaks, antiklimaks memberikan penegasan terhadap sesuatu dengan mengurutkannya dari tingkatan tinggi ke rendah.
Contoh:
Kalau gaya bahasa yang satu ini, biasanya ditemukan di dalam puisi. Paralelisme adalah majas yang mengulang-ulang sebuah kata dalam beragam definisi berbeda. Apabila pengulangannya terdapat di bagian awal, sebutannya adalah anafora. Namun bila kata yang diulang di belakang atau akhir kalimat, disebut epifora.
Contoh:
Kamu itu keberagaman
Kamu itu keistimewaan
Ia yang tak pernah berhenti menjerumuskan pun, itulah kemalasan
Kelak ia yang akan menimbulkan penyesalan terdalam, Malas!
Majas ini digunakan untuk menegaskan sesuatu menggunakan kata-kata bersinonim, yang punya pengertian sama guna memberikan penegasan lebih.
Contoh:
Sekarang sudah tahu kan, macam-macam majas dan contohnya? Biar makin memahami, mulai sekarang terapkan dalam kehidupan sehari-hari yuk!