© S.w-x.co
Pasien yang datang berobat memang seharusnya berkata jujur tentang kondisinya. Apalagi jika ia merasa memiliki gejala corona atau sebelumnya pergi ke daerah yang berzona merah COVID-19.
Ketidakjujuran ini bisa sangat fatal yang nggak hanya berdampak pada keluarga dan orang terdekat, tapi juga dokter sekaligus perawat yang menanganinya. Sayangnya, hal ini masih saja kerap terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.
Melansir dari liputan6.com (24/4/2020), berikut Diadona rangkum 5 kisah ketidakjujuran pasien yang menyebabkan tenaga medis harus terinfeksi corona. Yuk, simak di bawah ya.
Masih hangat terdengar beberapa waktu lalu, akibat dari kebohongan seorang pasien, puluhan tenaga medis termasuk sejumlah dokter di RSUP dr Kariadi Semarang terinfeksi virus corona.
Para tenaga medis ini dinyatakan positif COVID-19 setelah hasil swab mereka keluar pada Rabu, 8 April 2020 lalu. Diduga, mereka tertular virus ini dari pasien yang menjalani operasi bedah tapi tak teridentifikasi. Hal ini juga diperkuat dengan banyaknya dokter bedah yang positif corona, termasuk juga para Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Direktur Utama RSUP dr Kariadi Semarang, dr Agus Suryanto, Sp.PD-KP mengatakan dari hasil penelusuran, jumlah tenaga medis yang terinfeksi virus corona kebanyakan berasal dari kalangan dokter bedah.
" Dari perkembangan di RS setelah telusur, terdapat beberapa peningkatan di beberapa locus. Pertama, locus dokter bedah. Salah satunya (kemungkinan) adalah terlambatnya identifikasi pasien Covid-19 itu dan disadari setelah operasi. Jadi ini bukan diduga pasien Covid-19," kata Agus yang dilansir Solopos.com.
Jumlah tenaga medis di RSUP dr Kariadi sendiri yang positif COVID-19 berjumlah 34 orang. Agus juga menambahkan, kebanyakan tenaga medis yang terpapar corona di RSUP dr Kariadi nggak menunjukkan gejala.
Ada enam dokter spesialis yang terpapar, yaitu 6 dokter spesialis bedah syaraf, 1 dokter spesialis penyakit dalam, dan 1 dokter spesialis anak.
Selain para dokter bedah, ada 24 dokter dalam status PPDS atau pendidikan dokter spesialis. Sejak saat itu, para tenaga medis tersebut menjalani isolasi di hotel yang disediakan pihak rumah sakit yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi jawa tengah.
Kebohongan yang membuat para tenaga medis terinfeksi corona juga terjadi di Rumah Sakit Paru Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga. 7 tenaga kesehatan di rumah sakit itu terpaksa harus menjalani karantina setelah menangani pasien positif corona yang punya riwayat bepergian ke Eropa.
Fatalnya, pasien itu sempat nggak jujur mengenai riwayat perjalannnya sebelum dipastikan positif COVID-19.
" Mereka sekarang jalani karantina di kantor Sekda Salatiga. Sebab, tim medis ini sempat periksa pasien tidak jujur saat ditanyai bepergian dari luar negeri," ungkap Wali Kota Salatiga Yuliyanto saat dikonfirmasi yang dilansir dari Liputan6.
Saat pasien menjalani pemeriksaan dan dinyatakan positif corona, baru saat itulah sang pasien mengaku baru saja bepergian ke Italia.
" Mereka jujur setelah ada hasil positif, ini yang kami sesalkan pasien tidak jujur," kata Yuliyanto.
Selanjutnya, seorang tenaga medis di Kabupaten Pelalawan, Riau yang juga dinyatakan positif corona.
Menurut Satuan Tugas Gugus Covid-19 Riau dr Indra Yopi, tenaga medis berinisial AS ini terjangkit karena melakukan kontak langsung dengan pasien positif corona yang berinisial JG (58) dan RBT (50). Keduanya, sebelumnya nggak jujur saat mengalami gejala awal.
Indra mengatakan pasien RBT dan JG ini sebelum diisolasi di rumah sakit, keduanya pernah berobat ke fasilitas kesehatan tempat AS berdinas. Saat itu, mereka mengaku tak pernah ke Jakarta.
" Oleh karena itu, AS memeriksa keduanya dengan protokol pasien biasa," kata Indra.
Atas peristiwa ini, Indra mengimbau masyarakat yang punya riwayat perjalanan ke daerah terjangkit untuk jujur ketika diperiksa petugas medis.
" Pasien diminta kooperatif dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya ketika dimintai keterangan medis karena ketidakjujuran bisa berakibat fatal," terang Indra.
21 orang staf Rumah Sakit Ciremai Cirebon, Jawa Barat juga menjadi korban dari pasien yang nggak jujur menceritakan kondisi yang sebenarnya. Staf rumah sakit itu, terpaksa harus menjalani isolasi mandiri.
Dandenkesyah 03.04.03 Cirebon Letkol Ckm dr Wildan Sani membenarkan hal ini. Ia juga menjelaskan, isolasi mandiri itu dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian dari manajemen rumah sakit.
" Ini juga bagian dari protokol kami yang mengacu protokol kemenkes. Staf kami Diistirahatkan 14 hari dan alhamdulillah sampai sekarang kondisinya sehat kami selalu berkomunikasi," kata dokter Wildan melalui video conference.
Semua hal ini diawali dari seorang pasien yang datang dengan kondisi kesadaran menurun dan gangguan pernapasan. Tim medis pun bertindak sesuai protokol yang berlaku. Salah satunya melakukan wawancara pada pasien terkait riwayat perjalanan atau kontak langsung dengan pasien positif COVID-19.
" Pasien masuk jam 09.00 WIB pagi diterima oleh petugas medis yang berjaga. Tapi yang sangat kami sayangkan saat itu pasien terlihat kurang terbuka. Berhubung kondisi pasien saat itu sudah gawat akhirnya kami beri pertolongan sesuai standar prosedur kemenkes," ungkap Wildan.
Singkat cerita, kondisi kesehatan pasien berinisial M ini membaik. Kemudian, pasien dipindahkan ke ruang ICU RS Ciremai Cirebon. Dalam proses penanganan, sebenarnya pasien ini juga sempat dilakukan rapid tes tapi hasilnya negatif. Barulah setelah kondisi pasien membaik, ia mengaku tentang kronologis perjalanannya.
" Pasien ternyata kontak dekat dengan dua anggota keluarga yang statusnya PDP meninggal, yakni tuan H dan ibu X. Keduanya belum ada konfirmasi hasil tes swab termasuk pasien kami," ujar dia.
Beberapa jam kemudian, pukul 00.15 pasien meninggal dunia. Alhasil, 21 tenaga medis RS Ciremai yang melakukan kontak dengan pasien itu diputuskan untuk melakukan isolasi mandiri.
Yang cukup tebaru, 11 dokter yang merupakan dokter umum dan spesialis di Kota Bekasi positif terinfeksi corona akibat dari kebohongan pasien yang sebelumnya pernah kontak dengan pasien positif Covid-19.
Dari ke-11 dokter, lima orang sempat dirawat di rumah sakit rujukan virus corona, tapi empat diantaranya sudah diperbolehkan pulang. Sedangkan 6 orang lainnya melakukan isolasi mandiri di rumah karena tak menunjukkan gejala.
" 11 (dokter) itu positif hasil swab. Pasiennya itu tidak menyampaikan sama dokter yang memeriksa, bahwa dia ada kontak dengan yang positif dirawat," ungkap Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kota Bekasi, Komaruddin Askar.
Komaruddin mengatakan pasien itu baru berkata jujur setelah seluruh dokter yang merawatnya positif terinfeksi corona. Atas kejadian ini, Komaruddin mengimbau para dokter dan tenaga medis lainnya agar bekerja secara profesional dengan selalu menggunakan APD lengkap, terutama saat bersentuhan dengan pasien.
" Artinya sesuai tingkat di mana dia kerja, harus pakai APD. Entah bekerja di poli, UGD atau di ruang isolasi, tetap pakai APD, baik level 2, 3 atau 1. Dan jangan terlalu sering kontak dengan pasien," kata Komaruddin.
Itulah 5 kisah kebohongan pasien yang membuat para tenaga medis terinfeksi corona. Memang lebih baik harus berkata jujur ya daripada membahayakan diri orang di sekitar kita.