©id.wikipedia.org
Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Beliau lahir di tahun 1450 M dan merupakan putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Arya Wilatikta atau Raden Sahur, keturunan dari pembenrontak Majapahit, Ronggolawe. Sunan kalijaga baru mendapatkan nama tersebut ketika bertemu dengan Sunan Bonang.
Seperti yang tertulis dalam buku Jhony Hady Saputra berjudul Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang dalam melakukan syiar Islam, beliau menyatukan dakwah dengan kultur budaya masyarakat Jawa. Contohnya nih melalui tembang, kidung, macapat, atau kesenian rakyat lainnya. Sampai-sampai nih beliau lebih dikenal sebaga seorang seniman ketimbang wali yang menyebarkan agama Islam.
Menurutnya, masyarakat harus didekati secara perlahan dan bertahap, yakni mengikuti sambil mempengaruhi. Beliau yakin bahwa bila masyarakat sudah memahami islam maka perilaku mereka juga akan berlandaskan islam. Maka digunakanlah seni ukir, seni wayang , gamelan dan juga suluk sebagai sarana dakwah. Bahkan nih, lanskap pusat kota yang berupa kraton, alun-alun dengan dua buah pohon beringin dan juga masjid merupakan konsep dari Sunan Kalijaga. Salah satu peninggalan beliau yang masih populer hingga kini yakni tembang 'ilir-ilir' dan 'gundul-gundul pacul'.
Kelahiran Sunan Kalijaga yang memiliki nama Asli Raden Said dibarengi dengan runtuhnya kejayaan Majapahit. Kondisi itu membuat masyarakat jadi makin sengsara. Pihak kerajaan pun juga tak peduli, justru mewajibkan masyarakat buat membayar upeti dengan nilai tinggi.
Merasa prihatin dengan kondisi tersebut, diam-diam beliau bertindak. Berbagai bahan makana dia ambil dari gudang kadipaten lalu diberikan kepada masyarakat yang kesusahan. Itu dilakukan berulang-ulang di malam hari dan menjadi misteri bagi sebagian orang.
Namun suatu ketika perbuatannya diketahui oleh penjaga. Sunan Kalijaga yang saat itu masih bernama Raden Said kemudian diusir dari istana kadipaten. Bukannya berhenti, beliau justru menjadi-jadi. Demi membantu orang yang susah, Sunan kalijaga bahkan tak cukup mencuri tapi juga merampok. Andaikan beliau bukan anak dari Tumenggung Wilatikta sendiri, mungkin dia sudah dihukum mati. Hingga kahirnya Raden Sais haruskeluar dari wilayah Kadipaten Tubah, meninggalkan orang-orang yang dicintainya.
Beliau berjalan tak tahu arah hingga akhirnya bertemu dengan Sunan Bonang yang saat itu sedang membawa sebuah tongkat emas. Setelah bertarung, Sunan Bonang berhasil dikalahkan namun Wali Allah tak menyerahkan begitu saja barang berharga miliknya. Hingga lantas keduanya justru duduk bersama dan Raden Said menceritakan kisah hidupnya. Pertemuan keduanya merubah pandangan hidup Raden Said sekaligus sebagai tonggak sejarah perjalanan kewaliannya.
Selama menuntut ilmu keislaman, Raden Said sempat berguru ke Pasai lalu berdakwah di Semenanjung Malayaha bahkan sampai ke wilayah Patani di Thailand Selatan. Karena kepopulerannya di sana, Sunan Kalijaga mendapat julukan Syekh Sa'id dan Syekh Malaya.
Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Namun beliau juga memiliki nama lain diantaranya Lokajaya, Pengeran Tuban dan juga Raden Abdurrahman.
Lalu dari manakah nama 'Kalijaga' didapatkan? Masyarakat Cirebon menyebut bahwa nama Kalijaga berasal dari desa Kalijaga di Cirebon. Jadi pada suatu saat Sunan kalijaga berdiam di sana, berendam di sungai atau 'jaga kali'. Namun ada juga yang menyebut bahwa sebutan Kalijaga berasal dari bahasa Arab yakni 'qadli dzaqa' yang menunjukkan statusnya sebagai 'penghulu suci' kesultanan.
Sunan kalijaga memasukkan ajaran agama Islam tanpa mengesampingkan tradisi dan budaya yang mengakar dalam masyarakat Jawa sehingga menjadi bagian dari tradisi masyarakat itu sendiri.