©shutterstock.com / Irfan M Nur
Indonesia memiliki beragam sekali adat, kebudayaan, bahasa di masing-masing daerah, termasuk juga keberadaan rumah adat. Rumah adat nggak cuman tempat tinggal, namun juga memuat unsur seni, adat dan budaya. Secara filosofis nih, rumah adat mengandung nilai-nilai adat dan kearifan suatu daerah sekaligus menggambarkan kehidupan dan budaya masyarakat pemilik rumah tersebut, termasuk pada rumah adat Aceh.
Nama rumah adat aceh adalah Rumoh Aceh yang berarti rumah Aceh. Masyarakat Aceh nggak mengenal yang namanya rumah adat, hanya saja dulunya nih mereka membuat rumah mereka dengan bentuk yang sama atau hampir sama. Seperti apa?
Rumah adat Aceh berbentuk panggung, hampir sama dengan rumah tradisional daerah lainnya di Indoensia. Rumah adat tersebut memiliki bagian rumah yakni serambi depan, derambi tengah dan serambi belakang. Sampai saat ini sih corak seperti demikian tersebut masih ada, namun mulai jarang ditemukan.
Tahukah kamu mengapa nama rumah adat Aceh yang disebut dengan Rumoh Aceh dan rumah adat lainnya berbentuk panggung? Sebenarnya ada filosofinya sendiri lho baik dari sisi keselamatan yakni mencegah gangguan alam dan juga dari sisi masyarakat sosial.
Pangung pada rumah adat Aceh dibuat dengan ketinggian 2.5 meter dari tanah. Di beberapa perkapungan malah ada yang berada di tinggi 3 meter. Mengapa sedemikian tinggi? Agar orang masih bisa berdiri, berjalan dan melakukan aktivitas di bagian bawah rumah. Misalnya untuk istirahat orang dewasa, tempat menyimpan hasil laut atau hasil bumi atau peralatan melaut dan bertani. Kolong pada rumah adat Aceh juga bisa dijadikan sebagai tempat bermain anak-anak.
Karena rumah adat Aceh berbetuk panggung, untuk mencapai pintunya tetntu dibutuhkan tangga dong ya? Nah ada salah satu ciri khas tersendiri yakni tangga rumah tersebut berjumlah ganjil yakni 7, 9, 11, 13, dan seterusnya. Dalam filosofi orang Aceh, angka ganjil merupakan bilangan yang khas dan sulit ditebak.
Contohnya, jumlah hari dalam sepekan adalah ganjil, jumlah langit adalah ganjil, Bumi juga memiliki lapisan dengan jumlah ganjil.
Jarak antara lantai rumah dan tanah emmang tinggi, tapi pintu untuk memasukinya didesain rendah. Trus di bagian atas pintu ada balok melintang yang membuat orang-orang yang masuk rumah, harus setengah menundukkan kepala.
Mengapa demikian?
Ini mengandung filosofi kalau setiap tamu yang akan masuk rumah harus menghormati pemilik rumahnya. Tapi kalau udah sampai dalam rumah, pengunjung nggak perlu lagi menunduk karena atap rumah sudah sangat tinggi.
Biasanya nih bagian barat rumah terdapat pohon kayu besar yang nggak boleh ditebang. Masyarakat Aceh memiliki anggapan bahwa angin barat lebih kencang dari angin timur, dan pohon besar ini berfungsi untuk menghalau angin.
Di musim hujan dan bila terjadi banjir, pohon ini juga berfungsi menghalau derasnya banjir. Selain itu kerindangannya juga bikin teduh dan adem rumah.
Terdapat gentong air yang diletakkan di depan rumah biar tamu yang datang dapat mencuci kaki mereka terlebih dahulu. Sehingga kaki tamu dalam keadaan bersih ketika masuk ke dalam rumah, yang menunjukkan bahwa mereka datang dengan niat yang baik.
Sisi rumah adat Aceh selalu menghadap ke arah timur dan barat sehingga salah satu sisinya selalu menghadap kiblat. Mengapa demikian? Sebab mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi nih kalau kamu bertamu ke sana dan akan endirikan salat, kamu nggak perlu bertanya lagi ke mana nih arah kiblatnya.
Selain faktor religius, ternyata ada faktor keamanan juga lho pada pemilihan arah rumah ini. Di Aceh angin kencang biasanya bertiup dari dua arah, antara barat dan timur. Mendesai rumah dengan memghadap kedua sisi tersebut akan memghindari risiko kerusakan akibat tiupan angin.
Bgaian atap rumah adat Aceh mengerucut dengan bagian sisi atas berbentuk segitiga. Nah bagian segitiga ini menghadap barat atau timur dan dilengapi dengan komponen tulak angen yang bentuknya berlubang-lubang. Cuman cuman lubang biasa, tapi lubang yang dikuir. Keberadaan lubang tersebut digunakan untuk rongga angin agar kekuatan angin yang berhembus jadi berkurang sekaligus sebagai estetika.
Daun rumbia dipilih dalam rumah adat Aceh karena ringan sehingga nggak menambah beban berat bagi bangunan rumah. Nggak cuman itu, daun rumbia juga bikin hawa jadi sejuk. Kontruksi bagian atap nggak dipaku melainkan cuman diikatkan pada taloe pawai untuk fungsi penyelamatan. Jadi misalnya ada kebakaran, tali cukup dipotong saja. Bagian atap rumah adat Aceh terdiri dari papan yang nggak dipaku jadi cuman disematkan begitu saja sehingga bisa dilepas dengan mudah.
Nama rumah ada Aceh adalah rumoh Aceh dan setiap konstruksi dan bentuk yang ada pada rumah ini memiliki arti dan filosofi.