Niat Pesan Permen Senilai Rp 28 Miliar, Menteri Pendidikan Madagaskar Akhirnya Dipecat

Reporter : Devi Puspitasari
Rabu, 10 Juni 2020 18:30
Niat Pesan Permen Senilai Rp 28 Miliar, Menteri Pendidikan Madagaskar Akhirnya Dipecat
Menteri Rijasoa Andriamanana dipecat karena rencananya membeli permen lolipop yang mencapai Rp 28 Miliar.

Belakangan, Presiden Madagaskar menjadi sorotan publik karean obat herbalnya yang diklaim mampu mengatasi corona. Baru-baru ini, ganti sang menteri pendidikan Rijasoa Andriamanana yang menghebohkan publik.

Pasalnya, ia dipecat hanya gara-gara permen lolipop. Gimana bisa, ya?

Melansir dari bbc.com (10/6/2020), hal ini karena sang menteri berencana memesan permen lolipop untuk dibagikan pada anak-anak sekolah dengan anggaran mencapai Rp 28 Miliar.

1 dari 4 halaman

Rijasoa Andriamanana

Rijasoa Andriamanana mengatakan nantinya setiap siswa akan diberi tiga lolipop untuk mengatasi rasa pahit dari obat herbal untuk corona yang sedang mereka gencar-gencarkan.

Melansir dari Straits Times, pengeluaran yang fantastis ini menuai kecaman dan kemarahan dari berbagai pihak.

Tak hanya itu, rencana itu juga ditolak oleh Presiden Madagaskar Andry Rajoelina dan sang menteri akhirnya dipecat.

2 dari 4 halaman

Belum Teruji

Belakangan, memang Presiden Andry Rajoelina sedang mempromosikan obat herbal Covid-Organics sebagai obat mengatasi virus corona.

Meski belum teruji, beberapa negara Afrika menunjukkan ketertarikannya dengan terus mengimpor Covid-Organics dan berkeyakinan bahwa obat itu bisa mengatasi corona.

Mengenai hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sudah memperingatkan bahwa sampai saat ini masih belum ada obat yang terbukti bisa menangani virus corona.

3 dari 4 halaman

Presiden Madagaskar Tepis Kritik

Ilustrasi Virus Corona

Selain WHO, Akademi Medis Nasional Madagaskar juga meragukan khasiat obat artemesia itu. Bahkan mengatakan bahwa obat itu bisa berpotensi merusak kesehatan manusia.

Lain lagi dengan sang presiden, Presiden Rajoelina menepis semua kritik yang berkaitan dengan obat herbal tersebut dengan mengatakan hal ini sebagai bukti sikap Barat yang merendahkan Afrika.

" Jika itu adalah negara Eropa yang benar-benar menemukan obat ini, apakah akan ada banyak keraguan? Saya kira tidak," kata Presiden Rajoelina pada saluran berita Prancis, France24.

 

4 dari 4 halaman
Beri Komentar