© Https://twitter.com/AzuraOrkid
Pernah jadi bahan omongan tetangga? Biasanya kalau ada sesuatu yang bikin geleng-geleng kepala dan dianggap kurang sesuai sama yang ada di masyarakat, pasti langsung jadi omongan tetangga.
Hal ini pula yang dialami oleh seorang wanita lulusan S2 dari negeri Jiran berikut ini. Gadis ini bernama Zuraiha Zaini. Dia memilih untuk menikah dengan seorang sopir truk yang bernama Hafis Hozahli.
Tentu saja hal ini menjadi buah bibir para tetangganya, apalagi karena Zuraiha memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dengan gelar Master. Namun, dia justru memilih seorang pria yang hanya berprofesi sebagai sopir truk saja.
Dia pun menceritakan hal ini melalui akun Twitter pribadi miliknya yang bernama @AzuraOrkid. Zuraiha mengatakan bahwa dirinya adalah seorang guru dan sang suami adalah seorang sopir. Dia pun mengatakan bahwa tetangganya ini menghinanya karena anak pintar malah nikah dengan sopir.
i cikgu, suami i pemandu lori.
i degree + master, suami SPM.
Hantaran bawah 10k.
Org kampung i kutuk mak abah, " anak pandai, kahwin kan dgn pemandu lori" .
Mkcik, x hina pon kahwin pemandu lori, kita ni hamba yg blm tentu mulia disisi Tuhan. pic.twitter.com/zW63CCI217
Padahal baginya derajat manusia tak bisa dinilai dari status pendidikan dan pekerjaannya saja. Belum tentu semua yang mencibir itu sudah menjadi hamba yang paling mulia di mata Tuhan.
Pernikahan keduanya ini dilangsungkan pada 17 Agustus 2019. Keduanya tampak begitu bahagia telah mengikat cinta mereka melalui janji suci pernikahan. Hafis bahkan memberikan mahar sebesar 10 ringgit Malaysia atau 33 juta lebih dalam rupiah. Jumlah yang cukup banyak, bukan?
Namun, sebenarnya itu tak seberapa karena pekerjaan Hafis pun memiliki gaji yang besar sebenarnya. Dia yang bekerja untuk mengantarkan gas petron dan petronas ini bahkan memiliki gaji empat sampai lima kali lebih besar dari gaji guru. Meski demikian tentu keduanya tak menikah hanya karena alasan materi saja.
Keduanya sebenarnya adalah teman sekolah dulu. Setelah lulus SMA keduanya memilih jalan yang berbeda. Zuraiha melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan dan Hafis bekerja serabutan di kampung.
Keduanya pun sudah menjalin hubungan sejak lama dan berpacaran. Bahkan cibiran dari orang lain ini sudah sering mereka dengar sejak masih pacaran. Bukan hanya dari tetangga, tetapi juga dari kerabat.
Namun, keduanya berhasil bertahan dari semua cibiran dan omongan tersebut. Zuraiha dan Hafis pun dapat membuktikan hubungannya ini bisa sampai ke pelaminan. Kini mereka telah menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Dalam hidup terkadang kita memang tak perlu terlalu memikirkan apa kata orang lain, apalagi jika perkataan mereka ini begitu menyakitkan di hati. Yang penting adalah apa yang kita rasakan karena kitalah yang akan menjalani hidup ini.