Padahal Baru Aja Lahir, Sang Ibu Harus Kehilangan Si Buah Hati

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Jumat, 31 Januari 2020 08:32
Padahal Baru Aja Lahir, Sang Ibu Harus Kehilangan Si Buah Hati
Kadang suka heran, kenapa hidup (nampak) sekejam itu?

Sore kemarin, saat aku sudah pulang dari kantor, seperti biasa, aku bertukar pesan dengan orang terdekatku.

Dia adalah seorang pengajar alias guru. Pada sore itu, aku tahu, seharusnya dia sedang berada di tempat bimbel. Tapi, dia berkata, "Aku sedang meliburkan diri dari bimbel."

Tanpa pikir panjang, aku langsung menekan gambar telepon, dan memanggilnya. Karena, ya, biasanya kalau dia sudah bilang begitu, pasti ada sesuatu yang sedang terjadi.

Dan firasatku benar.

1 dari 3 halaman

" Kamu nggak apa-apa?" tanyaku ketika panggilan terjawab.

" Nggak pa-pa."

" Kamu di mana?"

" Di rumah sodaraku."

" Oh, ngapain?" tanyaku untuk ketiga kalinya.

" Keponakanku meninggal."

" Hah?"

Innalillahi...

" Iya gitu. Baru lahir. Langsung meninggal."

2 dari 3 halaman

Sodaranya adalah seorang wanita sekitar berumur 30-an, mungkin. Aku bilang 'mungkin' karena dia menyebut sodaranya itu dengan panggilan 'Mbak' gitu.

Alasannya lainnya adalah karena wanita itu sudah mempunyai tiga anak, yang paling besar sudah SMP.

Aku tidak ingin bertanya untuk memastikannya. Sebab, ya, nggak tepat aja.

3 dari 3 halaman

" Tadi aku dari sekolah langsung pulang, terus berangkat sama orang rumah. Belum ganti baju," ucapnya.

Aku menyimak.

" Bayinya tadi dimandiin, terus disolatin. Aku ikut nganter sampai proses penguburan. Aku jadi merinding kalo inget tadi."

Aku tahu. Walau aku tidak menyaksikannya secara langsung, mendengar ceritanya saja membuatku menarik napas panjang beberapa kali.

" Terus, gimana dengan si Ibu?"

" Masih di Rumah Sakit. Pas lahir dan dinyatakan meninggal—pokoknya dipastiin nggak bernapas, si bayi langsung dibawa ke rumah, pulang. Tapi, Mbak-ku nggak ikut. Dia stay di sana."

" Pasti Mbak-ku sedih banget," lanjutnya. " Aku nggak bisa bayangin rasanya kalau ada di posisi dia."


Begitu pun aku.

Tapi, aku nggak mengatakan apa-apa selanjutnya mengenai ini.

Aku hanya bisa berdoa, semoga Mbak kamu tabah dan kuat selalu.

Beri Komentar