© 2022 Koreaboo.com
Nasib toko roti populer paris Baguette Korea tengah dipertanyakan. Masayrakat Korea berbondong-bondong melayangkan aksi seruan untuk memboikot toko roti populer itu.
Hal itu imbas dari adanya pekerja di Paris Baguette Korea yang tewas di dalam mesin pengaduk. Pihak perusahaan dinilai tidak memiliki simpati atas kejadian yang menimpa karyawannya.
Dilansir dari koreaboo.com, aksi boikot ini dipicu insiden tewasnya seorang pegawai wanita Paris Baguette pada 14 Oktober 2022. Saat itu, pegawai yang diketahui seorang wanita berusia 23 tahun tersebut bekerja di pabrik perusahaan yang ada di Pyeongtaek, provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.
Saat tengah mengoperasikan mesin pengaduk saus, sang pegawai melakukan seorang diri, padahal idealnya dilakukan 2 orang. Wanita itu mengalami kecelakaan, celemeknya tersangkut hingga menarik dirinya ke dalam mesin pengaduk.
Meski telah terjadi kecelakaan pekerja, pihak perusahaan dianggap seakan tak mengindahkan. Pihak pabrik terus mengoperasikan dua mesin di lokasi kecelakaan sehari setelah pekerjanya tersebut meninggal dunia.
Bahkan, pegawai lainnya tetap diminta bekerja di lokasi kecelakaan setelah menyaksikan tubuh rekan kerja mereka ditarik keluar dari mesin.
Ini disebut-sebut bukan kali pertama adanya kecelakaan terhadap pekerja di Paris baguette Korea. Sebelumnya, pabrik toko roti tersebut juga sempat mengalami kecelakaan lain di mana tangan seorang karyawan tersangkut di mesin produksi lain. Karyawan itu tidak dikirim ke rumah sakit karena statusnya sebagai pekerja tidak tetap.
Pihak Paris Baguette dinilai tak memberikan tanggapan yang baik akan insiden ini. Sehingga, banyak warga Korea Selatan lantas memilih memboikot bakery ini sekaligus mengadakan protes nasional kepada perusahaan induknya, SPC Group yang berbasis di Seoul.
Pemboikot semakin meradang usai tahu perusahaan mencoba menyelesaikan permasalahan ini dengan orang tua korban, tepat pada malam pemakamannya. Menurut ibu korban, perwakilan perusahaan menawarkan penyelesaian kasus dengan imbalan sejumlah uang.
Pihak perusahaan juga memberikan satu syarat, di mana pihak korban tidak boleh mengajukan tuntutan apapun. Namun ibu korban menolak dan dilaporkan menyewa pengacara keesokan harinya.
" Mereka (perusahaan Paris Baguette) menawarkan angka (imbalan) tertentu. Karena kami semua sedang tidak dalam pikiran jernih, saya rasa mereka ingin bernegosiasi dengan kami saat itu juga," kata sang ibu.
Bakery ini semakin diserang usai ketahuan mengirimkan roti pada para tamu pemakaman. Dalam hal ini pihak perusahaan berdalih, sikap itu bagian dari bentuk perhatian mereka ketika ada pegawai atau keluarga pegawai yang meninggal.
" Bagaimana mereka bisa mengirim roti dari tempat dia meninggal? Apakah itu masuk akal?" kata sang ibu kepada wartawan MBC.
Dengan adanya kejadian tersebutm, warga Korea dan anggota serikat pekerja menyelenggarakan upacara peringatan di depan kantor pusat perusahaan. Upacara ini juga diwarnai aksi protes 1 orang di depan 1.000 toko Paris Baguette.
Netizen pun ikut berkomentar di media sosial untuk menyebarkan boikot terhadap bakery yang sudah ada sejak 1945 di Korea Selatan ini. Mereka banyak yang memberikan komentar agar jangan pernah membeli produk bakery ini lagi.
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang mendengar insiden kecelakaan ini langsung bertindak. Ia memerintahkan penyelidikan atas rincian kematian pegawai tersebut.
" Ini adalah peristiwa yang mengecewakan. Kita hidup bersama dalam masyarakat ini, jadi pemilik bisnis dan karyawan sama, bukankah kita semua harus memiliki rasa hormat minimum satu sama lain sebagai manusia?" katanya.
Setelah adanya pernyataan tegas dari presiden Korea Selatan, pemimpin perusahaan SPC Group Huh Young-in secara terbuka meminta maaf dan merilis surat permohonan maaf pada 17 Oktober 2022.
" Saya bertanggung jawab penuh atas kecelakaan ini dan pantas mendapat kritik dari publik," katanya dalam konferensi pers.
" Saya ingin meminta maaf kepada para pegawai pabrik yang bekerja di dekat korban. Perusahaan seharusnya memahami trauma dan kesedihan mereka dan seharusnya lebih perhatian," lanjutnya.
Pihak perusahaan juga berjanji untuk menghabiskan 100 miliar won (sekitar $70 juta) untuk meningkatkan keselamatan pekerja selama tiga tahun ke depan, kata Presiden SPC Hwang Jae-bok.
Aksi boikot Paris baguette telah membuahkan hasil. Seorang karyawan mengklaim bahwa toko SPC mengalami penurunan bisnis sejak adanya boikot dari warga setempat.
" Memang benar penjualannya menurun. Di tempat-tempat yang sangat terpengaruh, saya mendengar penjualan turun 30%," ujarnya.
Toko roti Paris Baguette memiliki lebih dari 4.000 lokasi di seluruh dunia. Perusahaan makanan ini juga berencana untuk mengoperasikan 1.000 toko di AS pada tahun 2030.