© Facebook.com/Nur Faizah - Merdeka.com
Mengemis dan mengamen adalah dua kegiatan yang seringkali masih diragukan statusnya, apakah tergolong sebagai pekerjaan atau nggak. Mungkin kita masih bisa wajar kalau yang mengemis adalah orang yang sudah renta dan yang mengamen benar-benar menyanyikan lagunya dengan niat. Namun yang sering kita temui di lapangan justru sebaliknya. Nggak jarang kita menemui pengemis yang masih muda dan pengamen yang nggak niat menyanyikan lagu.
Salah satu modus umum yang digunakan untuk menarik simpati oleh para pengemis dan pengamen adalah dengan membawa anak. Harapannya tentu agar terlihat melas di mata orang lain sehingga bisa mendulang lebih banyak hasil. Hal ini dikatakan sebagai modus karena beberapa kali ditemukan bahwa anak-anak tersebut adalah anak hasil sewa alias bukan anak mereka sendiri.
Meski begitu, ternyata kita nggak boleh memukul rata semua pengemis atau pengamen yang membawa anak adalah penipu.
Seorang pengguna Facebook bernama Nur Faizah membagikan ceritanya saat bertemu dengan seorang ibu-ibu pengamen yang membawa anak di gendongannya.
Nur Faizah mengisahkan bahwa ia bertemu dengan pengamen tersebut di depan minimarket selepas belanja. Si pengamen terlihat sedang memainkan kecrekan yang terbuat dari botol yang diisi kerikil.
Sebagaimana pemikiran kita semua, Nur Faizah pun awalnya skeptis dengan pengamen yang membawa anak. Namun entah kenapa, saat itu dia merasakan sesuatu yang menggelitik hatinya untuk memberi uluran tangan.
Nur Faizah kemudian mempersilahkan Bu Rima, nama pengamen tersebut, masuk ke dalam minimarket dan memberinya satu keranjang kosong untuk diisi kebutuhannya bersama si anak dalam gendongan.
“ Bu, ini keranjang kosong boleh ibu isi kebutuhan ibu dan anaknya. Gratis,” tutur Nur Faizah.
Tanda pertama yang menunjukkan Bu Rima nggak menjadikan anak sebagai modus terlihat dari bagaimana dia nggak aji mumpung meski diberi kebebasan. Setelah sempat bengong sejenak, Bu Rima kemudian mengisi keranjang tersebut dengan dua kaleng kental manis. Ternyata, kental manis adalah sarapan rutin yang biasa ia berikan untuk anak dan ibunya di rumah karena terbatasnya uang untuk membeli beras.
Nur Faizah kemudian menambahkan beras dan sarden sebagai tambahan. Selain itu, dia juga membelikan Milo kotak untuk sang anak. Namun kali ini pemberian tersebut ditolak oleh Bu Rima.
" Ia menceritakan bahwa saat ikut mengamen, ia sering membelikan susu Milo di tukang es pinggir jalan untuk Rizki sebagai hadiah. Sebungkus susu Milo dicairkan dengan air yang banyak agar bisa diminum berdua. Meski encer dan tidak enak, mereka minum Milo encer itu dengan nikmat. Bu Rima takut kalau Rizki nyobain Milo kotak, ia akan keenakan dan ga mau lagi minum Milo encer sedangkan ia tak akan pernah punya cukup uang untuk membeli lagi Milo kotak untuk Rizki," katanya menjelaskan apa yang diucapkan si ibu.
Bu Rima juga terlihat sangat menerima dengan apa yang diberikan oleh Nur Faizah. Saat ditawari bahan tambahan seperti minyak dan gula pasir untuk dibawa pulang, Bu Rima memilih untuk menolaknya dengan alasan masih tersedia.
Bu Rima lebih memilih untuk mengambil kerupuk mentah. Menurut penjelasannya, kerupuk tersebut bisa dijadikan lauk saat persediaan habis.
Sifat Bu Risma rupanya tercermin pada diri Rizki. Saat ditawari untuk membeli camilan, Rizki hanya mengambil satu kotak Pocky, camilan yang sering dia lihat dimakan oleh teman-teman daerah rumahnya. Rizki menolak saat ditawari es krim dan nugget.
" Ga usah bu, alhamdulillah," ujar Rizki.
Setelah kegiatan belanja itu, Nur Faizah sedikit berbincang dengan Bu Rima. Dari perbincangan itu, dia mengerti bahwa alasan Bu Rima membawa anak di gendongannya karena terpaksa oleh keadaan. Rizki memiliki tulang punggung yang bengkok sehingga membuatnya nggak bisa berjalan.
" Seminggu sekali kami ke dokter ortopedi di RSCM untuk kontrol, bu," tutur Bu Rima.
Bu Rima dan Rizki pergi ke RSCM dari rumahnya di daerah Klender dengan mencari tumpangan gratis. Kalaupun nggak dapat tumpangan, Bu Rima tetap melihatnya dari sudut pandang yang sangat positif.
" Kalau lagi nggak boleh numpang angkot, alhamdulillah jadi bisa jalan sambil ngamen buat beli makan Rizki di rumah sakit," jelasnya.
Di akhir pertemuan, Nur Faizah menawarkan ojol untuk membawa mereka pulang. Namun tawaran tersebut kembali ditolak. Bu Rima merasa sudah terlalu banyak kebaikan yang diterimanya hari itu. Dia sangat berterima kasih atas pemberian Nur Faizah.
Nur Faizah sendiri sudah menanyakan alamat rumah Bu Rima dan berjanji akan menyambung tali silaturahmi di kemudian hari.
Hanya karena sebagian yang nggak baik, kita seringkali jadi meragukan yang lain. Bu Rima adalah salah satu korban prasangka karena mengamen dengan membawa anak, padahal dia melakukannya karena dipaksa keadaan. Beruntung Nur Faizah juga nggak percaya penuh pada prasangka tersebut.
Semoga nggak ada lagi orang yang memanfaatkan rasa belas kasihan untuk keuntungannya sendiri, ya.