© Dok. Istimewa
Johannes Rettob merupakan seorang politikus asal Kabupaten Mimika, Papua Barat. Ia merupakan wakil bupati aktif Kabupaten Mimika yang menjabat periode 2019-2024. Jonannes lahir di Kokonao, Mimika Barat pada 19 Oktober 1962. Lahir di daerah kecil, tak menghalanginya untuk memiliki mimpi yang besar.
Meski prosesnya tak mudah, Johannes dikenal sebagai sosok yang pantang menyerah sejak kecil. Saat ditemui dalam acara Rakornas Pemenangan Pilkada Serentak Tahun 2024 Partai Amanat Nasional (PAN) pada (10/05/24) lalu, sosok yang punya panggilan akrab JR ini, menceritakan kisah perjalanan karirnya yang penuh lika-liku.
Saat mengemban pendidikan di sekolah dasar, JR menderita sakit yang menuntutnya dan keluarga harus pindah ke kota karena keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan di desa tempat ia tinggal.
Lulus dari SD YPPK St Fransiskus Xaverius Kokonao pada tahun 1974, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP Lecoq De Armandville Kokonao hingga tahun 1977. Saat itu, kedua orang tuanya merupakan guru perintis yang sekaligus menyebarkan agama Katolik yang mengabdi untuk masyarakat suku Kamoro, mulai dari Amar, Pronggo, Kaugapa, Iwaka, hingga ke Ipaya.
“Sehingga agama Katolik mulai berkembang di Mimika karena pengaruh kakek saya,” ujarnya saat ditemui di Setiabudi, Jakarta Selatan.
© Dok. Istimewa
Perjalanan mimpi JR mulai tumbuh sejak ia duduk di bangku SMA. Kala itu, ia harus pindah ke Jayapura karena daerahnya tak memiliki fasilitas sekolah menengah atas. Sejak memasuki bangku SMA, JR memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pilot.
Bukan tanpa alasan, mimpinya itu mulai tumbuh kala dirinya kerap berbincang dengan pilot dan angkatan penerbangan yang mendarat di daerahnya. Hal tersebut akhirnya membuatnya tertarik untuk mendalami dunia penerbangan.
Perjalanan karir Johannes Rettob terbilang cukup unik. Seiring menjalani kehidupan sekolah menengah atasnya, pria 62 tahun ini sempat bernazar, jika ia masuk IPA, maka ia akan melanjutkan mimpinya menjadi pilot, tapi jika masuk IPS, maka ia akan menjadi seorang pastor, melanjutkan apa yang telah dibangun sang kakek. Saat penjurusan sekolah, JR akhirnya masuk ke jurusan IPA. Hal itu membuat JR memilih melanjutkan cita-citanya untuk menjadi pilot karena sejalan dengan jurusan yang diambilnya.
Gigih dengan cita-citanya, JR menyempatkan diri saat liburan sekolah untuk bekerja di perusahaan pesawat milik gereja di daerahnya sebagai penimbang barang. Tak jarang, JR juga ikut terbang mengantar pasokan dan barang untuk belajar mengoperasikan pesawat.
© Dok. Istimewa
Usai lulus dari bangku SMA, JR mendapat izin kedua orang tuanya setelah diterima kerja di perusahaan pesawat yang sama dan menjadi siswa sponsor Aviation Mission Association (AMA) untuk melanjutkan sekolah penerbangan. Sebelum melanjutkan sekolah penerbangan tersebut, JR menjalani masa training dan magang selama 2 tahun.
Saat masa training tersebut, JR mendapat informasi mengenai sekolah penerbangan di Curug, Jakarta. JR kemudian mengikuti sejumlah tes untuk bisa masuk ke sekolah penerbangan impiannya tersebut dan berhasil lulus.
Tak cuma mengikuti tes masuk sekolah penerbangan, JR mencoba peruntungan lain dengan mengikuti tes AKABRI pilot Angkatan Udara di Magelang dan berhasil lulus. Tak sampai situ saja, kabar baik kembali menyelimuti JR saat dirinya kembali diterima di perguruan tinggi ternama, Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Peternakan jalur prestasi. Sayangnya, ia tak tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di IPB.
Dalam perjalanan mencari keberuntungan takdirnya tersebut, JR dipanggil AKABRI pilot Angkatan Udara di Magelang untuk mengikuti sejumlah tes masuk angkatan udara. JR lalu memutuskan untuk meninggalkan Mimika dan berangkat ke Magelang dengan modal seadanya. Sesampainya di sana, ia menjalani masa pelatihan selama 3 bulan. Sayangnya, ia gagal menjadi calon taruna dalam masa tes tersebut karena memiliki riwayat penyakit varises.
© Dok. Istimewa
Gagal menjalani serangkaian tes masuk Angkatan Udara, tak membuat JR pantang menyerah pada mimpi yang dibangunnya. JR melanjutkan perjuangannya untuk masuk ke sekolah penerbangan Curug untuk menjadi seorang pilot. Sayangnya, ia mengaku tak berbakat menjadi pilot dan harus gagal saat menjalani tes. Tak putus harapan begitu saja, JR mendapat tawaran melanjutkan sekolah penerbangan di jurusan Teknik Navigasi hingga lulus.
JR melanjutkan perjalanan karirnya menjadi teknisi di Bandara Kemayoran, Jakarta. Selang beberapa tahun, JR menjajal keberuntungan bekerja di Bandara Pekanbaru dan Medan. Berkat keahliannya yang mumpuni tersebut, JR dipercaya oleh kementerian perhubungan pada tahun 1985 sebagai teknisi penerbangan bagian navigasi.
Berawal dari mimpi besarnya di Mimika dan sikap pantang menyerahnya, JR berhasil keliling dunia menjalani mimpinya sebagai teknisi penerbangan sekaligus mengikuti sejumlah pendidikan sebagai teknisi, mulai dari Teknik Radar System dan Teknik Komunikasi Penerbangan Touluse, Prancis (1987-1990), Pendidikan Komputer System Informasi Manajemen Penerbangan & Program Komputer Bangkok, Thailand (1991-1992), Pendidikan Pabrik Peralatan X-ray Weisbaden, Jerman (1994-1995), hingga Pendidikan System Komunikasi Penerbangan Rasstat, Jerman (1995).
Pada tahun 1998, JR kembali melanjutkan sekolah diploma empat di sekolah penerbangan Curug dan diperbolehkan melanjutkan pendidikan diploma ke luar negeri. JR pun memilih Pendidikan Diploma Empat Teknik Radio dan Navigasi Penerbangan Long Beach University California, Amerika Serikat. Ia kemudian lulus setelah satu setengah tahun mengemban pendidikan di negeri Paman Sam tersebut.
© Dok. Istimewa
Pada tahun 2000, Mimika baru saja menjadi kabupaten baru di Papua Barat. Pemerintahan kala itu pun mengumpulkan putra-putri terbaik Mimika untuk diharapkan bisa berkontribusi di pemerintahan Mimika yang baru saja terbentuk itu, JR pun memilih pulang kampung dan membangun daerahnya. Selain karena ingin menemani sang ibu yang sudah sepuh, sang istri, Susana Herawaty juga bersedia menemani dirinya berkarir di Mimika. JR pun diangkat menjadi Kepala Dinas Perhubungan Udara di Mimika.
Seiring perjalanan menjadi Kepala Dinas Perhubungan Udara, JR diminta masyarakat menjadi calon Wakil Bupati Mimika. Sayangnya, ia tak punya partai pengusung maupun modal untuk menjadi calon Wakil Bupati. Namun lagi-lagi, keberuntungan menyelimuti perjalanan JR sebagai politikus kala PDI Perjuangan menawarkan diri menjadi partai pengusung dirinya.
Kini, JR kembali diminta menjadi kepala daerah dengan PAN sebagai partai koalisinya. Hal itu juga sejalan dengan cita-cita JR untuk membangun Mimika, kampung halaman sejak dirinya lahir. JR ingin membangun sarana dan infrastruktur. Salah satu pembangunan yang telah ia lakukan semenjak menjadi Wakil Bupati Kabupaten Mimika adalah membangun lapangan penerbangan kecil.
“ Di dalam perjalanan (politik) saya ini, saya mengingat masa lalu waktu kecil dulu, yang menjadi alasan saya mau pindah berkarir di sana (Mimika), saya ingin membangun infrastruktur dan sarana transportasi,” ujar JR.
Johannes Rettob berharap dirinya mampu mewujudkan cita-cita mulianya tersebut untuk membangun kampung halamannya dengan ilmu yang telah ia gapai dengan kerja kerasnya melalui pemilihan kepala daerah mendatang. Sukses terus untuk JR!