Polemik Tokoh Zahra di 'Suara Hati Istri' yang Diperankan Anak di Bawah Umur, Begini Keputusan KPI

Reporter : Firstyo M.D.
Rabu, 2 Juni 2021 21:33
Polemik Tokoh Zahra di 'Suara Hati Istri' yang Diperankan Anak di Bawah Umur, Begini Keputusan KPI
Penjelasan Komisi Penyiaran Indonesia terkait kontroversi tokoh Zahra di sinetron 'Suara Hati Istri'.

Sinetron 'Zahra' yang tayang di stasiun televisi Indosiar menuai protes keras dari masyarakat. Pasalnya, salah satu judul dalam seri 'Suara Hati Istri' itu diketahui melibatkan Lea Ciarachel, seorang aktris yang masih berusia 15 tahun. Padahal, peran yang ia mainkan adalah menjadi seorang istri ke tiga.

Kontroversi pun timbul karena tayangan 'Suara Hati Istri', lewat tokoh Zahra dan Pak Tirta sebagai suami, dianggap melanggengkan praktik pedofilia.

1 dari 3 halaman

Langkah Perbaikan Pihak Indosiar

Sinetron Suara Hati Istri - Zahra

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai pemegang regulasi siaran pun angkat suara. Lewat rilis resminya, KPI menyampaikan klarifikasi dari Indosiar terkait tayangan kontroversial tersebut.

Komisioner KPI Pusat Bidang Kelembagaan, Nuning Rodiyah menjelaskan bahwa pihak Indosiar telah menerima semua masukan publik atas kontroversi sinetron yang mereka tayangkan.

Sebagai langkah lanjutan, Indosiar ke depannya akan mengganti pemeran tokoh Zahra dalam tiga episode mendatang. Selain itu, Direktur Program Indosiar, Harsiwi Ahmad, juga menambahkan dalam klarifikasinya bahwa mereka akan selalu mengingatkan pihak rumah produksi agar menggunakan artis berusia 18+ untuk peran tokoh yang telah menikah.

2 dari 3 halaman

Evaluasi dari KPI

Sinetron Suara Hati Istri - Zahra

Selanjutnya, Nuning menegaskan bahwa KPI akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tayangan sinetron 'Suara Hati Istri', baik dari aspek pemeran sampai isi cerita.

" Jangan sampai ada hak anak yang terlanggar karena televisi abai dengan prinsip tersebut," ujar Nuning dikutip dari laman resmi KPI.

Terakhir, Nuning mengingatkan agar pihak rumah produksi selalu memerhatikan muatan cerita karena hingga saat ini, sinetron masih jadi magnet paling besar untuk menarik perhatian publik.

" Kita tentu berharap, sinetron tidak menyebarluaskan praktik hidup yang dapat merugikan kepentingan anak Indonesia," tegas Nuning.

Beri Komentar